“Rinai.” Beno meletakkan cangkir kopi yang tadi digenggamnya ke atas meja. Kafetaria yang terletak di atap gedung berlantai dua puluh itu ramai dikunjungi karyawan dari berbagai perusahaan ketika jam makan siang seperti ini. Beno beruntung karena ada satu kursi kosong di meja tempat Rinai tengah menyantap makan siangnya. “Ahh … Beno? Really?” Rinai meletakkan sendok dan garpunya di piring dengan enggan. Sengaja menampakkan keengganan itu pada Beno. Beno menarik kursi di hadapan Rinai dan duduk di sana sambil tersenyum tanpa rasa bersalah. Dia mengerutkan keningnya, “Really? Kamu seperti muak sekali lihat aku, Nay.” “Memang!” Rinai menyahut ketus. “Karena aku bisa tebak kamu datang padaku hari ini untuk menanyakan tentang Adel.”
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari