"Eh… Bentar. Aku gak boleh sepeti ini. Sekarang aku harus pergi. Gak boleh di sini lama-lama. Kalau sampai keluargaku tahu. Entah bisa jadi rendang, tau mungkin aku bisa jadi telor coplok." gerutu Angel. Ia segera menyadarkan dirinya dari tatapan kagum akan kemewahan sesaat yang baru saja dia rasakan.
"Tapi aku betah di sini. Di sini sangat nyaman. Dan membuatku betah. Dari pada di rumah." gumam Angela.
"Aku harus pergi dari sini. Tapi tulis surat, gak ya. Sapa tahu. Laki jutek itu nanti kangen denganku. Atau mungkin dia mencariku." gumam Angel penuh percaya diri. Dia segera mencari bolpoin dan kertas di setiap laci yang ada di kamarnya. Saat sudah menemukan apa yang di carinya. Angel segera menuliskan sebuah surat untuknya.
Selesai menulis surat itu. Ia meletakkan di atas meja. "Semoga saja dia sendiri yang baca. Jangan Hans. Nanti malah dia salah paham. Atau di kira aku suka padanya" gumam Angel. mengerutkan bibirnya.
Ia menghela napasnya. Meletakkan bolpoin tepat di atas surat. Dan segera beranjak dari duduknya. Melangkahkan kakinya dengan langkah ringan. Ia membuka pintu kamarnya perlahan. Mengluarkan separuh badannya. Melihat ke kanan dan ke kiri. Mencoba untuk memastikan jika tak ada orang di sana.
"Sepertinya aman, dua laki-laki jutek itu tidak ada. Setidaknya sekarang aku bisa berlari turun." ucap Angel. Mulai melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Dia menutup pintunya perlahan. Agar tak menimbulkan suara dencitan pintu tertutup.
Merasa masih Aman. Angel berlari seger menuruni anak tangga tanpa ada satu orangpun yang tahu. Tapi langkahnya terhenti saat sampai di ruang tamu. Dia bingung jalan keluarnya kemana? Rumah yang begitu besar. Aku di mana? Apa aku tersesat dan selalu memutar di tempat yang sama.
"Ahh… Sialan… Kenapa dari tadi aku hanya muter-muter saja. Apa gak ada jalan keluar?" gumam Angel kesal. Ia mengantur napasnya yang masih ngos-ngosan.
"Bentar! Aku coba ingat-ingat lagj. Aku tadi masuk lewat mana? Apa lewat pintu atau mungkin ada terowongan? Atau ada lobi luas.. Ah.. Entahlah.. Otakku tak bisa menjangkaunya. lama-lama aku bisa gila kalau sampai bisa tinggal di sini. Mau kaluar saja ribetnya minta ampun.
Ane terdiam sesaat. Dia mencoba mengingat kembali. Tapi tetap saja tak ingat.
Angel terus berjalan mondar-mandir. Membuat ke dua mata Alex yang melihatnya. Sektika menarik sudut bibirnya tipis di atas lantai dua.
"Pasti dia mau kabur." ucap Alex berjalan menuruni anak tangga perlahan. Dan semakin melangkah ke arah Angel. Menepuk pundaknya. Sontak mebaut angel terjingkat dari tempatnya.
"Eh… Kamu bisa gak, kalau datang itu menyapa jangan mengejutkannya. Gimana kalau jantung aku copot? Apa kamu mau tanggung jawab? Atau malah kamu memang sengaja mau buat aku mati kutu di sini." pekik Angel tak ada habisnya. Dan hanya di balas dengan wajah datarnya.
Wanita ini kebobolan otak atau gimana? Kenapa dia bawel banget. Apa itu mulut tidak pernah sekolah. gimana cara dia menghargai orang lain.
"Woy… Kenapa kamu dia saja?" tanya Angel mendorong bahu Alex.
Alex berdengus kesal. Ia mengusap bekas sentuhan tangan Angel di bahunya.
"Sangat menarik?" ucal Alex menajamkan matanya. Di balas dengan tatapan tajam oleh Angel.
"Bisa diem gak? Aku gak suka dengan wanita bawel."
Angel membulatkan matanya. Mengerutkan ke dua matanya. Ia menatap wajah Alex yang membuatnya merasa sangat kesal. Ia menarik sudut bibirnya dan mencibir pelan.
"Siapa juga yang bawel." gumam Angel.
"Apa katamu?" pekik Alex.
"Kalau gak suka, tinggal tutup telinga rapat-rapat." jawab Angel tanpa rasa takut. ia memalingkan wajahnya. Dengan ke dua tangan bersendekap.
"Kamu berani denganku?" tanya Alex.
"Memangnya kenapa juga harus takut. Aku tidak pernah merasa takut sama sekali dengan siapapun." jawab Angel.
"Ya, udah. Kalau kamu gak takut. Berarti kamu sekarang berani denganku." Alex berjalan mendekati Angel. Angel merasa gugup dirinya spontan melangkahkan kakinya ke belakang menatap was-was ke dua mata Alex yang masih tetap menatap ke arahnya.
Mati kutu aku kalau dia seperti ini. Apa dia akan menciumku? Ah… Enggak! Enggak! Jangan sampai dia menciumku. Gumam Angel memalingkan wajahnya.
Alex mendekatkan wajahnya semakin dekat. Membuat Angel menarik tubuhnya ke belakang. Hingga tubuhnya menempel di dinding.
"Jangan… Menatapku sepertinya." ucap Angel. Mendorong tubuh Alex. Dan melangkahkan kakinya menjauh darinya.
"Eh… Kamu mau kemana lagi?" tanya Alex.
"Kebur…"
"Oppsss… Maaf!Maksud aku tadi. Pergi dari kamu." ucap Angel meringis mencoba tersenyum palsu.
Bisa-bisanya dia mau kabur dari rumahku. Aku tidak akan mengijikan kamu kabur. Kamu dan aku harus selamanya. Gak boleh ada kita dan dia. Dan karena kamu membuat aku tertarik. Maka jangan harap kamu bisa lepas saat kakimu sudah menginjak kadang singa.
"Sekarang sudah bertemu denganku Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Alex. Berjalan duduk di sofa. Dengan ke dua kaki menyilang. Dan tangan kiri di atas sofa. Pandangan mata tertuju padanya.
"Gimana?" tanya Alex lagi. Melihat Angel yang terlihat sangat malu. Wajahnya memerah seketika.
"Emm… Kau mau tanya? Di mana tempat keluar dari sini."
"Apa kaku keluar?" tanya Alex.
"Enggak! Aku hanya ingin tahu rumah ini. Keseluruhan ruangannya."
Dasar gadis aneh! Dia pikir bisa begitu mudah kabur dariku.
"Kalau kita teperangkap di sini gimana?" goda Alex.
"Gak perduli. Aku akan tetap ingin keluar." ucap Angel penuh percaya diri.
"Kaluar saja. Jika kamu berhasil menemukan pintu keluarnya. Dan aku tidak melarangnya sama sekali." ucap Alex. Membuat angel terdiam seketika. Dia menganti sekelilingnya. ke dua matanya memutar dari atas atap rumah sampai bawah. Tak ada tadan-tanda apapun di sana.
"Sepertinya aku harus cari tahu sendri. Percuma juga tanya dengannya. Sampai jadi batu sekalipun juga tidak akan kasih tahu aku. Memang dia mau bantu aku tadi. Udah membuat aku terselamatkan. Tapi.. Rasanya ada yang aneh…" gumam Angel. Berjalan mendekati Alex. Ke dua matanya mengedip-ngedipkan berkali kali. Memasang wajah cantik dan imutnya.
Alex menatap sekilas. Lalu memalingkan wajahnya.
"Jangan menggodaku!" ucap Alex datar.
Angel mengedipkan matanya seketika. Gimana bisa laki-laki itu tidak tergoda dengan wanita sama sekali. Apa dia memang laki-kaki normal? Atau.. Memang dia gay? Ah.. Kau tahu.. Jangan-jangan Hans dan Alex ini… Gay?
"Apa yang kamu pikirkan. Jauhkan wajah kamu dariku." Alex, menutup wajah Angel dengan telapak tangannya. Mendorongnya menjauh darinya.
"Kamu pikir aku bisa tergoda olehmu." Alex menarik sudut bibirnya. "Tidak akan! Aku tidak akan pernah tergoda."
Angel hanya diam. Bau parfum yang masih melekat di tubuh Alex. Membuat Angel mengerutkan keningnya. Bau itu tak asing di penciumannya. Ia mencoba memutar ingatannya kembali. Saat dirinya teringat jika dia berbaring dengan laki-laki di ranjang hotel. Angel bangkit dari duduknya.
"Gak… gak mungkin.. Apa dia laki-laki yang bersamaku tadi? Apa dia yang berbaring denganku. Semalaman melakukan malam dasyar berdua.. Ah.. Gak mungkin. Dua mengambil kesucianku." teriak Angel dalam hatinya. Ia mengerutkan wajahnya. Ingin sekali memarahi dirinya sendiri. Gimana bisa dirinya ternoda. Tanpa sepengetahuannya. Kesucian yang selama ini di jaganya. Telah di nodai dengan laki-laki yang tak di kenalnya.
"Lebih baik aku pastikan saja. Benar dia atau bukan. Lagian waktu aku bangun. Dia tidak ada di sana." ucap Angel lirih.
"Kenapa kamu diam? Kalau kamu mau keluar sekarang silahkan. Aku sudah tidak melarangnya lagi. Tapi setidaknya tunggu sampai matahari terbit." Alex bangkit dari duduknya berjalan dengan langkah ringan. Mengangkat tangannya, menepuk pundak Angel. Membuat Angel tersadar dari lamunannya.
Angel membalikkan caranya. Mengangkat kepalanya menatap Alex.
"Balik ke kamar kamu. Tidurlah dulu. Aku akan aka tarang kamu pulang. Jika matahari sudah menampakkan sinarnya." gumam Alex. Melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Angel. Sendiri, wajah Angel masih terlihat bingung. Dia memutar matanya sejenak. Melihat tak ada pintu di sana. Dari pada bingung. Dia menuruti sana apa yang di katakan Alex. Angel kembali masuk ke dalam kamarnya.
dia sedikit kesal dengan Alex dann
rumahnya. Lagian bakan rumah gak ada tempat keluarga. Atau memamg Angel tidak tahu.
Angel kembali lagi ke kamarnya. Kali ini dirinya terlihat b3gitu bingung. Entah kenapa wajahnya terlihat begitu cemas.
merasa cemas Angel melangkahkan kakinya mandir-mandir. Ia tiba-tiba teringat tentang ponselnya..
"Kenapa mereka menelfonku. Apa meraka mau marah denganku? Tapi apa salahku sampai mereka marah? Lagian aku gak salah? Semoga saja semua berjalan dengan baik. Aku beri terbebas dari mereka. Gumam Angel dalam hatinya.
----
Angel menarik napasnya dalam-dalam. Dan mulai mengangkat telfon dari saudaranya.
"Kamu di mana?" tanya saudara wanitanya dengan nada tinggi. Membuat Angel menjauhkan ponselnya dari telinganya.
Apa dia gak bisa berbicara pelan. Apa memang suaranya seperti geledek. Gerutu kesal Angel.
"Angel… Kamu dengar aku gak? Cepat pulang nanti. Jangan sampai mama dan papa tahu. Kalau kamu kelayapan seharian tidak pulang. Atau aku akan bilang pada kekasih kamu. Jika kamu telah selingkuh." ucap Elis adik tiri Angel.
Elis tak pernah sama sekali akur dengan Angel. Meski dia adalah anak kandung yang selalu di manjakan. Beda dnegan Angel yang selalu menjadi seorang yang terasingkan jika berada di dalam rumahnya. Harinya semakin buruk saat Elis memulai ikut campur. Dia sangat menjengkelkan dan membuatnya merasa sangat geram.
"Ada apa?" tanya Angela datar.
"Pulang!"
"Apa kamu tidak bisa bicara baik dengan kakak kamu sendiri." ucap Angel yang mulai berani membantahnya. Angel juga kerasa geram. Saat dia seakan tak punya sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua darinya.
"Memangnya kenapa? Kalau kamu gak pulang. Aku akan adukan kamu ke calon suami kamu. Gimana reaksinya nanti di kantor. Dia pasti akan marah." ancam Elis. Angel menggeram kesal. Mengepalkan ke dua tangannya. Ingin sekali dia mencabi-cabik bibir Elis. Tetapi dia berada dalam lindungan orang tua tirinya.
"Apa mau mu?" tanya Angela.
"Pulang sekarang. Karena keluargaku sudah menunggu kamu. Mereka akan memberikan sebuah kejutan untuk kamu." ucap Elis.
Angela membulatkan ke dua matanya. Kejutan? Orang tuanya tak pernah sama sekali memberikan kejutan padanya? Sepertinya ada yang tidak beres lagi sekarang.
"Baiklah! Aku akan pulang nanti."
"Kenapa tidak sekarang?" pekik Elis.
"Aku masih di rumah temanku."
Elis terdiam. Di balik ponsel dia tertawa pelan. Dia tahu kalau sekarang pasti dia sudah melewati malam dasyatnya dengan seorang laki tua. Seperti yang di rencanakan. Meski semua tidak sesuai rencananya. Dan malah membuat Angel terjebak dengan laki-laki tampan sang CEO terkenal.
"Baiklah! Kita akan tunggu nanti." ucap Elis mematikan ponselnya. Merasa lega, Angel melemparkan ponselnya di atas ranjang. Ia segera berjalan membaringkan tubuhnya.
"Semua orang di rumah membuatku gila. Kapan aku menikah dan segera pergi dari penjara itu. Sepertinya akan terasa sangat nyaman. Apalagi jika menikah dan tinggal berdua. Dan terbebas dari mereka semuanya." gumam Angel. Ke dua matanya menatap atap langit kamarnya.
Drrrttt… Drrtt..
getaran ponsel membangunkan dirinya dari lamunannya. angel.memablikkan badnaya. Ke dua matanya tertuju pada ponselnya. Ia segera meraih ponselnya tepat di atas kepalanya. Menatap layar ponselnya yang masih menyala dan tertera nama Delon.
"Kenapa dia mengirimkan pesan?" ucap Angel. Dia segera membuka ponselnya. Dan beranjak duduk kembali. Sembari membaca isi pesan darinya.
"Angel.. Kamu di mana sekarang" isi pesan itu membuat Angel terdiam.
"Gimana ini? Apa Delon mencariku? Apa dia datang ke.rumahku sekarang?" gumam Angela. Ia kembali menatap ke ponselnya. Ada pesan lagi dari Delon.
"Nanti aku akan datang ke rumah kamu. Kait jalan-jalan."
"Kamu jangan lupa. Pakai baju yang aku kasih kemarin malam."
"Aku tunggu nanti."
Rentetan pesan dari Delon membuat Angela membulatkan matanya. Laku memutar matanya mencoba mengingat kembali tentang baju yang di berikan Delon. Dirinya tidak tahu sama sekali di mana baju itu. Dan siapa yang menerimanya. Sedangkan Elis tadi juga tidak bilang padanya.
"Gimana ini.. Apa aku harus pergi. Kalau sampai dia tahu aku di sini gimana? Apa dia akan marah? Sekarang aku harus jawab apa. Aku juga tidak tahu baju apa? Dan aku juga tidak ada di rumah. Mau pergi juga. Gak bisa! Gak tahu jalan keluar. Atau aku yang terlalu bodoh. Gak bisa keluar dari sini."