Mengganti pakaiannya yang sudah kotor oleh debu dan tanah adalah hal pertama yang dilakukan oleh Syville setelah ia kembali ke tenda pribadinya yang ada markas keluarga Lyttleton. Kali ini ia menggunakan pakaian yang dapat membuatnya bergerak dengan mudah jika dibandingkan dengan sebelumnya.
Mengingat kalau tidak akan ada lagi serangan dari kerajaan lain dalam waktu dekat, Syville tidak lagi menggunakan pelindung seluruh tubuh yang berat dan membuatnya bergerak dengan kaku. Lagi pula, dengan kemampuannya saat ini tubuhnya yang dilapisi oleh Mana lebih kuat dibandingkan dengan pelindung tubuh yang terbuat dari apa pun.
Rambutnya yang belum sempat dipotong dengan gaya yang sama ketika ia terpilih menjadi anggota The Oblivion juga hanya ia ikat satu dengan asal. Tidak lupa juga dengan tombak miliknya, yang akan ia gunakan jika Cainelle tidak mau diajak untuk bekerja sama.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Syville langsung keluar dari tendanya setelah dirasa cukup. Sebelum pergi ke ruang interogasi, Syville berhenti di ruang medis terlebih dahulu. Tubuh ayahnya masih ada di sana, tetapi darah yang sebelumnya memenuhi hampir sebagian besar ruang medis sudah dibersihkan.
“Nona Syville!” sahut seorang prajurit sambil membungkukkan punggungnya memberi hormat. Prajurit lain dan beberapa petugas medis yang sebelumnya tidak sadar dengan kedatangan Syville langsung menghentikan semua pekerjaan mereka dan ikut menyapa Syville dengan hormat.
“Tidak perlu pedulikan aku. Aku hanya ingin mengunjungi ayah sebentar,” balas Syville sambil membuat gerakan kepada prajurit dan petugas medis untuk kembali melanjutkan pekerjaan mereka.
“Tentu, Nona!” kata salah satu prajurit sambil memberikannya jalan. Prajurit yang lain juga mengikutinya.
Syville hanya bisa tersenyum tipis sambil berjalan menuju kasur yang saat ini sudah bersih tanpa noda darah sedikit pun. Melihatnya yang seperti ini, membuat Syville berpikir bahwa ayahnya hanya sedang tertidur di atas kasur.
Meski sebelumnya ia sempat kesal karena sikap ayahnya yang dingin terhadapnya, tetapi ketika ia melihat ayahnya yang sudah tidak bernyawa lagi, rasa kesal itu langsung menghilang seketika. Digantikan oleh penyesalan karena ia belum sempat memberikan apa yang terbaik untuk ayahnya … untuk yang kedua kalinya.
“Tunggulah sebentar lagi, ayah. Setelah Cainelle mengakui semua perbuatannya, aku akan membawamu pulang dan membuat tempat peristirahatan yang lebih layak untukmu,” gumam Syville pelan. Dia tidak ingin seperti dirinya yang dulu lagi, yang hanya bisa menangis dan membuat orang lain mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan. “Aku akan kembali secepatnya.”
Setelah mengatakan hal itu, Syville kembali menggenggam tombaknya dengan erat dan langsung keluar dari ruang medis untuk pergi ke tempat di mana Cainelle berada. Dalam hatinya, Syville bersumpah akan membuat Cainelle meenyesali perbuatannya.
Tenda yang digunakan untuk menjadi ruangan interogasi ternyata lebih sepi dibandingkan dengan apa yang dibayangkan oleh Syville.
Sebelumnya ia membayangkan kalau semua prajurit dari keluarga Livanto akan berbondong – bondong datang untuk menyelamatkan Tuan Muda mereka. Tapi ternyata, sampai saat ini ia belum mendengar adanya protes atau p*********n dari para prajurit keluarga Livanto …
… Jangan – jangan prajurit keluarga Livanto belum sadar kalau dirinya yang membawa Tuan mereka? Tidak mungkin, ‘kan? Atau jangan – jangan sebenarnya … tidak ada … yang menyukai Cainelle bahkan orang – orang terdekatnya sendiri?
… Sayangnya hal yang menyedihkan seperti itu tidak membuat Syville simpati kepada Cainelle sedikit pun.
“Syville! Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Vayre yang baru saja keluar dari dalam tenda ruang interogasi dengan kening yang berkerut sangat dalam. Tidak jauh di belakangnya, Dan menyusul dengan wajah yang hampir sama dengannya.
“Cainelle yang membuat rencana untuk membunuh ayah, Vayre. Semuanya dilakukan olehnya untuk mendapatkan kedudukan keluarga Lyttleton.”
Mulut Vayre terbuka lebar, begitu pula dengan kedua matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Syville.
Dan yang sebelumnya memiliki wajah yang sama dengan Vayre berdeham pelan sambil membetulkan posisi kacamatanya, kemudian berkata, “Nona … sepertinya telingaku sedikit bermasalah. Aku baru saja mendengar kalau Tuan Livanto yang merencanakan pembunuhan Kepala Keluarga … Tuan Watson … ?”
“Berarti telingamu masih bekerja dengan baik, Dan. Karena memang hal itulah yang baru saja aku katakan kepada kalian berdua.”
Vayre langsung menarik napas dingin di antara giginya yang terkatup rapat sambil memijat pelan keningnya. “Tapi … kenapa? Bukankah ayah sudah menyetujui permohonan pertunangannya denganmu? Bukankah hal itu secara tidak langsung bisa membuatnya menjadi kepala keluarga Lyttleton selanjutnya?”
Dan juga ikut menarik napas dingin di antara giginya yang terkatup rapat. “Jangan bilang … orang yang bernama Cainelle itu tidak memiliki kesabaran, atau mungkin khawatir dengan sesuatu …” Dan mengusap dagunya berpikir, kemudian melanjutkan, “Apa dia khawatir dengan Tuan Vayre?”
Kening Vayre semakin berkerut, dengan bingung ia bertanya, “Kenapa? Kenapa aku?”
“Bagaimana jika kita menanyakan hal itu langsung kepadanya? Jangan lupa catat semua apa yang keluar dari mulutnya. Aku akan membuatnya merasakan apa yang dilakukannya terhadap ayah,” kata Syville pelan sambil berjalan masuk ke dalam ruang interogasi.
“Tunggu, Syville … kau akan ikut?” tanya Vayre sambil menahan Syville sebelum ia berhasil masuk ke dalam ruang interogasi.
“Tentu saja. Aku yang akan mempertanggung jawabkan semua perbuatanku yang menarik dan membawa paksa Cainelle ke tempat ini tanpa keinginannya sendiri, menahannya tanpa alasan yang jelas, dan juga melukainya selama proses yang kusebutkan tadi,” kata Syville menarik kembali tangannya yang sempat ditahan oleh Vayre. “Seorang notulen yang berasal dari keluarga kerajaan masih ada di dalam, ‘kan?”
Dan menganggukkan kepalanya sedikit kaku, mungkin karena ragu. “Itu benar, Nona. Ia belum sempat kembali setelah mencatat informasi dari prajurit musuh karena … sesuatu terjadi kepada Tuan Watson.”
“Bagus. Dia bisa menjadi seseorang yang netral untuk melaporkan apa yang dilakukan oleh Cainelle,” balas Syville pelan, kemudian menunjuk ke dalam ruang interogasi dengan dagunya. “Tunggu apalagi?”
“ … Syville … apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa kau berbeda dari biasanya?” bisik Vayre pelan dengan wajah yang dipenuhi oleh kekhawatiran.
Melihat dan mendengar kakaknya yang seperti itu, Syville hanya bisa tersenyum miris dan menjawab, “Karena aku akan melakukan yang terbaik mulai saat ini, kak.”
.
.
Seperti pemikiran Syville, di awal Cainelle tidak mau mengakui semua perbuatannya. Bahkan ia meminta notulen yang berasal dari keluarga kerajaan untuk menangkap dirinya karena melakukan kekerasan pada keluarga bangsawan yang kedudukannya lebih tinggi dibandingkan dengan dirinya.
Namun, setelah Syville diam-diam menggunakan kekuatan sihirnya tanpa disadari oleh Vayre, Dan dan juga notulen dari kerajaan, akhirnya Cainelle mengakui semua perbuatannya.
Ia mengaku telah melakukan rencana pembunuhan kepada kepala keluarga Lyttleton untuk mendapatkan hak sebagai kepala keluarga yang baru setelah menikahi Syville, ia juga sudah memiliki rencana untuk menjebak Vayre dan membuatnya sebagai tersangka yang membunuh ayahnya sendiri karena ia tidak dijadikan kepala keluarga.
Hal itu langsung dibeberkan oleh mulutnya sendiri setelah Syville menggunakan Aero untuk menghilangkan oksigen di sekitar Cainelle, membuatnya untuk sulit bernapas tanpa disadari oleh yang lain. Syville sengaja memasang senyuman di wajahnya ketika melihat Cainelle yang sedang berusaha susah payah untuk bernapas, layaknya seekor ikan yang tidak berada di dalam air lagi.
Sebagai notulen terpercaya dari keluarga kerajaan dan seseorang yang dapat dipastikan kalau ia memiliki kedudukan yang netral di antara keluarga Livanto dan Lyttleton, notulen itu bisa melaporkan semua yang diakui oleh Cainelle dan dapat langsung membawanya ke pengadilan kerajaan.
Seseorang yang melakukan pembunuhan berencana terhadap seorang bangsawan, meski mereka memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan korbannya, kebangsawanan mereka akan dicabut dan orang itu akan dieksekusi di alun – alun tengah kerajaan yang akan ditonton oleh umum.
Cainelle langsung kehilangan kesadarannya dengan wajah yang pucat pasi. Notulen yang mendengar semua pengakuan Cainelle hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil bergumam ‘Semua karena keserakahan dirinya sendiri …’ kemudian ia mulai menulis sebuah surat kecil yang akan dikirimkan dengan burung merpati pos kepada keluarga kerajaan.
“Status kebangsawanan orang ini …” kata Dan tiba-tiba. “Apa status kebangsawanan orang ini sudah dipastikan telah dicabut? Atau kita harus menunggu hasil dari pengadilan?”
Notulen yang masih sibuk menuliskan surat mengangkat wajahnya, kemudian melirik ke arah Cainelle yang masih kehilangan kesadaran dan dibiarkan tertidur di atas tanah. “Tenang saja. Aku juga bekerja di pengadilan, teman-temanku pun banyak yang bekerja di sana,” jawabnya kembali menundukkan wajahnya untuk melanjutkan surat yang sedang ia tulis. “Lagi pula, saat ini kita sedang berada di medan perang. Kecelakaan pasti akan terjadi setiap detiknya.”
“Bagus,” kata Dan pelan sambil berjalan ke dekat Cainelle dan menarik kerahnya dengan paksa. Kemudian, dengan sekuat tenaga ia meninju Cainelle yang masih kehilangan kesadaran.
Cainelle langsung terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Meski begitu, Dan tidak berhenti sama sekali sampai seluruh wajah Cainelle benar – benar bengkak dan berubah menjadi biru.
Tentu saja, tidak ada satu pun yang mencoba untuk menghentikan Dan melakukan hal itu. Meski Syville tidak menghajar Cainelle dengan tangannya sendiri, melihat Dan yang sudah mewakilinya membuat kebenciannya terhadap Cainelle sedikit menghilang. Tapi tidak untuk kakaknya. Setelah Dan selesai, Vayre mematahkan kedua kaki Cainelle dengan wajah yang datar.
Mungkin … mereka melakukan hal semacam itu untuk menggali informasi dari musuh yang mereka interogasi. Setidaknya Syville bisa mendapatkan pelajaran dengan melihat apa yang dilakukan oleh Dan dan kakaknya jika di kemudian hari ia harus melakukannya.
Bahkan sampai surat yang ditulis oleh notulen keluarga kerajaan selesai dan dikirim dengan merpati pos, tidak ada satu pun prajurit dari keluarga Livanto yang berusaha untuk merebut kembali tuan mereka yang ditahan oleh Syville.
.
.
Selama hampir seharian, markas keluarga Lyttleton sedikit sibuk karena kepala keluarga Livanto yang mendengar kabar kalau salah satu anaknya membuat ulah tiba-tiba datang. Tidak hanya itu, bahkan seorang ajudan terpercaya yang langsung bekerja di bawah Raja datang bersamanya.
Bukan untuk membela Cainelle, tetapi memohon maaf kepada Syville dan anggota keluarga Lyttleton yang lain. Sebelum sampai di markas keluarga Lyttleton, ternyata mereka juga sudah menginterogasi prajurit yang bekerja di bawah Cainelle, dan menangkap semua orang yang ikut dalam rencananya. Tanpa basa – basi, mereka langsung dieksekusi di tempat.
Syville mendapatkan janji dari kepala keluarga Livanto dan juga ajudan Raja untuk membuat tempat peristirahatan yang sangat layak untuk ayahnya. Mereka juga berjanji untuk memberikan tunjangan karena perbuatan Cainelle.
Meski tidak ingin menguangkan kematian ayahnya sendiri, Syville tetap menerimanya dan bisa menggunakan uang itu untuk memperkuat kedudukan keluarganya di kerajaan dan juga pertahanan keluarganya di perbatasan kerajaan.
Tubuh ayahnya dibawa kembali oleh kepala keluarga Livanto dan juga ajudan Raja. Karena saat ini masih dalam waktu peperangan, Syville meminta Dan untuk ikut bersama mereka mengurus pemakaman ayahnya. Sedangkan Syville dan juga Vayre harus tetap mempertahankan perbatasan kerajaan dari serangan musuh.
Semua itu selesai dalam waktu tiga hari, selama tiga hari itu pula Syville tidak memiliki banyak kesempatan untuk beristirahat. Di malam kelima setelah kematian ayahnya, akhirnya Syville bisa beristirahat di tendanya sendiri.
Mungkin karena kelelahan, ketika kepalanya menyentuh bantal yang tidak terlalu empuk dan tubuhnya yang terbaring di atas kasur yang juga tidak terlalu empuk, ia langsung tertidur dengan pulas.
.
.
“Yo.”
Syville hanya bisa mengedipkan matanya ketika ia melihat seseorang yang terlihat seperti Zeth di depannya ketika ia baru saja terbangun dari tidurnya. Bahkan, suaranya pun terdengar sama.
“Sepertinya aku masih kurang tidur …” gumam Syville pelan kembali menutup kedua matanya lagi dan memutar tubuhnya untuk mencari posisi nyaman untuk kembali tidur.
“Apa kau masih kelelahan? Kita bisa kembali nanti …”
Kali ini kedua mata Syville langsung terbuka dengan lebar, ia bangun dari posisi tidurnya dan langsung memutar kepalanya ke sumber suara.
“Zeth … Zeth? Zeth!?”
“Yo,” kata Zeth sekali lagi dengan senyuman yang terlihat canggung.
Dengan lompatan tinggi, Syville turun dari kasurnya dan berlari ke arah Zeth, memeluknya dalam pelukan besar. “Zeeethh!”
Zeth bergerak canggung di tempatnya dan membiarkan Syville memeluk tubuhnya sambil menangis selama beberapa menit. Dengan kaku, Zeth hanya bisa mengelus pelan punggung Syville sampai ia berhenti terisak.
“Uh, maaf,” gumam Syville pelan sambil mengusap wajahnya yang basah karena air mata. Ia juga mengusap d**a Zeth yang bajunya sudah basah oleh air matanya.
Zeth terkekeh pelan, kemudian berkata, “Tidak masalah. Maaf jika aku datang terlambat.”
Syville terisak satu kali dan membalas, “Itu tidak benar. Lagi pula, kau datang tepat waktu setelah semua hal yang membuatku menyesal sampai saat ini telah kuselesaikan.”
“Apa kau siap untuk kembali?” tanya Zeth dengan wajah yang sedikit ragu. “Aku tahu kau memiliki beberapa pertanyaan … tapi mungkin aku bisa menjelaskannya setelah kita kembali …”
Syville menganggukkan kepalanya satu kali. “Ya, aku memiliki banyak pertanyaan. Ah, aku juga sudah tidak sabar ingin bertemu dengan yang lain, dengan kakakku juga. Ayo kita kembali, Zeth.” []