Jemari Daffa mulai menelusup dan menjejahi setiap jengkal lekukan tubuh Mita di balik pakaiannya. Sesekali sentuhan itu membuat Mita tersentak. Apalagi saat Daffa mencapai bagian-bagian sensitifnya. Deru napas lelaki sudah semakin sesak. Dia sepertinya sudah tidak mampu lagi menahan hasrat yang kini bergejolak kuat. Suasana pun juga sangat mendukung. Kesempatan pun juga ada. Bisik-bisik sang hawa nafsu sudah menguasai jiwa Daffa. “D-Daffa ….” Mita mencoba menyingkirkan tangan Daffa dari tubuhnya, tapi lelaki itu kembali menyerang. Mita pun seakan melemah saat Daffa mulai mengecup lehernya. “Nikmati saja … kamu pasti juga akan menyukainya,” bisik Daffa. Mita memejamkan mata dengan rasa takut dan rasa nikmat yang sudah berpadu. Akhirnya dia membiarkan Daffa bekerja. Dia membiarkan lelak