Hingga pagi hari menjelang, Azure menemukan dirinya masih berbaring di atas sofa panjang dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya. Sedangkan Ruby tidak lagi terlihat di mana pun.
"Yang Mulia, selamat pagi. Nona Ruby berkata jika anda bangun, anda harus minum ramuan ini selagi hangat."
Azure menoleh dan menemukan Max masuk ke dalam ruangan dengan membawa mangkuk keramik yang masih mengeluarkan uap panas di atasnya.
Azure perlahan bangkit dari sofa dan memijat pelan sisi tubuhnya yang terasa keram karena tidak bergerak selama beberapa jam. "Di mana Ruby?"
Max meletakkan nampan berisi mangkuk ke atas meja dan menjawab, "Pagi ini Tabib Yoga meledakkan satu bahan penelitian lagi dan terluka, jadi Nona Ruby secara pribadi pergi untuk mengobatinya."
Azure belum pernah mengunjungi laboratorium milik Ruby karena gadis itu cemas jika salah satu bahan ramuan yang ada di sana memiliki dampak pada racun di tubuh Azure. Jadi, Azure hanya mengetahui keadaan yang ada di sana berdasarkan pengetahuan delapan penjaga gelapnya dan Ruby.
"Tabib itu selalu saja membuat ledakan, apakah bahan-bahan di dalam laboratorium berbahaya?" tanyanya dengan cemas.
Pasalnya, berbeda dari tabib pada umumnya yang hanya menggunakan bahan herbal dan alami untuk membuat obat, Ruby disisi lain menggunakan beberapa bahan tidak biasa yang dia ciptakan sendiri untuk mendapatkan hasil yang luar biasa, karena itu jugalah Tabib Yoga yang telah menjabat sebagai kepala tabib istana terus membuat kesalahan seperti pemula.
"Menurut pengamatan ku, untuk Nona Ruby, laboratorium itu sama sekali tidak berbahaya. Tapi untuk kami dan bahkan Tabib Yoga, tempat itu seperti ladang perangkap yang berbahaya." Max meringis kecil ketika menjawab, mengingat beberapa hari yang lalu, ketika dia dan Oslo secara tidak sengaja memecahkan satu botol ramuan dan keluar dari laboratorium dengan wajah penuh bengkak karena gatal-gatal.
Meski Ruby telah memisahkan ruangan untuk racun dan ramuan, beberapa ramuan yang masih belum sempurna milik Ruby ternyata menyembunyikan efek samping menakutkan. Jadi semenjak kejadian itu, Max sebisa mungkin menghindari kesempatan untuk mengunjungi ruangan itu lagi dan lebih memilih berdiri menjadi patung pajangan di depan pintu.
Azure terkekeh pelan mendengarnya, dia kemudian meraih mangkuk di atas meja dan meminumnya secara perlahan. Rasa pedas dan manis seketika memenuhi tenggorokan Azure, dan perlahan menghangatkan tubuhnya yang awalnya terasa dingin karena angin malam.
"Sesuatu yang luar biasa tidak mungkin memiliki proses yang biasa." Azure berdiri dan mengajak Max untuk meninggalkan tempat itu. "Bagaimana kemajuan pelatihan kalian?"
Ketika mendengar tentang pertanyaan Azure, wajah Max berubah sangat cerah. "Sangat baik, kami satu persatu telah berhasil meretakkan batu sungai dan memanah target sejauh puluhan meter."
"Bagus, lanjutkan untuk bekerja keras dan aku akan meresmikan status kalian sebagai Dark Guard pertama di Kerajaan Timur." Azure menepuk bahu Max, dan memberikan senyum pada Bert, Rio dan Hawk yang menunggunya di bawah menara.
"Baik."
Perkataan Azure sebelumnya juga di dengar dengan jelas oleh tiga pria itu, jadi mereka berempat menjawab dengan serentak.
***
Praaaang
Praaaang
Suara pecahan barang terdengar dari salah satu kamar selir di sayap kiri kastil, kemudian setelah pecahan terdengar teriakan melengking seorang gadis yang mengejutkan para pelayan yang sedang bertugas.
Yuyu yang berada tepat di tempat kejadian meringkuk di sudut ruangan dengan ketakutan, di beberapa sisi wajahnya terlihat goresan benda tajam yang ditinggalkan oleh pecahan keramik dan guci yang berserakan di lantai.
"Gadis cacat itu! Beraninya dia menggoda pria milikku!" Dengan rambut berantakan dan kondisi tubuh penuh goresan, Zera telah melupakan citra anggun yang selalu dia perlihatkan sebagai gadis bangsawan. Sekali lagi dia memecahkan guci terdekat di sisinya sebelum akhirnya puas dan menjatuhkan diri ke atas ranjang dan menangis.
Berita tentang Azure menginap di atas menara bersama seorang gadis tersebar luas di lingkungan kastil dengan sangat cepat, hanya beberapa saat setelah pagi menyingsing, para pelayan telah berkumpul di sudut kastil dan menyebarkan berita itu.
Mereka hanya tau bahwa Yang Mulia Putra Mahkota menuju ke menara di tengah malam, memainkan seruling dan terlihat berdansa bersama seorang gadis, namun tidak seorang pun tau siapa gadis itu. Karena penjaga yang melihatnya hanya mampu melihat siluet keduanya di ketinggian.
Awalnya semua orang berpikir bahwa gadis tersebut adalah Ruby yang selama ini selalu terlihat dekat dengan Azure, namun beberapa pelayan melihatnya keluar dari laboratorium di pagi hari bersama Tabib Yoga, jadi dugaan itu segera ditepis. Dan berita tentang selir baru akan masuk ke harem muncul ke permukaan.
Azure tidak berniat menjelaskan, Ruby tidak peduli, dan para Dark Guard tidak akan mengatakan apa-apa jika atasan mereka diam, sehingga rumor itu tetap menyebar tanpa ada yang mencegah. Selain mereka yang terlibat, yang mengetahui kebenarannya hanya Bella dan Zera yang memiliki sumber informasi lebih terpercaya.
Tapi reaksi dua gadis itu sangat bertolak belakang, ketika Zera mengamuk dan merusak barang-barang saat marah, Bella justru menikmati matahari pagi sambil menari, mengeluarkan keringat di tubuhnya dan masih tersenyum dengan lembut. Sedangkan Chloe dan Layla yang termakan rumor bertengkar dan menggunakan kuku-kuku tajam mereka untuk merusak wajah lawannya.
Dengan emosi yang lebih stabil, Zera keluar dari kamar mandi dan mendengarkan berita yang Yuyu sampaikan.
"Dua gadis bodoh itu bertengkar? Kenapa?" Zera duduk di depan meja hias dan menyilangkan kaki sambil menggosok rambutnya yang basah.
Yuyu membungkuk dan meraih kain di tangan Zera untuk membantu gadis itu mengeringkan rambut. "Nona Chloe berpikir bahwa Nona Layla adalah gadis yang menari bersama Yang Mulia sedangkan Nona Layla berpikir sebaliknya."
Zera tertawa mengejek. "Oh, bagaimana bisa mereka berpikir bahwa yang lain adalah yang menari bersama Yang Mulia?"
Yuyu lanjut melaporkan. "Malam sebelumnya Nona Layla melihat Nona Chloe keluar dari kamarnya dan bertemu Yang Mulia di koridor menuju menara sedangkan Nona Chloe mengatakan bahwa pada dini hari, dia melihat Nona Layla kembali dari arah menara."
Zera menghentikan gerakannya yang sedang memilah perhiasan di dalam peti dan menatap Yuyu melalui cermin hias. "Lalu?"
Yuyu menelan ludah dan menyingkirkan handuk di tangannya, kemudian mengambil obat oles di meja untuk mengobati luka goresan di tubuh Zera. "Nona Bella adalah dalang dibalik pertengkaran mereka. Nona Bella membuat Nona Chloe dan Nona Layla keluar dari kamar di waktu yang berbeda, membuat keduanya seolah melihat bahwa gadis yang Yang Mulia temui di menara adalah salah satu dari mereka."
Tatapan Zera berubah dingin. "Bella?" Dia mendengus. "Dia cukup pintar. Sayang sekali, kecerdasan itu tidak cukup untuk bertahan di dalam harem." Zera memainkan rambutnya dan menatap pantulan wajah cantiknya di cermin dengan senyum miring.
Yuyu mengangguk setuju. "Lalu Nona, apa yang akan kau lakukan mengenai Ruby." tanyanya penasaran.
"Tidak perlu melakukan apa-apa, bukankah Bella sudah melakukan sesuatu?" Zera mengibaskan rambutnya dan mengenakan cincin berpermata merah ke jari manisnya. "Jika kita bisa duduk tanpa berusaha dan mendapat hasil terbaik, mengapa kita harus repot-repot untuk bergerak? Kita hanya perlu menonton dan menuai hasilnya."
Bersambung...