Dalam ruangan itu kini tinggal Pak Bil dan Bunga, mereka hanya berdua saja karena Ayumi telah menunggu di luar. “Pi. . .” Ucap Bunga mengulurkan lengannya pada Pak Bil, Pak Bil tersenyum menyambut uluran lengan itu. Bunga itu segalanya bagi Pak Bil, ia sampai rela tidak menikah demi memilih membesarkan dan membiayai hidup Bunga. Pak Bil tidak ingin bila nanti ia menikah, istri dan keluarga barunya justru tidak menyayangi Bunga. Itu akan sangat berbahaya sekali. Berdasar dari ketakutan itulah Pak Bil memilih tetap hidup sendiri. “Ada apa, Bunga ?” “Papi kenal ya dengan, Om Hendrik.” Pak Bil diam sejenak kemudian mengangguk. “Papi membenci Om Hendrik, ya ?” Bunga bertanya lagi. “Iya karena dia adalah lelaki pengecut yang telah menyengsarakan mamamu.” Ucap Pak Bil pada Bunga. “Papi yaki