“Pejamkan mata kalian, pusatkan perhatian pada tubuh kalian dan cari pusat dari energi spiritual kalian masing-masing. Energi spiritual adalah pusat dari semua energi di dalam tubuh kalian, temukan dan kalian bisa membukanya secara perlahan.”
Di tengah-tengah hutan yang rindang, hanya angin dan gesekan dedaunan yang menemani Ruby bersuara.
Di bawah pohon lebat, delapan pria dengan ukuran tubuh berbeda duduk melingkar dia atas rumput tanpa alas, sedangkan di sekitar mereka goresan tinta membentuk lingkaran formasi masih basah dan menetes ke tanah.
Di dahi para pria itu tampak beberapa simbol yang di gambar dengan rapi menggunakan tinta merah darah.
Setelah beberapa hari memberikan pengertian tentang Energi Spiritual dan cara penggunaannya, Ruby tidak membiarkan mereka menunggu waktu yang lama untuk membangkitkan energi spiritual mereka.
Namun, karena kegiatan ini memerlukan medan yang tenang tanpa gangguan, Ruby membawa ke delapan penjaga itu bersama Azure meninggalkan istana secara diam-diam dan membuat formasi sihir untuk membangkitkan energi spiritual mereka secara bersamaan.
Jika itu dulu, sebelum Ruby bertemu Momo. Ruby harus membangkitkan energi spiritual orang lain satu persatu seperti yang kepala suku bergigi runcing lakukan dan pastinya akan memakan jauh lebih banyak waktu dan tenaga. Namun entah karena keberuntungan apa Ruby secara kebetulan menemukan formasi sihir pada Momo yang bisa menghubungkan pikirannya dengan banyak orang sekaligus
Dengan Mana yang Ruby miliki sekarang, dia bisa menggambar formasi ini untuk sepuluh orang lebih banyak, jadi keadaan itu lebih dari cukup untuk Ruby membantu Jude dan kawan-kawan sekaligus. Dan untuk membuat konsentrasi para penjaga itu tetap terjaga, Ruby juga menerapkan formasi lain untuk menghalau binatang apa pun yang bisa menimbulkan suara untuk mengganggu mereka.
Azure tengah duduk tak jauh dari sana, memperhatikan setiap gerakan Ruby dengan mata kelamnya.
Sejujurnya, Azure sangat tertarik dengan Energi Spiritual yang Ruby katakan. Karena itu, beberapa hari sebelum mereka merencanakan ini, Azure telah bertanya apakah dia bisa membangkitkan Energi Spiritual di dalam dirinya juga?
Pasalnya, Ruby berkata bahwa semua manusia memilikinya, dan tidak mengecualikan dirinya. Karena itu Azure juga berharap bisa memiliki kekuatan itu. Namun sangat mengecewakan, Ruby menolak mentah-mentah keinginannya dan menjadikan kondidi tubuhnya sebagai alasan untuk tidak membangkitkan Energi Spiritualnya.
"Racun di dalam tubuhmu terlalu banyak dan energi spiritual bisa membuatnya berkembang. Jika saja kau bisa mengontrol energi spiritual sebelum teracuni maka energi spiritual bisa menahan racun di dalam tubuhmu untuk sementara waktu, namun sekarang justru akan bermasalah jika kau tidak bisa mengendalikan energi spiritualmu dengan benar dan membuat pergerakan racun menjadi lebih aktif." Seperti itu tanggapan Ruby.
Meski enggan, Azure hanya bisa bersabar dan menunggu hingga keadaanya membaik dan menagih Ruby kembali.
"Jika kalian masih belum bisa menemukannya, gelengkan kepala kalian." setelah merasakan tidak adanya kemajuan di dalam lingkaran, Ruby memberi arahan kembali.
Kedelapan pria dj dalam lingkaran menggelengkan kepala bersamaan.
"Jangan khawatir, aku akan membimbing kalian." Ruby mencoba menghibur dan ikut memejamkan mata di balik penutup matanya dan mulai membantu para penjaga itu menemukan jalannya.
Cahaya kebiru-biruan perlahan bersinar dari dalam formasi lalu kemudian melingkupi delapan pria yang di lingkarinya. Untungnya, karena matahari bersinar cukup cerah, cahaya itu tidak cukup untuk menarik perhatian binatang di dalam hutan.
Ritual itu berlangsung cukup lama, hingga bayangan pohon besar di atas mereka bergeser ke earah berlawanan dari sebelumnya, delapan pria itu membuka mata secara bersamaan.
Ruby memamerkan senyum yang cukup manis. "Selamat, kalian sekarang bisa menggunakan energi spiritual."
Jude dan Rio melompat tinggi dan berteriak keras sedangkan pria lainnya tertawa dengan senang.
Ruby tidak mengganggu kesenangan mereka untuk sementara waktu, menunggu suasana menjadi sedikit tenang sebelum bersuara lagi. "Mulai sekarang kalian akan berlatih untuk mengendalikannya. "
"BAIK!"
Ruby menoleh ke arah Azure dengan senyum yang masih bertahan di bibirnya dan saat itu pula, Azure memiliki firasat bahwa adegan di hadapannya ini akan tertulis di dalam sejarah kerajaan mereka.
Di sore hari yang terik, di bawah bayangan pohon yang rindang. Sekelompok pria berhasil membangkitkan energi spiritual untuk pertama kalinya.
Azure mungkin memang harus mencatatnya sendiri. Lagi pula, delapan pria yang tengah di berteriak kesenangan itu, mungkin saja memiliki masa depan tak terbatas.
***
Selanjutnya, penghuni kastil Putra Mahkota akan melihat sekelompok pria memukuli batu sungai besar yang setinggi tubuh mereka sendiri di bawah terik matahari pagi. Pada awalnya semua orang memandang aneh, lalu mulai menertawakan. Namun, di bawah cemoohan semua orang, delapan pria itu sama sekali tidak malu, sebaliknya, cemoohan itu justru membuat mereka semakin semangat untuk memukuli batu di hadapan mereka.
Ruby akan datang setiap hari untuk memeriksa perkembangan mereka, lalu pergi. Namun hari ini Ruby hanya mengirim seorang pelayan untuk memanggil mereka ke ruang penelitian.
Dengan penuh kebingungan, Bert memberitahu mereka untuk tidak banyak bertanya dan menemui Ruby.
Setelah pelayan yang mengantar mereka mengetuk pintu, Skye melihat seorang pria tua dengan janggut tebal berwarna abu-abu membuka pintu untuk mereka, wajah pria tua itu terlihat lelah namun matanya bersinar cerah.
“Kalian para Dark Guard itu?” tanya tabib Yoga memandangi mereka satu persatu dengan mata penuh ingin tahu.
Skye mengangguk dan memamerkan senyum lembut. “Kami datang untuk menemui Nona Ruby.”
“Ohh, Nona Ruby ada di dalam. Ayo masuk.” Tabib Yoga membuka pintu lebar-lebar dan mempersilahkan mereka masuk. Mata tabib Yoga yang melihat mereka seperti tikus percobaan menyebabkan bulu kuduk mereka meremang.
Jude yang masuk paling akhir berjalan sedikit lebih jauh dari Tabib Yoga, namun pria itu justru semakin mendekat ke arahnya dan menatapnnya dari atas ke bawah. “Kalian terlihat tidak begitu spesial.” bisik tabib Yoga dengan suara yang sedikit serak.
Jude tertawa canggung dan berlari kecil untuk menyusul rekan-rekannya.
Ruang penelitian Ruby jauh lebih besar dari yang sebelumnya, kini dengan bantuan Tabib Yoga, di dalam ruangan itu penuh dengan herbal dari tanaman maupun dari bagian tubuh binatang. Sedangkan di berbagai kaca persegi, terdapat beberapa ekor tikus yang menatap mereka dengan penasaran.
Pemandangan itu, tidak menakutkan, hanya sedikit aneh.
Di belakang sebuah meja kerja besar dengan berbagai peralatan kaca, Ruby tengah mengaduk panci kecil yang masih mengepulkan asap yang sedikit gelap, sama sekali tidak mendongak meski sudah menyadari kedatangan mereka.
Hawk menutup hidungnya begitu bau yang aneh tercium dari cairan gelap yang sedang Ruby aduk, di sangat penasaran dan ingin bertanya, namun Skye yang tau tujuannya mencegahnya dengan menyikut pelan pinggang sahabatnya.
“Teteskan darah kalian masing-masing ke dalam botol kecil yang ada di sana, pastikan agar tidak tertukar.” Ruby menginteruksikan tanpa mendongak.
Oslo yang melihat di atas meja terdapat delapan botol kecil yang bening dan pisau, tidak banyak bertanya dan membuat luka kecil di ujung ibu jarinya kemudian meremasnya ke dalam botol pertama. Untuk mencegahnya tertukar, Oslo memegang botol miliknya untuk sementara waktu.
Yang lain kemudian bergantian melakukan hal yang sama.
Setelah memasukkan ramuan terakhir, Ruby melambaikan tangan dan mengisi botol di tangan delapan pria itu satu persatu.
Melihat itu, Hawk yang sejak tadi menahan bau mengerutkan kening namun tidak berani bersuara.
“Minum ini di malam hari, kemudian cobalah untuk menyerapnya menggunakan energi spiritual kalian.” Ruby akhirnya mendongak ke arah mereka. “Jika kalian berhasil, kalian pasti akan mendapatkan hasil yang luar biasa.”
Hawk yang sedang menyusun keberanian untuk bertanya akhirnya menutup mulutnya.
Ramuan dengan bau menyengat? Siapa yang peduli, Hawk akan meminumnya setiap hari jika hal itu memang bisa membuat kemajuan pelatihannya menjadi lebih baik.
Jadi mereka semua keluar dengan memeluk botol kecil di tangan mereka seperti memegang harta karun. Hanya saja tidak ada yang menyangka bahwa malam itu mereka akan mengalami hal yang sama sekali tidak akan mereka lupakan seumur hidup.
Bersambung...