A/n ; tulisan bercetak miring adalah
flashback.
===
Freya mematut dirinya di cermin. Hhmm perutnya sudah agak menonjol sekarang. Freya mengusap-usap perutnya dengan sayang. Anak ini adalah buah cinta pertamanya bersama Daffa.
"Bunda sayang dedeek!"
Freya mengalihkan tatapannya dari kaca lalu mengambil ponselnya, membalas chat grup teman-teman SMA nya.
Bumil kurang satu [3]
Fanya : kita jadi kan ya?
Sarah : iya nya. Sebenarnya gue males sih, berat cuy gue udah 7 bulan :(
Reya : iya jadi Nya. Gue otw sekarang ya.
Freya menarik tas selempang nya lalu memasukan ponsel dan dompet kecil disana. Ia dan teman-temannya ingin mengadakan pertemuan kecil-kecilan. Freya keluar dari apartemennya dan segera menuju keluar. Freya akan menaiki grab sekarang. Semenjak menikah dengan Daffa, wanita itu dilarang untuk membawa mobil sendiri. Kata Daffa takut kenapa-kenapa. Ah Reya jadi kangen suaminya itu.
***
Freya tertawa, Fanya dan Sarah juga tertawa. Saat ini mereka sedang berada di foodcourt di salah satu mall besar di Jakarta. Freya mencomot kentang gorengnya lalu memasukannya ke dalam mulut mungilnya.
"Lo berapa bulan re?" Tanya Fanya. Gadis itu sudah bertranformasi menjadi wanita dewasa. Terlihat dari gaya berpakaiannya. Freya mengelus perutnya yang ditutupi drees bunga-bunga selutut.
"Baru 7 Minggu. Lo berapa sar?" Tanya Reya kepada Sarah, Sarah mencebikkan bibirnya lalu mengusap usap perutnya yang besar.
"7 bulan. Kan tadi gue udah bilang di grup!"
"Emang?"
"Iya Re, Lo sih kebiasaan banget gapernah nyimak!"
Freya tertawa. Oiya, fyi, dari kedua teman Reya hanya Fanya saja yang belum isi.
"Daffa balik kapan re?"
"Sore ini pulang kok. Dia katanya juga mau jemput gue hehehe,"
Fanya dan Sarah tersenyum meledek Reya. Dua perempuan itu berpandangan lalu tertawa setelahnya. Membuat reya mengerucutkan bibirnya sebal. "Iih kenapa ketawa lo berdua?!"
"Nggak kok nggapapaa! Kita cuma ngerasa lucu aja, sumpah sih Re gue masih gapercaya aja lo nikah sama Daffa, terus sampe bunting anaknya segala pula!"
Freya meminum air putih dari dalam botol kemasan yang tadi ia pesan. "Bisa atuhlah! Kan gue nikah sama Daffa, yakali gue bunting sama abang-abang!"
Sarah dan Fanya tertawa. "Gila gila! Calon-calon mommy edan lo!"
***
Daffa berjalan mengitari meja-meja yang ada di area foodcourt ini. Masih dengan setelan seragam pilotnya, Daffa menjemput Reya.
"Sayang?"
Freya langsung menoleh dan memeluk erat Daffa. Tidak peduli mereka sedang ada di mana. Memang siapa yang peduli?
Daffa membalas pelukan Reya dengan erat. Ia melepas pelukan itu lalu mencium keningnya. "I love you,"
"Love u too!"
Freya mengajak Daffa duduk disebelahnya. Daffa melepas hat pilot nya lalu ia taruh di atas meja. Daffa menyugar rambutnya yang tebal ke belakang. Sarah yang melihatnya langsung mengelus perutnya.
"Lah lo kenapa?" Daffa bertanya ketika ia melihat Sarah sedang mengusap-usap perutnya. Sarah menyengir. "Biar mirip lo, captain!"
"Dih!" Daffa tertawa.
Daffa melingkarkan satu tangannya di pinggang Reya. Daffa menarik kepala Reya lalu mencium rambutnya. "Wangi, kamu udah makan?"
Freya menggeleng lalu mengusap d**a bidang Daffa dari balik seragam putih nya. "Nggak maau! Mau sama kamu aja,"
Oke, Sarah dan Fanya mulai merasa dikacangi. Dasar penganten baru!
***
Seorang pria bersetelan kemeja biru Dongker dan celana bahan hitam masuk ke dalam rumah yang sudah ditempatinya bersama sang istri 6 bulan yang lalu.
Pria itu menggesar pintu belakang, lalu bibirnya mengukir senyum kala ia melihat istrinya sedang duduk dipinggiran kolam sendirian.
"Sayaangg," panggil pria itu. Nihil. Selalu tidak ada jawaban. Wanita yang menjadi istrinya ini selalu saja bersikap seperti ini.
Pria itu menghela napas panjang lalu berusaha duduk disebelah wanita itu. Matanya menatap gelang berwarna biru dengan campuran hijau tosca itu dengan pandangan sakit. Wanita itu, masih menyimpan gelang pemberian sang mantan.
Pria itu berusaha bodoamat atas apa yang dilihatnya. Selagi ia masih menyayangi istrinya, ngga papa aja. Pria itu menyelipkan sejumput rambut istrinya ke belakang telinga, sambil bibirnya tetap menyunggingkan senyum hangat.
"Kamu udah makan?"
Wanita itu buru-buru menoleh lalu menatap tajam mata pria itu. "Pergi kamu! Jangan disini!"
"Sayaangg tunggu-"
Wanita itu melotot lalu melepas sendal jepit yang dia pakai. Ingin melempari sang suami dengan sendal yang dipakainya. "PERGIII!"
Pria itu menatap istrinya dengan pandangan sedih. Ia mencintai istrinya, tapi istrinya mencintai mantan pacarnya.
Ah, kenapa ya Allah..
***
Daffa dan Reya berkeliling mall untuk sekadar mencuci mata. Daffa menyelipkan tangannya pada pinggang Freya. "Ngga mau beli sesuatu Buna?"
Freya menatap Daffa, lalu memegang lengan Daffa agak kencang. "Mau ke Gramedia ayaah, yuk?"
Daffa tersenyum lalu membawa Freya ke Gramedia. Mereka mencari buku-buku panduan ibu hamil beserta 1001 kumpulan nama-nama bayi laki-laki dan perempuan.
Setelah selesai, mereka membayar dan kembali berjalan-jalan mengitari mall besar ini. Bahu Daffa ditepuk, membuat mereka berdua sama-sama menoleh.
"Caca?"