2. Drama Pagi Hari

1037 Kata
Sementara yang di tatap hanya diam membisu, Handoko menatap Riana dengan tatapan sendu. "Ikhlaskan Bastian untuk Aurel dan kamu bisa cari laki laki lain." Ucapan Handoko bagai belati yang menancap di hati Riana. Riana melirik ayahnya sambil tersenyum simpul, walau sakit harus tersenyum begitu bukan. "Ambi lah, selagi kalian sama-sama sampah, tak heran sih ibunya saja pelakor." Cibirnya sebelum meninggalkan ketiganya. Aurel tidak mau di hina, menyuruh Handoko untuk mengusir Riana dari rumah ini, Handoko tidak ada pilihan lain untuk menolak. "Ayah, saya tidak mau tau, saya tidak ingin Riana ada di rumah ini yang ada calon suamiku di rebutnya." "Itu akan jadi urusan ayah, jaga cucu ayah jangan sampai kenapa napa." Ucap Handoko. Ibu dan anak tersenyum, mereka sedikit lagi akan menyelesaikan misi mereka. Mereka berniat menguasai rumah ini, tanpa mereka sadari sertifikat sudah ada di genggaman Riana. "Kalian akan merasakan akibatnya setelah ini." Guman Riana sambil tersenyum mengerikan. Riana memiliki dua toko kue dan dan dua rumah makan, Riana juga seorang content kreator yang sukses. Setiap hari Riana membagikan kegiatannya di media sosial miliknya. Seperti pagi ini Riana mengunjungi rumah makan miliknya yang di pinggiran kota, camera sudah on masuk dalam rumah makan miliknya. "Pagi kak," "Pagi juga." Jawab Riana. Yang menyapanya salah satu fens di media sosialnya. "Gimana makanan di sini, apa puas dengan pelayanan kami." Riana mulai membuka obrolan. "Untuk makanan enak enak semua, pelayanan juga sangat bagus." Ujar pengunjung itu. "Hallo guys jangan lupa mampir di sini ya rumah makan Nusantara kuliner'an, di sini di jamin puas, makanan murah meriah cukup bayar dua puluh ribu saja." Ucap Riana sambil mengakhiri videonya. Riana ikut sarapan dengan nasi kremes, ini menu andalan di rumah makan miliknya selain murah juga rasanya enak, porsinya tak tanggung tanggung. Selesai sarapan Riana mengambil alih kasir, dia benar benar bekerja keras untuk hidupnya. "Hai, kak Riana kan." Tanya salah satu gadis remaja yang akan membayar makanannya. "Iya dek." Jawab Riana sambil tersenyum manis. "Bisa foto kan kak." "Bisa ayo sini." Crekt Cekret Setelah berfoto anak gadis itu keluar dengan wajah berbinar, dia berhasil mendapatkan foto Riana suruhan seseorang. Riana berada di rumah makannya sampai siang, siang sampai sore akan ke toko kue miliknya Bakery&cake'an. Tiga puluh menit berkendara dia telah sampai di toko kuenya, dia akan siaran langsung di aplikasi tok tok miliknya, yang kebetulan pengikutnya jutaan followers. Dari kue ulang tahun sampai donat termasuk kue basa tradisional. "Kak semua sudah ready." Ucap Susan memberi tahu. "Hallo guys, selamat siang, saya masih berada di toko kue favorit kalian ni. Ada apa saja ya." Membuka siaran live streaming. Banyak yang memberikan review bagus dan ada salah satu akun yang menghinanya. "Gayanya selangit, di gaji berapa kamu jadi babu di toko roti itu." Tulis akun @aurel.12. Bukannya dapat dukungan, malah akun Aurel langsung di serbu netizen. Bahkan ada yang screenshot komentarnya dan di jadikan konten berulang. Lidya tak kalah geram membaca komentar Aurel. "Kalau jadi pengangguran tidak usah bangga, benalu iya burik iya." Lidya si mulut tajam itu berhasil membuat mental Aurel terganggu, bukan saja Lidya yang memakinya tapi banyak yang menghujatnya dengan kata kata yang tidak pantas. "Ini semua gara gara Riana." Aurel menyalahkan Riana. Aurel mengadu ke ayah tirinya, "ayah liat Riana semena mena di media sosial menyuruh netizen untuk membuliku." Sambil memperlihatkan beberapa komentar yang membuatnya down, Handoko tidak menunggu lama langsung menelpon anaknya tapi tidak di jawab. "Dimana sih ni anak, sudah berbuat baru tidak mau tanggung jawab." Desis Handoko. "Assalamualaikum." Tiba tiba terdengar suara seseorang yang semakin Aurel dramatis. "Aduh ... Perutku sakit sekali." Tibah tibah memegang perutnya sambil menjerit. Handoko yang sudah di selimuti emosi langsung memukul anaknya sendiri. Ya Riana yang mendapatkan serangan tiba tiba langsung tersungkur di lantai. Riana dapat melihat Aurel tersenyum licik, Riana bangkit dengan tatapan sendu, ayahnya tega berbuat semaunya semenjak menikah dengan ibu tirinya. "Ayah kenapa tega memukulku, apa salahku." Tanya nya dengan suara bergetar. "Tidak usah pura pura bodoh Riana, saya tidak sangka mempunyai anak melebihi iblis." Ucap Handoko. Riana tak lagi menjawab karena itu percuma, Riana melewati Aurel yang tersenyum penuh kemenangan tapi hanya Riana yang melihatnya. "Dasar bodoh, yakin mau lawan aku. Kita lihat saja nanti." Ucap Aurel dalam hatinya. Riana masuk dalam kamarnya tak lagi berdiam diri ketika di sakiti seperti ini, dia menelpon Lidya menceritakan kejadian uang dialaminya barusan. Tak berselang lama Lidya datang ke rumah Riana yang di sambut tiga orang benalu di ruang tamu. "Lidya kamu datang di sini." Sapa Bastian. Lidya Tak mengucap salam saking kesalnya. Lidya langsung mengetuk kamar Riana. "Sudah siap ayok kita pergi." Ajak Lidya Tanpa bantahan apa pun. Riana mengikuti Lidya kemana akan membawanya pergi, dia sakit melihat Bastian berpelukan dengan kakak tirinya. Riana sebenarnya masih menaruh hati pada mantan kekasihnya, dia ingin memberontak mengungkapkan rasa cintanya, ingin bertanya apakah sia sia cinta yang di perjuangkan. Riana menatap Bastian dengan sendu, dirinya berbohong jika sudah melupakan kisah mereka, Riana diam membisu hatinya yang retak membuat hidupnya tak seindah dulu, sekarang kehampaan yang ada. "Kenapa liatin kami begitu, sadar diri lah, kalau kamu tak sebanding dengan Bastian." Maki Aurel. Bastian sebenarnya tidak tega, dia tau kalau Riana mencintainya dengan tulus, cinta itu masih ada di hati Riana, Riana masih menyiapkan ruangan khusus untuk cinta pertamanya. "Riana ayo kita jalan, sebentar lagi malam." Lidya membawa paksa Riana. Riana menangis sepanjang jalan, hatinya yang rapuh membuatnya tidak tegar, "aku masih mencintainya." Rancaunya sambil menangis. Tak ada rasa iba orang sekitarnya termasuk ayahnya sendiri yang tega memberinya luka di fisiknya. Kenapa? "Lidya kalau kamu tidak suka denganku biarkan saya tinggal sendiri, aku kuat kok." Ucapnya dengan deraian air mata. Hati siapa yang tidak sakit melihat sahabatnya terluka, Lidya menahan diri untuk tidak memaki siapa saja yang menyakiti Riana. "Kamu bicara apa sih, yang sabar ya, tuhan itu adil." Kata kata bijak itu mengalir begitu saja dari bibir Lidya, entah berfungsi atau tidak untuk Riana. "Ayok turun." Ajak Lidya. "Kok kita kepantai?" Tanya Riana dengan tatapan sendu. "Ayo kita main air, setelah itu kita cari makan." Ajak Lidya. Mereka berdua berlari ke bibir pantai mengejar ombak yang datang silih berganti. Tiba tiba Riana berteriak dengan kencang. "Ayah aku benci kamu ...!" Teriaknya memecah keheningan di bibir pantai suaranya di telan suara gemuruh. "Bastian, aku membencimu....!" Teriaknya. Menyebut nama nama membuatnya terluka. "Berisik...!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN