Bab 3

1458 Kata
Kesialan, Telat    Jangan menyapa jika hanya penasaran karena itu akan membuatmu menyesal. Lalu pergi dengan seenaknya. Hingga membuat luka ini menjadi terbenam.  ❄️❄️❄️❄️❄️  Perjalanan menuju sekolah SMA Cendrakiawan Kasih memakan waktu kurang lebih 40 menit dengan menaiki busway. Dengan menggunakan headsetnya Shaqilea mendengarkan lagu milik Bronomars - When i Was your Man. Duaaarrrrr....... Suara itu berasal dari bawah busway.   Sang sopir itu tidak bisa mengendalikan buswaynya. Sehingga membuat keadaan menjadi ricuh oleh celotehan para penumpang.  Sang sopir keluar untuk mengecek keadaan busway. Tidak bisa di pungkiri bannya pecah. Alhasil perjalanan mereka harus berhenti. Semua penumpang keluar dengan sumpah serapahnya yang tidak jelas.  Shaqilea turun dan melihat keadaan di sekelilingnya, namun tidak ada kendaraan yang bisa ia naiki, ojek pun sungguh tidak ada.  Di lihat jam tangannya menunjukan pukul 06:48 tanpa berpikir panjang lagi Shaqilea memilih lari untuk menuju sekolahnya.  Dulu waktu SMP Shaqilea sering memenangkan perlombaan lari dan aktif juga di berbagai kegiatan sekolah. Hanya saja sekarang ia malas untuk mengikutinya. “Tuh cewe ngapain lari-lari nggak cape apa? Atau memang setiap hari ke sekolah lari, gitu?” batin seseorang dari sebrang jalan.  Waktu berjalan begitu cepat, tinggal beberapa meter lagi, bagi Shaqilea untuk sampai di sekolahnya. Namun tiba-tiba pintu gerbang itu tertutup hampir dengan sempurna. “Pak.. Pak.. bentar Pak! Saya mohon bukain Pak,” mohon Shaqilea. “Maaf neng, Bapak nggak bisa bukain karena kamu telat, nanti saja urusannya dengan guru piket!”  Dengan menghela nafasnya Shaqilea memundurkan langkahnya. Ia benar-benar pasrah.  Terdengar suara kegaduhan dari beberapa orang di belakangnya. “PAK, BUKA PAK!” teriak salah satunya. “IYA PAK, BUKA!” sambung yang lainnya. “Kalian lagi, kalian lagi, Bapak bosen lihatnya,” sahut Pak Satpam. “Ya Pak yahhh? Yaaaahh malah pergi lagi!”  Pak satpam itu pergi menuju posnya.  Mereka melihat Shaqilea dengan tatapan yang sulit diartikan. Shaqilea yang di tatap seperti itupun merasa risih, dengan segera ia memalingkan muka.  “Lo telat juga?” tanya si cowok dengan rambut gaya batok.  Shaqilea tidak menjawab, memilih untuk mengabaikan pertanyaan itu. “Sial banget gue hari ini,” batin Shaqilea.  Terdengar suara heels sepatu berjalan mendekati mereka. Semuanya kenal baik dengan pemiliknya kecuali Shaqilea. “Pak buka gerbangnya! suruh mereka kelapangan upacara sekarang,” ujar guru itu pada Pak Satpam.  Satpam itu membukakan gerbang, lalu salah satu dari mereka berjalan mendahului, menuju lapangan.  Tiba di lapangan, mereka disuruh berbaris sejajar menyamping. Guru dengan rambut yang di sanggul itu mulai menuliskan nama-nama mereka. “Kamu yang perempuan siapa namanya?” “Shaqilea Bu,” “Luar biasa seorang perempuan datang terlambat, dengan baju yang begitu kucel dan berantakan, mau jadi apa kamu?” tegasnya. “Bu kita nggak di tanyain?” celoteh salah satu cowok yang tinggi. “Tidak perlu. Karena kalian setiap hari selalu terlambat jadi Ibu paham betul sikap kalian. Kalian itu selalu di kasih hukuman tapi masih tetap saja mengulang kesalahan yang sama.” “Nah! Untuk kamu Shaqilea, besok jangan sampai terlambat lagi!” sambungnya. “Biar kalian semua kapok, lari lapangan 27 kali. Dilanjut berdiri menghadap tiang bendera sampai jam istirahat, Paham kalian,” jelas sang guru.  “Ya ampun Bu, tega bener dah,” celetuk salah satu cowok. “Bu gak mau kasih keringanan gitu Bu sama nih cewek, kasian Bu. Kalau kita sih udah biasa, itung-itung olahraga aja. Biar Kotak-kotak gitu perutnya, wuiishhh.. kan sixpack tuh,” ucap si kriting cengengesan. “Shaqilea, apa kamu keberatan saya beri hukuman sama dengan mereka?” tanya guru itu. Shaqilea hanya menggelengkan kepalanya saja. “Shaqilea saja tidak keberatan. Sudah cepat krjakan hukuman kalian!” sentak guru itu. “Lo bloon banget sih, udah di bantuin minta keringanan malah pengen disamain hukumannya. Kita tuh kasian sama lo,” hardik si paling tinggi.   Shaqilea tidak menyahutinya ia paling tidak suka di remehkan oleh orang lain, kini Shaqilea berlari mendahului para cowok itu. Bagi Shaqilea hukuman apapun tidak jadi masalah, karena memang ini murni kesalahannya.   Setelah mengelilingi lapangan yang luasnya 24 M X 14 M. Mereka bertujuhpun melanjutkan hukumannya yaitu berdiri menghadap tiang bendera. Satu jam sudah berlalu. Berdiri ditengah teriknya matahari membuat keringat mereka bercucuran membasahi seragamnya masing-masing.  Hebatnya Shaqilea tidak memperlihatkan keletihannya sama sekali. Padahal dia datang ke sekolah dengan berlari kurang lebih 3km. “Ya Tuhan haus banget, bagi air minumnya Tuhan,” celoteh si kriting. “Noh mau, air comberan?” balas yang di sampingnya. “Asem lo emang!” “Sha, lo gak cape ya? sini Abang usapin keringatnya,” goda si rambut batok. “Modus lo kambing,” sahut yang lainnya. “Usaha bos ku.”  Dari arah sudut gedung terdengar keributan. Dilihat ada 5 orang yang sedang saling tarik telinga yang di pimpin oleh seorang Guru. “Eh, sakit g****k jangan keras-keras,” ujar si cowok pada barisan ketiga. “Jangan salahin gue, salahin Pak Hari kenapa keras-keras, gue mah ngikut aja,” sahut cowok itu pada barisan kedua. “Kagak kreatif lo, bisanya cuman ngikutin,” ucap barisan yang paling belakang.  “Diam dan ikutin saja!” tegur sang guru itu.  Mereka yang saling tarik telinga kini berhenti di lapangan upacara lalu melepaskan tarikannya masing-masing. “Ouchh.. Ada cewek di hukum juga, pasti bad nih cocoklah buat si bos,” ucap cowok berkulit sawo matang. “Bener banget, biar kagak jomblo terus yaa hahahaha,” balas teman yang di sampingnya. “Kaya pernah lihat deh tuh cewek,” gerutu cowok yang kulit lebih putih dari yang lain.  Tapi yang di panggil bosnya itu hanya diam mendengarkan ledekan-ledekan itu dari temannya. “DIAM, SUDAH NGOBROLNYA!” bentak sang guru. “Sekarang kalian lari lapangan sampai bel istirahat berbunyi, paham,” sambungnya. “Eh buset kagak kira-kira,” protes cowok berkulit sawo matang. “Sudah kerjakan! Atau mau saya tambahkan sampai bel pulang sekolah?” “Saraf nih guru. Pengen bikin kita mati apa yaa? gue cubit juga nih ginjalnya,” gerutu salah satunya. “Saya masih dengar!” sahut guru itu. “Udah hayo hayo,” ajak cowok yang tadi dipanggil bos. Si bos itu berlari mendahului yang lainnya. “Saya akan lihatin kalian dari tepi lapangan,” teriak sang guru.  Guru itu melihat kearah Shaqilea dan ke enam cowok yang sedang di hukum bersama dengannya. “kenapa kalian lihatin terus, bukannya ngelanjutin hukuman!” tegur guru itu lalu berjalan ke tepi lapangan.  Pak Hari termasuk guru BK yang setiap hari selalu berpatroli untuk mencari siswa-siswi yang di cap sebagai biang onar yang tidak mengikuti aturan sekolah. ⛲⛲⛲⛲⛲  Rasa cape dan lelah pun akhirnya berakhir. Bel istirahatpun berbunyi, Shaqilea langsung menyambar tasnya yang ia tempatkan dengan sembarangan di lapangan.   Shaqilea mengambil ponselnya yang berada di saku baju dan mengetikan sesuatu disana. Kelas adalah tujuannya saat ini, untuk merenggangkan badannya yang hampir remuk.   Suasana kelas saat ini sedang sepi yang diyakini sudah berada di kantin semua.  Shaqilea langsung menuju tempat duduknya dan merebahkan diri di meja dengan tangan sebagai bantalnya. Rasa letih menyebabkan kantuk itu datang. Baru saja Shaqilea hendak memejamkan matanya.  “Sumpah, lo ngrepotin!” suara menggema milik Faeyza memenuhi ruangan yang membuat Shaqilea tidak jadi tidur.  “Nih pesanan lo!” lanjut Faeyza, sambil menyodorkan air dingin. “Lo kemana aja sih Sha? gila 2 mata pelajaran lo tinggalin.” “Gue di hukum.” “Hah. ko bisa?” tanya Faeyza “Telat,”  “Gue pikir lo bolos,”  “Makanya kalau di tawarin berangkat bareng tuh nurut coba, jadinyakan nggak gini!” omel Faeyza.  Memang benar setiap pagi Faeyza selalu mengajaknya untuk berangkat bersama namun selalu Shaqilea tolak dengan alasan tidak ingin merepotkan. Biasanya juga Shaqilea tidak pernah telat, mungkin hari ini sial saja baginya. “Aduh sampe gue lupa, yaudah gue cabut dulu. Gavin tanding basket hari ini sama Juniornya. Gue pergi dulu ya, bayyy.”  Faeyza pergi meninggalkan Shaqilea sendiri di kelas.  Tenang sudah setelah kepergian Faeyza . Shaqilea mencoba memejamkan matanya. Pikirnya lumayan kurang dari satu jam pun untuk ia tidur. Namun suara ponsel milik Faeyza mengintrupsinya untuk bangun kembali. “Ceroboh banget, ponselnya di tinggalin lagi,” batinnya.  Dengan terpaksa Shaqilea mengangkatnya. “Faey buruan ini udah tanding, ya ampun lo kemana sih cepetan.....”  Shaqilea langsung mematikan sambungannya. “Ngrepotin,” gerutunya.  Mau tidak mau Shaqilea harus mencari Faeyza untuk mengembalikan ponselnya yang tertinggal.  Lapangan basket itu riuh oleh suara- suara penonton. Hal yang paling dibenci oleh Shaqilea adalah keramaian karena terlalu bising untuk didengarkan.  Akhirnya Shaqilea menemukan juga sosok Faeyza yang kini sedang teriak-teriak bersama yang lain.  Namun tiba-tiba, Bbukkkk  Bola basket itu hampir mengenai kepala Shaqilea, beruntung ada orang yang menyelamatkannya. “Woyyyy... Bisa main gak sih! Kalau emang gak bisa. Jangan sok sok'an deh,” murka cowok yang menyelamatkan Shaqilea. “Mana orangnya yang nglempar nih bola, sini berurusan sama gue,” lanjutnya. “Gue yang nglempar,” cowok dengan perawakan tinggi putih datang menghampirinya.  “Lo bisa main gak sih? kalau gak bisa, mending lo main catur aja sana,” “Kembaliin bolanya,” sahut cowok basket. “Ko lo ngatur sih, udah ngenain orang gak minta maaf lagi!” “Tapi buktinya lo gak kenapa-kenapakan,” elaknya. “Ko, lo nyolot sih, gue emang gak papa tapi...." cowok itu menggantungkan ucapannya lalu menengok kebelakang berniat untuk melihat Shaqilea yang tadi ditolongnya. “Ko dia nggak ada sih,” batin si cowok. “Gue gak bakal nyolot kalau lo gak nyolot juga,” sewot cowok basket itu. “Alahhh udahlah, males berurusan sama cowok caper kaya lo,” cowok itu melempar bola basket kesembarang arah. ⛲⛲⛲⛲⛲  Faeyza berlari menghampiri Shaqilea dengan tergesa-gesa.  “Lo gak papa Sha, gue lihat lo tadi hampir kena bola, lo gak papa kan?” Faeyza memutar balikan badan Shaqilea.  “Apaan sih? gue gak papa,” ucap Shaqilea tidak terima. “Nih, ponsel lo,” lanjut Shaquilea. “Ya ampun, jadi tadi lo nyariin gue? Cuman untuk mengembalikan nih ponsel doang. Harusnya di simpan sama lo aja dulu, Sha,” omel Faeyza. “Hmmm,” gumam Shaqilea. “Sha makasih ya, so sweet banget sih, jadi gemes,” dengan puppy eyesnya Faeyza langsung memeluk Shaqilea. “Jomblo, lepas,” protes Shaqilea.  “s**t,” desis Faeyza. “Mulai besok, ke sekolah gue jemput! Biar kagak telat,” gertak Faeyza.  “Gue bukan anak mamih!” “Nyindir lo?” ujar Faeyza  “Eh tadi Gavin keren banget mainnya,” lanjut Faeyza.  “Bodo amat.”  “Gue bunuh juga lo Sha, ijinin gue bahagia napa? walaupun hanya sesaat Sha,”  “TER SE RAH!”   Sesederhana itulah persahabatan yang sesungguhnya datang tanpa di undang, ada tanpa di butuhkan, mengerti tanpa bercerita. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN