SUARA AYUMI
"Tadi Hendrik dan istrinya datang kemari."
"Oh ya, bagus dong."
"Bagus apaan ? "
"Ya bagus lah akhirnya istrinya tahu kalau Hendrik punya anak sebesar Bunga."
"Kenapa kamu sepicik ini ? bukannya aku sudah mengikhlaskan semuanya ?"
"Ini masalah harga diri keluarga adikku Ayumi yang cantik jelita." Sambut Pak Bil mengingatkan.
"Akan sampai kapan ?"
"Sampai Hendrik hancur."
"Hendrik itu ayah Bunga."
"Ayah yang tidak bertanggung jawab kan ?"
"Mas salah, Hendrik sangat bertanggung jawab. Hari itu aku yang pergi meninggalkan dia."
"Alasanmu apa ?" Jawab Pak Bil lagi.
"Karena ayah Hendrik mengusir mu bukan ?"
"Ya, karena saat itu kami masih terlalu muda." Penjelasan Ayumi pada kakaknya.
"Bukan karena kalian terlalu muda tapi karena kita miskin Ayumi, mereka orang kaya. Dan orang kaya selalu mampu melakukan apapun untuk memuaskan ambisinya!." Pak Bil nampak sangat emosi.
Berkali-kali Ayumi selalu saja membela Hendrik, padahal jelas Hendrik telah membuat dirinya luka bahkan kehilangan masa depan dan nama baik. Sedang Hendrik masih saja berkibar dengan semua kehormatan yang dimilikinya.
Hari ini, dengan skenario yang telah disiapkan oleh Bil, akhirnya Hendrik dan Ayumi pun bertemu. Saat ini adalah saat pembalasan dan mereka harus menang, tapi sayangnya Ayumi selalu saja berusaha menolak.
Terlebih saat Hendrik muncul lagi, saat Hendrik ada di depannya, saat Hendrik sudah mengenal Bunga. Ayumi sepertinya terus membela Hendrik.
Itu yang membuat Bil muak. Ayumi seolah menganggap Hendrik pahlawan dalam kehidupannya.
Setiap pemberian dari Hendrik, tas, jam tangan, motor, jilbab juga uang. Menjadi bernilai sangat besar untuk Ayumi.
Ayumi seolah lupa saat menanggung kehamilan seorang diri, saat ia harus menumpang tidur di warung, saat melahirkan, saat menyusui dan tanpa ada santunan sedikit pun dari keluarga Hendrik.
Lalu saat Ayumi menjaga Bunga selama dua puluh tahun, Hendrik di mana?
Andai mereka memang tidak tahu di mana Ayumi berada minimal mereka tahu alamat keluarga besar Ayumi. Jadi tidak ada alasan lagi. Faktanya mereka tidak pernah muncul. Tidak sama sekali.
Hendrik pun tidak datang pada keluarga Ayumi setidaknya untuk meminta maaf, andai ia dicaci maki minimal dia telah membuktikan bahwa dia bertanggung jawab.
Sekarang, Ayumi membela Hendrik. Memuji Hendrik, ingin menjaga rumah tangga Hendrik agar baik-baik saja. Bodoh sekali!.
"Tapi aku yang mengajak Hendrik untuk melakukan hubungan itu, aku. . . ."
Ayumi berusaha menjelaskan.
"Oke, oke, oke, sekarang mau mu apa ? apa kamu mau menjauhi Hendrik ?, apa kamu ingin menjaganya ?. Apaaa, apaa yang akan kamu lakukan ? Apaaaaa!!" Pak Bil berteriak kencang mendengar pembelaan demi pembelaan yang di ucapkan Ayumi. Menyebalkan sekali.
Awalnya Ayumi sudah sepakat untuk membalas dendam pada Hendrik, sudah sepakat untuk mengikuti Skenario Pak Bil. Tapi sekarang semua berbalik. Hal itu jelas membuat Bil marah besar.
Ayumi masuk ke kamarnya lalu menangis terisak-isak. Ia memeluk guling sambil membayangkan tangan kekar Hendrik telah memeluknya. Mengalirkan kedamaian yang luar biasa, seperti apa yang mereka lakukan dua hari yang lalu.
Dua hari yang lalu Hendrik dan Ayumi makan malam di gazebo yang rencananya akan di bangun villa. Di sana mereka makan dengan lahap, Ayumi membawa makanannya dari rumah, ia sengaja memasak dan memamerkan kepiawaiannya memasak pada Hendrik.
Ada Bunga juga yang ikit serta, mereka seperti keluarga yang lengkap tanpa cacat.
Bunga bersandar pada tiang sedang Hendrik memeluk Ayumi seolah ingin mengatakan bahwa ia masih mencintainya.
Ayumi menikmati itu serta menikmati detik-detik pelukan hangat itu menempel di bahunya. Ayumi seolah tak ingin lepas.
Bagi Ayumi yang sungguh haus sentuhan lelaki, saat seperti itu melenakan.
Malam ini Ayumi mengingatnya lagi. Dan atas dasar ingatannya itu ia seolah tak ingin menghancurkan Hendrik.
Ayumi seolah ingin terus dan terus dipeluk tanpa peduli Hendrik sudah menikah atau belum. Ayumi tidak ingin Hendrik sakit karena ternyata Ayumi sangat mencintainya.
Peta politiknya menjadi berbeda. Bil tidak lagi bisa berkoalisi dengan Ayumi karena ia kini menangkap gejala bahwa Ayumi akan bermain belakang.
Ayumi akan mengkhianatinya. Ayumi menjadi lupa siapa orang yang membelanya selama ini.
Sungguh, cinta memang membuat buta.