3. Pria Misterius

1007 Kata
"Berisik." Hardik pria yang memakai serba hitam itu. "Bisa tidak, tidak usah teriak teriak, kalau kamu benci kenapa kamu tidak habisi saja sekalian." Suara pria itu menggema. Suasana sepih membuat keduanya takut, apa lagi pria tersebut memiliki penampilan yang seram, lebih menyeramkan dari hantu. "Lid ayo kita kabur, masa iya mati konyol di sini." Bisik Riana. Sementara pria itu seolah akan menerkam mereka hidup hidup, mata yang tajam memberikan kesan horor di sana, apa lagi saat ini suasana Maghrib. "Setan...!" Teriak mereka sambil lari terbirit-b***t. Entah apa yang membuat tempat itu di huni pria misterius, tapi entah manusia atau setan. "Ganggu saja." Gerutu pria misterius itu. " Ha...ha...ha..." Mereka tersengal-sengal, mereka berdua masuk dalam mobil sambil menoleh samping kiri kanan, takut pria itu mengejar mereka. "Duh gimana sih, itu manusia atau setan tadi ya." Tanya Riana dengan polosnya. "Mana gwe tau, kamu sih pake teriak teriak segala, akhirnya dia muncul kan." Gerutu Lidya. Lidya meruntuki kebodohan sahabatnya, sementara Riana menertawakan nasib mereka yang apes. Lidya yakin itu manusia, yang mungkin pelaku kejahatan bersembunyi di tempat yang sepi seperti tadi. "Ayo turun, besok kita ke mall jalan jalan sekarang saya cape. Lari larian Maghrib Maghrib untung setannya gak ngejar." Omel Lidya. "Iya kebetulan besok weekend jadi kita santai santai saja di mall atau nonton di bioskop." Keduanya naik lif menuju lantai dimana Lidya menghuni kamarnya. Keduanya tertidur pulas, entah jam berapa terbangun karena merasa lapar. "Lidya. Bangun saya lapar cari makan yuk." Ajak Riana. "Nggak bisa nunggu besok saja apa." Tanya Lidya. Lidya mengecek jam ternyata baru jam sepuluh malam, wajar saja kalau mereka kelaparan karena mereka belum makan malam. Keduanya memutuskan untuk masak makanan cepat saji di dapur, ayam yang sudah di ungkep langsung di goreng saja. Keduanya makan dengan lahap, tanpa bersuara, mereka selesai makan langsung melanjutkan tidur mereka yang tertunda. "Ri, bangun Ri, itu telpon kamu berdering terus." "Siapa sih, masih pagi ini." Riana merijek setelah mengetahui siapa yang menelponnya, dia tidak ingin berhubungan lagi dengan mereka. "Mandi sana, itu muka kusut amat." Ledek Lidya. "Iya bikin bad mood saja, ngapain mereka telpon saya pagi pagi begini." Cerocos Riana. Setelahnya sarapan mereka berdua pergi jalan pagi di sekitar taman yang ada sekitar apartemen. Mereka mengintari lapangan sambil lari lari kecil. Sementara Bastian lagi kena siraman qalbu di pagi hari, entah apa yang terjadi sehingga orang tuanya marah besar. "Sekali lagi itu calon istri mu, kirim pesan begini, kamu tidak usah tinggal di sini, mau dia hamil atau tidak bukan urusan saya ya." Ujar Sofiah. "Jangan suka perintah saya, saya tidak suka." Hardik Sofiah. "Kalau kamu masih mau kerja di kantor teman Ayah, ubah sikapmu, kami orang tua mu, tidak bisa seenak mu sendiri." Bentak Aditya. Bastian pasrah, sudah melarang Aurel untuk mengirim pesan ke orang tuanya, tapi tidak di tanggapi akhirnya kemarahan orang tua nya harus dia terima. "Sayang ayo kita ke mall, ajak juga ayah ibumu, kan kita sudah jadi keluarga." Pesan Aurel masuk ke ponsel Bastian. Bastian hanya bisa membuang napas kasar, orangtuanya sudah marah pagi ini, dia tidak ingin membuat mereka makin marah. "Maaf Aurel, saya masih sibuk, kalau mau jalan silakan ajak orang tuamu saja." Balas Bastian. Aurel mencebikan bibirnya, tapi dia harus bisa mengambil momen yang tepat agar terlihat seperti menantu idaman. Aurel mendatangi rumah Bastian bersama ibunya Sulis, dengan padehnya memperkenalkan diri sama satpam di depan. "Pak buka pintunya, kami tamu terhormat menantu kesayangan nyonya kalian." Pinta Aurel dengan sombongnya. Pak Jarwo membuka pagar setelah mendapat instruksi dari majikannya, "kok lama sekali buka pintunya, ingat kau sekali lagi seperti ini akan saya pecat." Pak Jarwo hanya menggeleng kan kepala, "sombong amat, apanya sih yang bagus dari Aurel, masih mending Riana kalem, sopan, lemah lembut. Lah dia seperti nenek lampir." Ucap Jarwo mencak mencak sendiri. "Besan mau pergi kemana, kami datang berkunjung malah pergi." Ucap Sulis dengan tidak tau malunya. "Kami mau ke pesta pernikahannya kerabat kami, ada apa kemari." Tanya Aditya. Sementara Sofiah sibuk dengan ponselnya seola ola tidak ada orang di depannya. "Begini besan, menyangkut anak anak kita, katanya mau di adakan pesta sederhana ya." Tanya nya. "Iya, kami sibuk makamnya sederhana saja." Titah Aditya dengan wajah datar. "Tapi gimana dengan rekam bisnis kalian, apa tidak malu." Ujar Bu Sulis sambil melirik Sofiah duduk di dekat suaminya sambil Mian ponsel "Tidak usah di undang cukup keluarga besar saja." Ujar Sofiah akhirnya buka suara. Sulis tertegun, bagaimana bisa pernikahan putrinya diadakan secara sederhana tapi dia sudah koar koar di grub pesta anaknya akan meriah. "Begini Bu besan mereka kan anak satu satu, masa menikah sederhana, kan Pernikahan sekali seumur hidup." Tapi nyatanya keputusan calon besannya itu tidak bisa di ganggu gugat, sudah final. "Kalau kalian mau pesta silakan tanggung sendiri biayanya, kami hanya mampu kasih menikah di KUA saja." Ujar Sofiah. "Jangan pelit besan sama anak sendiri, apa lagi kita akan kehadiran anggota baru sebentar lagi." Sofiah sudah kepalang emosi tapi tetap harus di tahan. Setelah itu Sulis pergi meninggalkan kediaman calon besannya meninggalkan Aurel seorang diri di sana, "Aurel kenapa belum pulang." Tanya Sofiah. "Mau ikut Tante ke pesta," ujarnya tidak tau malu. "Saya tidak ajak kamu, mendingan kamu pulang saja." Hardik Sofiah. Aurel menampakan wajah sedihnya agar terlihat tersakiti, sementara Bastian entah kemana. Aurel pulang dengan seribu kekecewaan, karena apa yang di harapkan tak sesuai kenyataan. Dia menerima penolakan lagi dn lagi. "Ini semua gara gara Riana, pasti dia sudah mencuci otak mama mertuaku." Omelnya sepanjang jalan. Pilihan terakhirnya ke mall untuk menghabiskan waktunya. Sesampainya di mall langsung masuk ke salah satu toko. Di sana ternyata ada Riana sama Sahabatnya, Aurel mendekati mereka sambil berteriak. "Wah orang miskin lagi belanja tu, hati hati ya jangan sampai ada yang kehilangan barang barang berharga anda." Instruksi yang di berikan tak berpengaruh apa apa. Sejatinya Riana costumer VIP di toko ini, "itu orang ada masalah apa sih dalam hidupnya." Cibir salah satu pengunjung. "Halo semua perkenalkan ini Aurel Kaka tiri syaa, hati hati ya ibu ibu Aurel ini doyan dengan milik orang lain." Ujar Riana. Semua pengunjung menghujat Aurel karena telah merebut apa yang akan menjadi milik adiknya sendiri. "Diam...!"

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN