PERMOHONAN CINTA

762 Kata
PERMOHONAN CINTA Bukan pelakor namanya bika tak cerdik, seperti juga Ayumi. Rasa sakit hati yang ia bawa usai bertemu Arum membuat ia mengukir banyak keinginan untuk makin merengkuh Hendrik. Dua hari ia diam dan tak berkabar, ia menghilang dari semua sosial media juga telepon dan whatsapnya. Semua off. Dan dihari ke dua Ayumi menghidupkan whatsappnya berharap ada notifikasi dari Hendrik. Ternyata kosong. Ayumi menggeliat. Ia merasa tidak boleh kehilangan waktu bila ia lengah maka bisa saja Arum mengambil seluruh hati dan tubuh Hendrik serta tidak menyisakan sesuatu barang sedikitpun untuknya. Hari ini ia menghubungi Hendrik, ia memakai kaos tanpa lengan juga bra yang baru saja dibelinya. Panggilan video pun masuk. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam." "Diih, sombong, bila tidak dihubungi nggak menghubungi, nggak kangen ya." "Hmmm" Hendrik tersenyum. "Bajunya bagus." Hendrik bicara lagi. "Dalamnya juga bagus." jawab Ayumi. "Mulai nakal ya." "Habisnya kangen." "Aku juga kangen sayang, tapi kita kan sudah sepakat bahwa aku akan mendahulukan keluarga dan kerjaan ku. Tentang Bunga aku pasti bertanggung jawab." Suara Hendrik lembut menenangkan. "Terus aku di mana donk letaknya." "Tumben manja, ada apa nih ?" Tanya Hendrik menggoda. "Sudah dibilang aku kangen." "Ya terus kalau kangen mau diapain." "Mau disayang, mas ke sini dong." Hendrik nampak berpikir. "Kita ketemu di gazebo saja ya, di atas." "Asiikkk, jam berapa ?" "Satu jam dari sekarang." "Yes, aku siap-siap." Panggilan video itu pun dimatikan, Ayumi bersorak saat tahu bahwa Hendrik masih tergoda pada dirinya. 'Tidak sulit merayu Hendrik, ternyata.' desis Ayumi. Ayumi pun menuju tempst mereka janji bertemu, Hendrik pun demikian. Mereka bergenggaman tangan seolah menyalurkan rindu yang tersimpan. Hendrik mengusap-usap jilbab Ayumi lalu duduk di ujung Gazebo. "Kalau sudah ketemu mau apa ?" "Ya, pokoknya ketemu." "Hmmmm" "Kan kangen itu solusinya ketemu." "Terus kalau kangennya tiap hari bagaimana ?" "Ya ketemu tiap hari." Hendrik pun tertawa lepas. Mereka lalu berbincang tentang banyak hal termasuk juga tentang kedatangan Ayumi ke tempat Arum kemarin. Tentang perbincangan Ayumi dan Arum. "Aku kemarin pulang karena diusir sama mbak Arum, aku dibentak dengan suara keras sekali." "Arum membentak ?apa mungkin ?" "Ya, mungkin lah, Mas. Namanya juga orang sakit hati." Ayumi menambahkan banyak bumbu dalam kisahnya membuat Hendrik iba. "Kalau mbak Arum memang tidak mengijinkan aku menikah dengan mas, aku ikhlas mas, tapi aku mohon ijinkanlah sekali saja Bunga tidur di rumah mu, agar dia juga tahu rasanya punya ayah." Ayumi merengek. "Bunga tidur di rumah ku ?" Tanya Hendrik berusaha meyakinkan. "Iya, kenapa ?" Ayumi makin keras berjuang untuk mendapatkan Hendrik. "Bunga itu punya hak atas dirimu, sedangkan anak-anak Arum bukan darah daging mu sendiri jadi kamu tidak bisa dong melebihkan mereka dan mengalahkan Bunga." "Ini bukan tentang kalah dan menang, ada hal yang harus aku pertimbangkan." "Tapi kamu mau kan suatu hari mengajak Bunga untuk tidur di rumah mu ? Aku nggak minta apa-apa, kalau harta aku punya Mas, tapi aku perlu kamu untuk Bunga." Ayumi mulai mengeluarkan air matanya. Karena iba Hendrik pun menyandarkan kepala Ayumi di d**a bidangnya. Hendrik merasa penting untuk menenangkan Ayumi agar tidak ada gejolak yang lebih besar lagi. Hendrik bahagia bertemu kembali dengan Ayumi dan Bunga, wanita yang dicarinya selama ini, tetapi tentang urusan yang pelik saat ini dalam hubungan rumah tangganya yang tadinya bahagia, sungguh Hendrik tidak pernah menyangka. Saat mereka sedang asyik menyalurkan perasaan dan gairah mereka saat itu juga sebuah mobil fortuner hitam melintas pelan dan berhenti tepat di depan villa yang sedang dibangun itu. Hendrik dan Ayumi tidak menyadari akan kedatangan mobil tersebut. "Tin, tin, tin." Tiga kali klakson mobil dibunyikan. Seorang pekerja memberi tahu Hendrik dan Ayumi bahwa mereka kedatangan tamu. "Pak, bu, ada tamu " Hendrik dan Ayumi melihat ke jalan raya, mereka terkejut melihat Arum di sana dengan fortunernya. Dengan sigap Hendrik berdiri dan Ayumi pun demikian. Mereka tegang sekali karena berpikir bahwa Arum akan turun lalu membuat keributan seperti layaknya wanita lain yang mendapati suaminya berselingkuh. Tapi Arum hanya tersenyum sambil mengacungkan jempolnya lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Hendrik merasa berdosa pada Arum, ia merasa telah tertangkap basah lagi dan atas itu ia siap untuk dihukum. "Sayang, sebaiknya kita pulang, ada yang harus ku selesaikan dengan Arum." Ayumi mengangguk, ia menampakkan wajah penuh sesal. "Kalau semua ini karena aku, aku mohon maaf ya." "Tenang saja, aku yang akan menyelesaikan." Hendrik masuk dalam mobilnya lalu berlalu pergi. Ada hati yang tulus yang Hendrik pertaruhkan demi seorang wanita di masa lalu yang kini telah hadir kembali. Andai saja Hendrik bisa berlaku bijak. Taat pada pernikahannya dan bertanggung jawab pada putri biologisnya tanpa mencampur adukkan keduanya. Percayalah bila kita tulus tapi ditinggalkan bukan kita yang akan menyesal tetapi dia yang akan kehilangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN