Tiba di Istana

1150 Kata
Selama dua hari, Ruby memusatkan semua perhatiannya untuk membaca buku-buka yang dia beli dan menolak semua ajakan yang dia terima untuk berjalan-jalan atau sekedar menonton opera. Hingga hari di mana mereka akan meninggalkan Kota Bania dan melanjutkan perjalanan menuju istana. Sekali lagi Ruby duduk di dalam kereta yang bergerak dan bergetar, duduk dengan tenang dan mengingat semua buku apa saja yang telah dia baca. “Kau berusaha terlalu keras.” Azure membuka matanya yang tadinya terpejam, menatap pada Ruby yang  diam tak bergerak di sudut kereta. “Aku suka.” Ruby berkata samar. “Apa?” “Aku suka membaca buku.” Ruby membelai sebuah buku di pangkuannya. “Mereka memberitahuku banyak hal yang awalnya tidak aku tahu.” Setelah mengerti apa maksud Ruby, Azure menghela nafas lalu mengangguk. “Perpustakaan kerajaan sangatlah luas, terdapat jutaan buku di sana, kau bisa membaca sepuasanya.” “Benarkah!” Ruby mendongak dengan senyuman lebar.  “Tentu saja.” jawab Azure tersenyum geli, dia seolah bisa melihat mata Ruby berbinar menatapnya. Perjalanan mereka berlangsung selama dua puluh hari tanpa hambatan dan rintangan. Kesehatan Azure juga sedikit membaik. Meski terkadang masih akan lebih mudah lelah, namun Ruby menanganinya dengan mudah. Gadis itu kini memahami lebih dalam tentang akupuntur dan bisa memberikan kenyamanan secara instan kepada Azure. Bakatnya untuk menyerap pembelajaran dengan cepat itu telah menuai decak kagum dari para prjurit. Yang lebih mengagumkan adalah, jika dulu Ruby hanya bisa membuat seseorang pingsan dengan jarum bajanya, kini dia bisa membunuh dengan itu. Dia telah mengerti di mana letak saraf manusia yang perlu di tanamkan jarum dan seberapa dalam dia harus memasukkan jarum hingga bisa merebut nyawa seseorang. Karena itu, beberapa hari ini Ruby juga sibuk membuat satu set jarum akupuntur yang lebih kecil untuk Azure sedangkan jarum baja miliknya yang lama di gunakan senjata. Karena bentuknya yang kecil, jarum-jarum itu sangat cocok menjadi senjata rahasia. “Dia menang lagi.” Prajurit yang baru pulang dari berburu kembali dengan wajah antusias, mereka membawa seekor babi hutan dengan ukuran yang sangat besar di belakang mereka. Dia yang mereka maksud adalah Ruby, selama perjalanan mereka, demi membuat acara berburu mereka lebih menyenangkan mereka mulai membuat taruhan dengan peraturan siapa yang bisa memburu binatang paling berat dan paling cepat, dialah pemenangnya  Dan selama itu pula Ruby terus memenangkan permainan dalam waktu sangat singkat, perajurit lainnya bahkan belum sempat menemukan target ketika pemenangnya di umumkan. “Kekuatannya semakin menakutkan.” Beberapa gadis berbisik, “apakah dia bahkan seorang wanita?” Dalam beberapa hari, Ruby memang telah mengumpulkan banyak dukungan dari beberapa prajurit dengan kekuatan yang dia miliki, namun bukan berarti semuanya telah menerima keberadaannya di dalam rombongan mereka. Beberapa masih mengungkapkan ketidaksenangan mereka secara diam-diam dan beberapa di antaranya adalah para prajurit wanita. “Bukankah lebih baik jika dia kuat? Lagipula dia seorang teman.” Para pria yang menyalakan api unggun menyela dan tertawa. “Kita seharusnya bisa lebih senang jika memiliki sekutu yang kuat.” “Itu benar.” Boo yang sedang berusaha menyalakan api menanggapi. Azure yang mendengar itu tersenyum lalu menoleh pada Demien yang sedang duduk bersamanya. “Masih sulit menerimanya?” “Aku tidak pernah mempermasalahkan kekuatannya.” Demien membuang muka. Selama beberapa hari ini, Demien  memang banyak mengamati gerak-gerik Ruby dan harus dia akui setiap tindakan gadis itu sangtlah hati-hati. Alasan mengapa dia terus menang dengan cepat adalah karena dia tidak ingin para prajurit membunuh lebih banyak binatang yang tidak perlu. Karena itulah dia terus menyerang binatang paling besar agar cukup untuk di makan hingga seratus orang. Tapi itu bukan berarti dia akan mempercayainya sepenuhnya begitu saja. “Biarakan aku memeriksa nadimu.” Ruby menghampiri keduanya dan duduk di hadapan Azure lalu mengulurkan tangan untuk meminta lenganya. “Katakan Yang Mulia.” Demien tiba-tiba menangkap tangan Azure yang baru saja akan terulur ke arah Ruby. “Kau harus berkata. Yang Mulia izinkan aku memeriksa nadimu.” Ruby menoleh pada Demien, sedikit terkejut, ini adalah pertama kalinya pria itu mau berbicara dengannya semenjak insiden di kapal waktu itu. “Yang Mulia, Izinkan aku memerikasa nadimu.” Dia mengulang perkataan yang Demien katakan. Demien mengangguk puas dan melepaskan tangan Azure. “Besok kita akan mencapai istana, kau harus lebih banyak belajar bagaiaman cara berbicara dengan Raja, Ratu, pangeran serta putri dengan benar. begitu pun dengan para bangsawan. Kau harus berbicra dengan sopan kepada mereka.” Ruby mendengarkan sembari memeriksa nadi Azure dengan sesekali mengangguk. Sedangkan Azure yang berada di tengah mereka hanya bisa menahan senyum yang melihat keakuran mereka intuk pertama kalinya. *** Keesokan harinya, Dinding tinggi kerajaan telah terlihat. Boo langsung memerintahkan seorang prajurit dengan tehnik berkuda yang handal untuk mengimformasikan kepulangan Azure kepada Baginda Raja dan Ratu. “Yang Mulia, Ruby tidak bisa duduk di dalam keretamu lagi.” Demien menyingkap tirai kereta Azure dan melapor. “Aku yakin ayah akan mengerti jika kau menjelaskan.” Demien menghela nafas. "Aku yakin Yang Mulia Raja akan bermurah hati, tetapi orang-orang yang menentang kedudukanmu akan mulai menyebarka rumor.” Azure menghela nafas. Dia tahu itu semua benar. Namun entah mengapa dia hanya ingin Ruby di perlakukan berbeda dan memiliki wewenang untuk tetap berada di sampingnya. “Aku akan turun Yang Mulia.” Ruby yang sejak tadi hanya mendengarkan beranjak dan turun dari kereta, menutup tirai dengan pelan dan meninggalkan Azure yang mulai berwajah masam “Dia memanggilku terlalu formal.” Azure berdecak. Selama beberapa hari ini, Ruby memang menuruti perkataan Demien dan mulai belajar untuk memanggil Azure dengan hormat. Tetapi Azure secara tak sadar tidak senang dengan itu, dia lebih suka jika gadis itu sedikit bersikap lebih akrab dengannya dan merasa terganggu jika dia menjaga jarak. Tapi mau bagaimana lagi, Ruby masihlah orang asing bagi sebagian besar orang, Azure hanya bisa bersabar sedikit dan moleransinya, dia akan membuat orang-orang mempercayai Ruby sedikit demi sedikit. Ketika mereka tiba di depan gerbang ibukota, bendera kerajaan Utara telah berdiri tegak di sepanjang tembok. Lambang kerajaan Utara adalah Naga biru yang meliuk membentuk linglaran dengan api biru yang menyembur dari moncongnya. Pintu gerbang berderit terbuka secara perlahan dan bunyi sorak-sorai terdengar nyaring dari dalam. Azure kini tidak duduk lagi di dalam kereta, namun berdiri di bagian paling depan rombongan menunggangi kuda putih yang gagah. Rakyat segera bersorak menyambutnya. Bagaiaman pun berita tentang Putra Mahkota yang berhasil menangkap para penyusup dari kerajaan selatan dan memulihkan tambang berlian milik kerajaan telah tersebar di mana-mana. Ruby yang sedang duduk di atas kuda hitam tepat di belakang Azure mengenakan jubah hitam untuk menutupi wajahnya. Ini adalah rekomendasi dari Boo yang di setujui semua orang, mengapa? Bukan karena Ruby buta namun karena wajahnya sangat mudah untuk menarik perhatian orang-orang terlebih rambut pirang panjangnya yang sangat mencolik di antara orang-orang berambut hitam. Bukan berarti rambut pirang itu asing di Kerajaan Timur, hanya saja rambut pirang itu jarang, bukan hanya di kerajaan timur, namun juga di tiga kerajaan lainnya. Jadi untuk menghindari tatapan tanya dari orang-orang, Ruby harus menyembunyikan penampilannya hingga Raja memberinya identitas dan status tertentu.    Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN