Mita sudah tertidur pulas dalam dekapan Daffa. Akan tetapi Daffa masih terjaga dan menatap langit-langit kamar yang kini tampak temaram karena hanya lampu tidur saja yang menyala. Helaan napas lelaki itu terdengar sesak. Dia berkali-kali mencoba memicingkan mata. Namun kelopak mata itu hanya terpejam beberapa detik saja dan kemudian kembali terbuka. Ada satu hal yang masih mengganjal dan menganggu pikirannya. “Aku ingin melanjutkan kuliah, bagaimana menurut kamu? Untuk biayanya Papa dan Mama akan menanggung semuanya, jadi kamu tidak perlu merisaukan hal itu.” Kalimat Mita masih terngiang-ngiang di telinganya. Daffa belum memberikan jawaban. Karena malam yang sudah semakin larut, dia mengatakan pada Mita bahwa sebaiknya mereka membahas semua persoalan itu besok pagi saja. Tapi sekarang Da