Selama beberapa hari berlatih, Fern dan Oslo juga telah menguasai cara untuk menutup Indra mereka yang tajam jika tidak ingin mendengar sesuatu.
Skil itu adalah hal pertama yang Ruby ajarkan setelah beberapa hari tubuh para penjaga gelap mengalami perubahan, karena semenjak kejadian di ruang bawah tanah suku bergigi runcing, Ruby terus mencari cara agar pendengaran dan penciuman mereka yang tajam tidak berubah menjadi kelemahan pada situasi tertentu.
Jadi saat ini, tepat setelah Bella masuk ke dalam kamar Azure, Fern dan Oslo telah menutup mendengaran mereka karena takut mendengar sesuatu yang tidak seharusnya.
Tapi...
Fern dan Oslo saling melirik lalu menatap pada Ruby yang masih berdiri di depan pintu.
Selama beberapa hari berinteraksi dengan Ruby, selain kekuatan dan pengetahuan Ruby yang tak terbatas, gadis itu memiliki satu kelemahan. Yaitu dia sangat polos tentang perasaan dan hubungan antara manusia.
Ruby sangat sensitif dengan perasaan orang lain, namun hanya membagi perasaan itu menjadi dua, buruk dan baik, seperti hitam dan putih. Jika dia merasa orang itu baik, maka dia baik tanpa repot mencari tahu alasannya begitu pun sebaliknya.
Seperti itulah Ruby, dia sangat polos seperti anak kecil yang tidak mengerti apa-apa.
Jadi, Ruby sudah pasti juga tidak mengerti tentang hasrat. Terlebih sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu seperti suami istri.
"Nona, kurasa kau harus menutup pendengaranmu." Fern dengan wajah memerah seperti kepiting rebus menahan semua rasa malunya dan akhirnya berhasil mengeluarkan kata-kata itu.
Ruby mendongak. "Kenapa? Aku tidak sedang menguping." tentu saja bukan salahku jika suara mereka terlalu keras untuk terdengar olehku. Lanjut Ruby di dalam hati.
Fern meringis. "Aku tahu. Hanya saja, beberapa hal pribadi tentang suami dan istri tidak boleh di dengar oleh orang lain." Entah mengapa Fern merasa dia tengah berhadapan dengan bocah sepuluh tahun yang sedang bertanya tentang hal dewasa.
Rasanya sangat canggung, terlebih Ruby adalah gadis cantik berusia 19 tahun.
Ruby mengerutkan kening tak senang begitu mendengar kata 'orang lain', dua kata itu seperti memisahkannya dari lingkaran orang-orang terdekat Azure.
"Yang Mulia tidak pernah merahasiakan apa-apa dariku, bahkan jika aku mendengar sesuatu, dia tidak akan keberatan."
Tentu Yang Mulia tidak akan marah, dia akan terlalu malu untuk marah! Jerit Fern di dalam hati.
Fern mengap-mengap seperti ikan koi, membuka mulut dan menutupnya namun tidak tahu harus mengatakan apa-apa. Dia menoleh ke arah Oslo untuk meminta bantuan, tapi Oslo yang hanya berusia 20 tahun menghindari tatapannya dengan wajah yang tidak lebih baik darinya.
"Nona, aku tahu Yang Mulia tidak akan marah, tapi... Tapi... Yang Mulia pasti akan merasa canggung jika tahu kau mendengar sesuatu." Pada akhirnya sebagai orang dengan usia yang paling dewasa di antara mereka bertiga, Fern harus menggigit keberaniannya dan mengatakan hal yang setidaknya bisa Ruby mengerti dengan cepat.
Tapi setelah mendengar kata-kata Fern, Ruby justru semakin tidak mengerti, tapi karena merasakan bahwa dua pria di hadapannya semakin gugup ketika dia terus mengerutkan kening, Ruby akhirnya dengan enggan menutup pendengarannya dan menekannya hingga ke tahap pendengaran manusia normal.
Ini bukan pertama kalinya Ruby menutup pendengarannya, namun ini adalah pertama kalinya Ruby merasa kosong. Dulu, ketika Ruby tidak ingin mendengarkan banyak hal, dia menutup pendengarannya namun masih bisa mendengar suara Azure. Kini, karena sesuatu yang tidak harus dia dengar adalah suara Azure, Ruby tiba-tiba merasa sangat sepi.
Ruby masih bisa mendengar Fern dan Oslo, namun suara Azure di dalam ruangan tidak lagi terdengar.
Saat ini jugalah Ruby akhirnya menyadari bahwa semenjak dia meninggalkan Dark Forest, kehidupannya hanya berputar di sekeliling Azure.
Orang yang paling banyak berinteraksi dengannya adalah Azure, mereka bahkan bisa di katakan menempel sepanjang hari. Jadi ketika untuk pertama kalinya Ruby menggunakan kemampuannya untuk menutup diri dari suara Azure, Ruby seperti melihat dinding tebal menjulang yang menghalanginya dari pria itu.
"Nona...
Ruby merasa sangat kosong dan hampa, juga akhirnya menyadari maksud dari sikap Demien yang dulunya terus membatasi hubungannya dengan Azure.
Seberapa kuat pun dirinya dan seberapa dekat dirinya dan Azure, mereka hanyalah atasan dan bawahan. Bahkan jika Azure sangat menghargainya dan selalu berada di pihaknya. Pada akhirnya Azure memiliki seseorang yang jauh lebih dekat dengannya. Ayah, ibu, istri dan anak, mereka adalah orang di dalam lingkaran keluarga Azure sedangkan dirinya akan selalu berdiri di luar lingkaran itu dan mungkin tidak akan memiliki kesempatan untuk masuk.
'Ruby, aku tahu kau sangat dekat dengan Yang Mulia dan telah melalui banyak bahaya bersama, namun kau harus selalu mengerti posisimu.' tiba-tiba saja, Ruby teringat oleh kata-kata Susan beberapa hari yang lalu.
Saat itu dia sedikit tidak senang dan bertanya. "Apa masalahnya? Lagi pula Yang Mulia tidak pernah keberatan."
"Tentu, Yang Mulia tidak akan keberatan. Apa kau melihat Yang Mulia keberatan ketika dia memperlakukan Boo dan Demie berbeda?"
"Lalu?"
"Masalahnya adalah, kau ini seorang wanita. Posisi wanita dan pria berbeda bahkan jika kau lebih cekatan dari pria." Susan menatap Ruby dengan tatapan iba. Setelah melatih Ruby beberapa hari, Susan menyadari bahwa selain sikap tenang dan cerdas gadis itu, di dalam dia hanyalah gadis polos yang tidak tau apa-apa. "Ruby, Yang Mulia Putra Mahkota memiliki seorang selir dan suatu saat akan memiliki istri utama yang kelak akan menjadi Ratu, kedekatanmu dengan Yang Mulia hanya akan memprovokasi orang-orang di dalam harem. Jangan membuat posisimu sebagai tabib menjadi canggung."
Ruby masih tidak mengerti, dia selalu merasa tidak pernah mengganggu siapa pun saat bersama Azure, lalu mengapa semua orang terlihat tidak suka?
Susan yang melihat kebingungan Ruby menghela napas dan mencari kita-kata yang lebih mudah di mengerti. "Ruby, kau ini seorang wanita dan para selir itu juga wanita, kelak istri utama dan permaisuri juga adalah wanita. Keberadaanmu sebagai wanita yang terus berada di sekeliling Yang Mulia tentu akan menimbulkan banyak spekulasi." Susan menarik napas dan akhirnya mengatakan intinya. "Jika saja kau wanita bangsawan yang memiliki status, kau pasti memiliki kesempatan besar untuk masuk di dalam harem Yang Mulia, kau mengerti?"
Awalnya Ruby mendengarkan dengan tenang lalu semakin lama dia mendengar, semakin jantungnya berdetak kencang. Dia seperti mengerti namun juga tidak mengerti.
Ruby mengerti maksud Susan adalah jika dia memiliki status yang baik di kerajaan, maka dia memiliki kesempatan untuk menikah dengan Azure.
Menikah? Azure pernah mengatakan bahwa setelah menikah, seorang gadis dan pria boleh tidur bersama. Tapi bukankah dia pernah tidur bersama Azure di goa waktu itu?
"Jika aku menikah dengan Yang Mulia, apakah Yang Mulia akan dalam masalah besar?"
Susan tidak menyangka bahwa Ruby tiba-tiba bertanya seperti itu, namun dia tetap menjawab dengan jujur. "Ya, Kau adalah gadis buta di mata semua orang dan juga tidak memiliki latar belakang yang jelas, tentu akan banyak pertentangan jika Yang Mulia ingin menikahimu."
Susan tahu, kata-katanya kasar. Namun untuk membuat Ruby lebih cepat mengerti, dia harus berkata jujur.
"Nona Ruby...
Lamunan Ruby buyar begitu Fern menepuk pundaknya dan akhirnya tersadar bahwa dia kini masih berdiri di depan kamar Azure.
Ingatan tentang percakapannya dengan Susan seperti air dingin yang di siramkan di atas kepalanya.
Kedekatannya dengan Azure akan menimbulkan masalah, mungkin karena ini jugalah pada awalnya Baginda Ratu dan Demien terus memperingatkannya untuk tidak membuat masalah.
Meski Ruby tahu bahwa Azure tidak memiliki pikiran untuk memasukkan dirinya ke dalam harem, tapi bagi orang-orang yang melihatnya menempel setiap hari di sisi Yang Mulia, pasti berpikir sebaliknya.
'Mungkin aku harus sedikit menjaga jarak.' Pikir Ruby dalam hati. Meski tak nyaman dengan keputusannya, jika itu adalah satu-satunya jalan agar dia tidak membuat masalah dan bisa tetap berdiri di sisi Azure, maka Ruby bisa berusaha.
Bersambung...