Kedatangan Ruby ke Kastil Putra Mahkota dan langsung menjadi tabib sekaligus penanggung jawab semua makanan hingga obat yang akan Azure konsumsi menyebar dengan cepat di antara para selir yang di tempatkan di sayap kiri kastil dan menyebabkan banyak kegemparan.
“Aku mendengar bahwa bahwa gadis itu bahkan di tempatkan di kamar yang paling dekat dengan ruangan Yang Mulia.”
Zera menghentikan gerakan tangannya dan menatap pada pelayan melalui pantulan cermin. Setelah beberapa saat terdiam, dia akhirnya bertanya.“Apakah dia cantik?”
Pelayan itu mematung, ragu-ragu dan mengalihkan matanya ke lantai untuk sejenak sebelum kembali menjawab, “A-aku hanya melihatnya sekilas, jadi aku tidak tahu bagaimana penampilannya dengan jelas. ”Dia membungkuk dalam, menyembunyikan wajahnya di antara tirai rambut panjangnya. Majikannya adalah gadis yang bangga, jika dia mengatakan bahwa gadis baru yang memiliki potensi menjadi saingannya itu jauh lebih cantik darinya, maka dirinya yang mengatakan itu akan menjadi objek pelampiasan amarah.
Zera tertawa sinis. “Sepertinya dia cantik.” Dia kembali menyisir rambut sepinggangnya dengan tenang namun diam-diam menatap perut ratanya yang masih belum memiliki tanda-tanda untuk hamil.
Diyi adalah gelar yang Zera dapatkan sebagai selir pertama Putra Mahkota, dia juga adalah satu-satunya wanita di dalam harem Azure yang berasal dari keluarga bangsawan sedangkan tiga selir lainnya berasal dari pelayan rendahan.
Karena itulah, kedudukan Zera di kastil Putra Mahkota juga sangat tinggi dan di hormati oleh selir serta seluruh pelayan di kastil. Beberapa bahkan mempercayai bahwa Zera adalah kandidat paling kuat untuk menjadi Istri sah Putra mahkota, lalu kemudian akan menjadi Ratu jika Azure naik tahta.
Dan secara tak sadar, Zera ikut mempercayai itu. Jadi di bandingkan dengan selir lainnya, dia selalu bersikap seperti nyonya besar di kastil Putra Mahkota.
Hanya saja hingga hari ini Zera masih gagal untuk memberikan keturunan untuk Azure, bukan hanya dirinya. Selir yang lain juga seperti itu.
“Nona, kau tidak perlu khawatir tentang gadis itu, bahkan jika dia memang berhasil memanjat ke tempat tidur Yang Mulia, dia tidak akan bisa mengalahkan statusmu.” Pelayan yang sejak tadi diam kembali bersuara, dia mendekat dan berbisik ke arah Zera, “Dia cacat dan tanpa latar belakang yang jelas.”
Zera mengangkat alis. “Cacat?”
Pelayan itu mengangguk dengan cepat. “Dari yang aku dengar, dia buta. Seseorang yang buta tentu tidak akan bisa menjadi istri sah seorang pangeran apalagi Putra mahkota, dia hanya bisa menjadi gundik rendahan yang bahkan status sebagai selir pun tidak pantas dia dapatkan.”
Zera terdiam sejenak sebelum akhirnya tersenyum puas, menampilkan lesung manis di pipinya. “Sepertinya kita harus menyapanya.”
Pelayan itu membungkuk hormat. “Tentu yang mulia, aku akan menyampaikan pesan anda.”
Zera meraih sebuat jepit rambut dengan permata berwarna kehijauan sebagai aksesorinya lalu menyerahkannya kepada pelayan itu. “Hadiah untukmu.”
“Terima kasih yang mulia.”
***
Kediaman Dier (Selir kedua)
Tiga wanita muda duduk berhadapan di sebuah meja kayu dengan suasana yang suram.
“Sikap arrogan Zera bahkan belum bisa kita tangani, dan sekarang kita harus bersaing dengan wanita baru?” Chloe memukul meja dengan pelan, sedang bibirnya terus mencebik. “Dier, apa yang akan kita lakukan?”
Dier, selir kedua bernama Bella adalah selir paling dewasa dan merupakan pelayan pertama yang berhasil menarik perhatian Azure dengan sikap lemah lembutnya. “Tenanglah Disi, aku dengar tabib itu cacat, bahkan jika dia menjadi selir kelima Yang Mulia, keberadaannya tidak akan bisa melampaui kita.” Dia menepuk pundak Chloe dengan lembut untuk menenangkan.
Layla menghela nafas dengan pelan, jemari lentiknya membelai cawan porselen yang masih mengepulkan asap tipis. “Tapi gelarnya adalah Healer, jelas jauh lebih tinggi dari kita sebelumnya. Selain itu dia bisa mendampingin Yang Mulia lebih leluasa.”
“Tetap saja, gadis yang cacat tidak bisa menjadi istri sah seorang Pangeran.” Bella menatap langsung ke mata Layla dengan senyum lembut. “Yang perlu kita lakukan saat ini adalah bekerja sama untuk menjatuhkan Zera terlebih dahulu.”
Layla ragu-ragu. “Tapi bagaimana jika...
“Disan, kita harus mencegah segala kemungkinan yang bisa terjadi. Aku tidak ingin kalian terlalu mengkhawatirkan gadis buta itu, namun bukan berarti kita bisa mengabaikannya.” Bella meraih cawan di hadapannya dengan gerakan yang sangat lembut dan gemulai. “Karena itulah kita bertiga bekerja sama, bukan? Untuk menekan pesaing yang kuat.”
Layla dan Chloe saling meandang dan mengangguk.
Itu benar, alasan mereka berkumpul malam ini adalah untuk bersatu dan bekerja sama untuk mempertahankan kedudukan mereka di dalam harem. Ketiganya memiliki asal status yang sama sebelumnya,yakni seorang pelayan. Karena itulah beberapa pelayan bahkan tidak begitu menghormati mereka. Apalagi Zera.
Bertahun-tahun mereka harus menunduk di hadapan Zera yang mendongak bangga, mereka jelas telah menyandang status yang sama. Namun di hadapan Zera, mereka seolah kembali menjadi seorang pelayan.
Bella meletakkan cawan yang tehnya telah dia habiskan. “Saat ini, wanita yang bisa hamil anak Yang Mulia untuk pertama kali adalah pemenangnya. Jadi sebaiknya kalian harus lebih banyak berusaha untuk membuat Yang Mulia menyukai kalian.”
Layla dan Chloe melirik satu sama lain lalu menatap kepada Bella secara bersamaan.
Chloe berkata ragu. “Apakah salah satu dari kita bisa hamil? Kau tahu... kondisi tubuh Yang Mulia sedikit...err
Bella menatap tajam pada Chloe. “Jaga ucapanmu, tembok juga memiliki telinga. Jangan membuat semua usahamu selama bertahun-tahun jadi sia-sia hanya karena kau mengatakan sesuatu yang salah.”
Chloe langsung diam dan menunduk.
Layla langsung menggigit bibirnya dan bertanya hati-hati, “Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?”
Bella kembali tersenyum. “Saat ini Zera seharusnya sudah tahu tentang keberadaan tabib itu, sesuai karakternya, dia tidak akan hanya tinggal diam.” Bella membelai rambut yang tersampir di bahunya. “Bagaimana jika kita datang dan melihat kesenangan.”
Layla mengangguk antusias lalu mencolek Chloe dengan sikunya. “Kau ikut.”
Chloe mengangguk pelan dan menampilkan senyum paksa di bibirnya. “Tentu saja.”
Di sisi lain, Ruby yang masih belum sadar bahwa dirinya telah menjadi target semua wanita di harem, saat ini masih duduk menunggu kabar dari Demien.
“Melihat dari reaksi semua penjaga dan pelayan di sini, sepertinya ini bukan pertama atau kedua kalinya kalian menangkap penyusup?”
Boo menghembuskan nafas dan menggeleng pelan. “Jangan bertanya seberapa sering penyusup dan pembunuh datang untuk Yang Mulia. Aku bahkan tidak akan terkejut jika seorang penyusup jatuh dari atas lagi.”
Ruby mengerutkan kening. “Bukankah itu berarti sistem keamanan kalian sangat lemah? Jika penyusup telah masuk beberapa kali dan masih berhasil membobol lagi dan lagi, sebenarnya bagaiamana cara kalian bisa tetap memastikan Yang Mulia bisa tidur nynyak setiap malam?”
Boo langsung tercekat, lalu tertawa pelan. “Karena inilah kau sangat sulit akur dengan Demien dan juga orang yang lain. Nona Ruby kau sangat jujur hingga menusuk harga diri seseorang hingga aku tidak mampu berkata-kata.” Boo menaikkan jempolnya ke arah Ruby.
Ruby mengangkat alis. “Kau sedang mengkritik atau memuji?”
Boo duduk dengan tegak. “Keduanya.”
Azure tertawa pelan. “Sistem keamanan kami sudah cukup unggul di bandingkan beberapa pangeran yang lainnya, atas dukungan dari Baginda Raja, Kastilku bahkan memiliki tembok tinggi, namun penyusup masih mampu untuk masuk karena aku memang berharap mereka datang satu persatu.”
“Kenapa?”
“Untuk mencari tahu siapa yang sangat ingin membunuhku.”
Ruby memiringkan kepala. “Bukankah musuhmu adalah para kubu pesaing yang ingin merebut tahta Putra Mahkota?”
Boo dan Azure menggeleng bersamaan.
Azure berkata.“Para pembunuh dan para pesaing itu berbeda. Para pesaing dari kubu pangeran pertama dan pangeran kedua, tidak akan secara terang-terangan mengirim pembunuh ke arahku, mereka hanya akan bermain trik untuk membuat penyakitku semakin parah atau hanya mencari titik lemah dimana mereka bisa menyerangku. Sedangkan para pembunuh dan penyusup yang menyerangku secara berkala.” Azure terdiam sejenak dan menarik nafas. “Aku belum tahu apa tujuan mereka mengincarku, namun yang pasti adalah, mereka benar-benar sangat ingin aku mati."
Bersambung...