Diliputi dengan rasa cemas dan juga ketakutan, Alex tak pernah merasa sebodoh ini sebelumnya. Ia malah takut jika berita kalau dirinya telah menembak karyawannya sendiri akan terdengar oleh seantero ruangan dan juga kantor tempatnya bekerja di sana. Yang justru malah akan membuat citranya sendiri akan menjadi sangat buruk di mata karyawannya sendiri.
Seperti habis kalah lawan tinju, kepala Alex terasa sangat pening dan juga seluruh badannya lemas gemetaran. Dia mencoba menghibur dirinya dengan melihat website penjual rumah dan juga Penthouse terdekat, tapi malah menjadi semakin sebal melihat iklan-iklan yang menempel dengan bentuk sangat tidak ekstetik menghias di sana. Jika saja Alex bisa memutarbalikkan waktu, ia sangat ingin untuk mengembalikannya ke masa lalu saat dimana dia tidak melakukan tindakan bodoh itu.
Dan sebenarnya, alasan Alex melakukan ajakan menjadi pacaran itu karena ia sudah benar-benar putus asa untuk mencari cara bagaimana untuk mendapatkan pasangan. Mungkin, dari banyaknya otak jeniusnya dalam menghasilkan uang dan kekayaan, sebagian dari otaknya tidak mampu untuk memikirkan cara bagaimana membangun dan menghasilkan romansa dengan baik dan benar.
Alex menari laci di mejanya, mencari obat-obatan ataupun makanan terdekat membuatnya terhindar dari kepala yang benar-benar pening itu sekarang. Alex selalu menyimpannya untuk jaga-jaga bila saja dia merasa pusing karena memiliki riwayat darah rendah di dalam dirinya sendiri.
Dan ternyata tidak ada obat-obatan satu pun di sana. Alex makin pusing mendapati dirinya sendiri.
Dia pun menengok ke belakang, ke arah kaca dinding gedung yang sangat tinggi memperlihatkan gedung-gedung pencakar langit lainnya. Dia menengok ke bawah, ke arah gedung-gedung yang lebih kecil beserta dengan orang-orang lewat lalu lalang di sana. Dia mulai berpikir, apakah mungkin di surga nanti dia bisa mendapatkan pasangan hidup yang sesungguhnya nanti?
Tapi saat berpikir hal yang mengerikan tersebut, ponsel dari Alex berdering.
Dia pun kembali berbalik ke arah mejanya, memeriksa bila mana orang yang menghubunginya tersebut memang akan mengabarkannya sesuatu yang penting.
Namun saat ia menengoknya, itu ternyata hanya sebuah pesan dari ponsel pintarnya yang berisi, “Jadi bagaimana? Apakah kau berhasil melakukannya?” Nomor kontak itu bertuliskan “Tom” yang tak lain dan tak bukan adalah sahabat dari Alex sendiri sejak kecil. Alex benar-benar ingin membanting ponselnya, seakan-akan Tom ingin meledeknya karena sudah tahu apa yang akan terjadi nantinya.
“Kau tahu, kakek buyutku pernah berkata saat mengarungi samudera yang luas ini dengan ungkapan ‘Barang siapa yang menipu kawan dan mengkhianati temannya sendiri. Maka kelak burung bangkai akan memakan jasadnya sampai habis tertarik usus sekaligus matanya di sana!” balas Alex kepada Tom itu.
“Oh, sepertinya aku tahu hasil yang sudah kau terima dengan berkata seperti itu.” balas Tom lagi.
“Tetap diam di tempat ruanganmu sekarang, aku akan ke sana dan mengirim burung bangkai itu secara langsung padamu! Aku tak peduli jika dia akan mematuk kepalamu sampai menjadikannya sarang miliknya!” Umpat Alex lagi kepadanya.
Dengan luapan emosi menggebu-gebu, Alex beranjak dari kursinya. Keluar dari ruangannya sampai-sampai menutup pintu itu dengan sangat keras mengagetkan sekretaris sekaligus para pegawai di depannya sekarang. Alex tak sempat menoleh ataupun juga meminta maaf. Para pegawainya juga tidak berani menanyakan apa yang terjadi dengan bos mereka di sana. Yang mereka tahu hanyalah sang Bos mengalami hari yang sangat buruk di sana.
Alex sendiri sedang menuju ruangan Tom, yang juga merupakan satu perusahaan dengannya. Letaknya tak jauh dari ruangan Alex yang hanya berjarak satu lantai. Saat menuju ke lift dan sadar kalau benda itu sedang digunakan, Alex lebih memilih untuk berjalan kaki menuruni tangga itu dengan tidak sabar.
Akhirnya sampailah Alex ke ruangan milik Tom, dengan nafas berhembus besar layaknya seekor banteng yang akan menyeruduk lawannya. Para pegawai Tom juga menyadari Alex sedang berada dalam kondisi hati yang tidak senang sekarang. Mereka pun saling melirik mencari tahu apa yang terjadi dengan kedua bos mereka tersebut karena memang jarang terlihat bertengkar.
Mencoba untuk meluapkan emosinya, Alex mendorong pintu itu dengan lebar-lebar sampai bisa di lihat dan di dengar oleh para pegawainya di sana. Tom yang duduk santai di sana benar-benar kaget melihat Alex dengan wajah merengut dan juga cemberut seperti bocah yang kehilangan mainannya.
“Apa-apaan itu tadi! Kau telah menghancurkan hidupku Tom! Kau tidak tahu kan seberapa malunya aku saat melakukan apa yang telah kau sarankan kepadaku! Aku, mungkin tak pernah bisa menatap lurus ke depan saat melihat wanita itu lagi di sana!” Umpat Alex kepada Tom.
“Hei... hei... Tunggu dulu. Memangnya apa yang kau lakukan sampai benar-benar marah seperti ini? Apakah kau memang mengikuti semua instruksiku dengan benar?” Tanya Tom lagi kepada Alex. Dia pun berdiri setelah sebelumnya duduk santai dengan kaki di meja mencoba untuk menenangkan Alex. Dia menengok ke belakang, menarik selambu di dalam jendelanya agar para pegawainya tidak mendengarkan apa yang mereka sedang bicarakan di sana sekarang juga.
“Jadi begini, bisakah kau santai sedikit Lex? Jika kau marah dengan mengeluarkan nada meledak-ledak seperti sekarang malah akan mempemalukan dirimu sendiri nantinya. Lihatlah orang-orang yang duduk di sana, kau mengganggu konsentrasi mereka sekarang!” Sahut Tom sambil menunjuk para karyawan yang ada di depan ruangannya itu. Saat Alex menengok, ia bisa melihat kalau pegawai itu mengintip.
“Aku tidak peduli jika kau harus menanggung malu tersebut! Karena, aku juga harus menahan malu saat mengatakan apa yang kau instruksikan padaku tempo hari itu!” Balas Alex lagi dengan tidak sabar.
“Oke... Oke baiklah. Sekarang kumohon bisakah kau berbicara dengan nada pelan?” Lanjut Tom sambil memegang kedua telapak tangannya memohon kepada Alex agar tidak bertindak dengan ceroboh seperti sekarang. Ia pun menengok ke arah mejanya, mengambil sebuah permen yang masih terbungkus dengan rapi. “Ini, apakah mungkin kau ingin makan permen ini dulu sebelum kau melanjutkan ceritamu?”
Tom menawarkan sebuah permen berbungkus warna-warni itu. Dengan raut muka kesal, Alex menjawab, “Kau tidak akan bisa menenangkanku hanya dengan sebungkus permen!” Tapi meskipun begitu. Alex tetap saja membuka bungkus permen itu dan memakannya.
Saat permen itu masuk ke dalam mulutnya, ternyata permen itu terasa pedas, asin, dan juga pahit di saat yang bersamaan. Alex langsung saja mengeluarkan permen itu dari mulutnya membuangnya tepat ke arah meja Tom di sana. “Permen apa ini! Apakah kau mencoba untuk meracuniku dengan itu!?”
Tom pun memeriksa bungkus permen itu, dan dia membacanya. “Oh maaf, permen itu kadaluarsa”.
Alex pun memuntahkannya mulut dan juga air liurnya ke arah tempat sampah terdekat. Dalam keadaan segenting ini, Tom masih sempat-sempatnya bercanda kepadanya. Tom bahkan tertawa saat melihat Alex memuntahkan isi dari mulutnya. “Hahaha... Lihatlah wajahmu. Kau benar-benar menggelikan!”
“Tom, apakah aku akan mati karena memakan permen itu!” Tanya Alex dengan nada polos.
“Mungkin saja, kira-kira 5 menit lagi,” lanjut Tom dengan santainya. Alex kemudian membaringkan dirinya ke lantai, memasang ekspresi untuk bersiap-siap mati sekarang. “Tentu saja tidaklah bodoh! Mana mungkin orang bisa mati karena memakan permen yang kadaluarsa! Kadang-kadang aku meragukan kenapa kau bisa menjadi CEO dari perusahaan ini.
Alex pun mulai menangis sambil menatap langit-langit dari ruangan Tom di sana. Dia merasa mungkin hidupnya benar-benar menyedihkan dari awal sampai akhir. “Seharusnya kau memberikanku permen yang beracun. Hidupku serasa seperti benar-benar mati saat aku ditolak oleh gadis itu”.
“Apa!?” Sahut Tom tidak percaya. Dia pun duduk di lantai agar sejajar dengan Alex di sana. “Tidak mungkin pria setampan dirimu ditolak. Kau yakin kau melakukannya dengan kata-kata yang sudah kuberikan kepadamu sebelumnya bukan? Kau sudah menghafal seluruh skripnya? Tidak mungkin kalau rencanaku benar-benar salah. Karena, aku sudah mencobanya ke berbagai gadis yang aku temui dan berakhir benar-benar berhasil untuk kulakukan!”
Thomas Berkeley adalah sahabat dekat dari Alex Hernwell sejak mereka kecil. Kedekatan mereka disebabkan juga karena kedekatan keluarga mereka sejak kecil. Ayah dari Alex merupakan sahabat dekat dari Ayah Tom juga. Mereka bersama-sama membangun perusahaan yang didirikan oleh kedua orang tuanya dan meneruskannya menjadikan mereka seorang pejabat dengan posisi yang lumayan tinggi.
Tapi berbeda dengan Alex, Tom memiliki kehidupan yang benar-benar berbeda dari yang dimiliki oleh sahabatnya tersebut. Kehidupan Alex selalu dikelilingi oleh wanita cantik, uang, popularitas, bahkan menjadi wajah utama dari perusahaan itu meskipun Alex lah CEO dari semua perusahaan ini. Tom memiliki semuanya dan jika ia menginginkannya, maka mengedip saja akan sudah sampai beberapa detik kemudian untuknya.
Alex juga tahu jika Tom selalu berganti-ganti pasangan setiap 1 bulan sekali. Menjadikan rekor sekaligus pencapaiannya adalah memiliki 12 pasangan dalam setahun. Dan angka itu pula bukan merupakan angka yang paling banyak. Dia pernah mendapatkan 24 pasangan dalam setahun, yang jika dihitung kira-kira 2 minggu sekali akan berganti pasangan.
Dan pasangan yang pernah menjadi milik Tom bukanlah seorang pasangannya bukanlah orang yang sembarangan. Melainkan seperti aktris, model, anak konglomerat, penyanyi, atau bahkan rekor tertingginya adalah anak dari presiden! Sefantastis itulah jejak romansa yang dimiliki oleh Tom
Oleh alasan itulah Alex menginginkan bantuan dan juga saran dari Tom untuk mendapatkan pasangan. Tapi mungkin, alasan Alex menginginkan bantuan dari Tom sedikit berbeda. Tom memiliki pasangan agar sekedar dia ingin untuk bersenang-senang, sementara Alex karena memang benar-benar ingin mendapatkan pasangan untuk seumur hidupnya. Tua sampai mati nanti. Tom yang gonta-ganti pasangan mungkin tidak akan pernah bisa paham apa yang Alex benar-benar inginkan.
Tom ingin membantu Alex juga sebenarnya karena Alex sudah sering kali membantunya dalam urusan romansa. Seperti menelepon Tom dengan tiba-tiba hanya untuk menghindari kencan yang membosankan, menjadikan Alex sebagai alasan untuk bertemu Tom padahal dia sedang kencan dengan wanita lain, dan lain sebagainya.
Rekor dan juga kejadian paling parah yang pernah Tom lakukan tentu saja saat dia menyewa pulau privat di sebuah daerah timur bersama pasangannya saat itu. Tom tidak pernah tahu kalau pemilik dari penginapan itu adalah pasangannya yang satunya lagi. Kejadian itu benar-benar parah sampai-sampai Tom akan hendak diadili oleh polisi. Tapi karena ada Alex, Tom berhasil lolos dari masalah itu.
“Baiklah, aku akan mencoba untuk menjelaskan apa yang telah kuperbuat tadi kepadamu tadi, meskipun sangat sulit bagiku untuk mereka ulang adegan yang ada di sana.” Balas Alex kepada Tom. Bersiap-siap untuk mendengarkan apa yang sahabatnya itu hendak akan lakukan, Tom pun membuka kaleng soda berdua untuknya dan juga Alex di sana agar minum bersama-sama di siang hari ini.
“Kejadiannya sangat cepat. Saat aku melihat gadis itu masuk ke dalam ruanganku, seperti para pegawai lainnya dia mencoba untuk menjelaskan urusan kantor sekaligus pekerjaannya kepadaku. Tapi aku pura-pura memasang wajah bingung sekaligus berpikir agar dia terkesan. Dan aku kemudian menyuruhnya berhenti. Aku pun menghampirinya dan mengajaknya untuk menjadi pasanganku di sana.” Jelas Alex.
Dengan refleks. Tom pun langsung saja menyemburkan isi dari soda di mulutnya itu ke wajah Alex. Membuatnya basah kuyup seperti terkena siraman rohani di pagi hari. Max pun mulai tertawa tanpa henti.
“Tidak mungkin kau benar-benar melakukan itu. Apakah kau sungguh bercanda sekarang! Hahaha!” Balas Tom yang benar-benar merasa terhibur dengan cerita kronologi Alex. Dia tak pernah mendengar cerita sekocak itu sebelumnya. Alex pun benar-benar kesal karena Tom tidak menganggap ceritanya sebagai benar-benar sebuah cerita yang nyata ataupun sungguh terjadi.
“Aku melakukannya sesuai arahanmu! Dan untung saja gadis itu tidak menamparku dengan keras ataupun berteriak! Mungkin saja aku telah mendapatkan ganjaran yang benar-benar mengerikan di sana bila aku akan benar-benar melakukannya!” Sahut Alex sambil menunjuk Tom dengan keras di sana. Tom pun membilas wajah Alex dengan tisu yang ada di mejanya merasa tak enak bila sahabatnya itu basah kuyup karena usahanya sendiri.
“Tidak, kau tidak mendengarkan apa yang ingin kukatakan. Lebih tepatnya, kau telah salah paham. Aku hanya berkata, jika kau memang mencintai dan menyukai seseorang, kau harus mengatakannya. Namun itu hanya berlaku jika kau mengenal orang tersebut begitu pula sebaliknya. Memangnya, siapa yang akan menerima ajakan menjadi pasangan dari orang yang tidak pernah mereka kenal?” Lanjut Tom.
“Tapi, aku adalah bosnya. Tidak mungkin dia tidak mengenalku! Wajahku bahkan terpampang di depan lobi utama!” sanggah Alex dengan argumennya. Tom pun menjentikkan jari telunjuknya ke kanan dan juga kiri menolak sanggahan itu.
“Tidak, dia hanya mengenalmu sebagai bosnya, bukan sebagai dirimu yang sebenar-benarnya.”
“Jadi, apakah aku telah gagal untuk mencari cinta sejatiku sekarang ini?” tanya Alex dengan nada putus asa menunduk ke bawah dengan lesu.
Alex pun berkata sambil memegang bahu sahabatnya tersebut. “Tidak, belum terlambat. Dia masih belum menjawab pernyataanmu bukan? Perjalanan masih panjang kawan! Angkat dagumu, kali ini, aku akan memandumu ke medan pertempuran yang sesungguhnya!”