Sedikit Berdandan

1067 Kata
Tifa memilih gaun berwarna icy blue dengan model rok mengembang dari pinggang ke bawah, sedang gaun bagian d**a hingga pinggang di lapisi dengan kain tille dengan motif bunga kecil berwarna silver. Di bagian bahu memiliki gaya off shoulder, sedangkan dari punggung ke lengan, kain sutra lembut jatuh sepanjang gaun Ruby seperti jubah. Tifa kemudian mengubah rambut lurus Ruby menjadi ikal kemudian menariknya beberapa ke belakang dan menghiasinya dengan jepitan mutiara berwarna silver. Untuk perhiasan, Tifa tidak menggunakan banyak, hanya memasang sepasang anting mutiara di telinga Ruby dan sebuah cincin. Bagaimana pun, dengan status Ruby yang hanya sebagai tabib, dia tidak boleh berpenampilan terlalu mewah dan menyaingi para selir Putra Mahkota. Terakhir, sebagai pelengkap, Tifa tidak lupa memilih penutup mata putih transparan dengan jahitan bunga mawar di bagian kedua mata Ruby. Dengan begitu, wajah cantik Ruby terlihat jauh lebih jelas hari ini. Sebenarnya, untuk akhirnya memilih gaun yang sekarang Ruby pakai, Tifa dan Willow menghabiskan banyak waktu untuk berpikir, karena Baginda Ratu mengirimkan Ruby pakaian dengan kualitas yang tidak main-main, semuanya terlihat sangat cantik, apalagi di padukan dengan wajah dan tubuh Ruby, Tifa benar-benar kesulitan menentukan pilihan. "Sudah selesai?" Ruby yang hampir kehilangan kesabaran ketika di dandani oleh Tifa akhirnya bisa bernapas lega. Dia berdiri dan mengangkat gaunnya untuk meninggalkan posisi sebelumnya di depan cermin. "Sekarang kalian juga harus bersiap-siap. Nanti saja membereskan gaun-gaun itu." Tifa menghentikan gerakannya yang sedang memunguti perhiasan. "Nona, status pelayan kami tidak cukup tinggi untuk ikut dalam rombongan Yang Mulia untuk menyambut tamu." Ruby mengerutkan kening mendengar itu, sepertinya dia juga harus membaca tingkatan para pelayan istana agar tidak membuat perintah yang keliru. "Lalu pelayan seperti apa yang pantas? Jika kalian tidak ikut denganku, lalu bagaimana jika aku memerlukan sesuatu dan tidak bisa meninggalkan sisi Yang Mulia?" "Ah, itu... Yang Mulia Putra Mahkota seharusnya membawa beberapa pelayan tingkat tinggi di sekitarnya." Tifa menjawab pelan, sedangkan Willow terus menatap Ruby dan Tifa bergantian, dia tidak mengatakan apa-apa tapi hanya dari pandangannya, dia jelas sangat ingin ikut dengan Ruby. "Para pelayan itu tidak tahu apa-apa." Ruby menyahut kesal. Pasalnya, meski pun Tifa dan Willow selalu berkata buruk tentangnya, dua pelayan muda itu juga telah mengikuti aktifitas sehari-harinya dan banyak membantu, jadi dari pada pelayan lain yang tidak tau apa-apa, Tifa Dan Willow mengetahui banyak hal, bahkan telah belajar membedakan beberapa warna botol obat. Jadi Ruby masih merasa nyaman membawa mereka. Lagi pula, sebagai tabib, dia benar-benar membutuhkan pelayan yang bisa membawa peralatan medis dan obat-obatan yang tidak mungkin dia bawa ketika dia bersama Azure. Ruby menggigit bibir. “Kalian bersiap-siap saja, jika memang tidak bisa ikut dalam rombongan Putra Mahkota, kalian setidaknya harus tetap berada di tempat di mana kalian bisa secepatnya datang jika aku perlukan.” "Baik Nona." Willow dan Tifa menjawab serempak, lalu keluar dari ruangan. Namun sebelum mereka bisa menutup pintu, Ruby kembali memanggil mereka. "Nona?" Ruby berdehem dan menunjuk ke arah kotak perhiasan di atas meja. "Kemari dan pilih salah satu perhiasan yang kalian suka, anggap sebagai hadiah." Mata Willow dan Tifa membelalak. "Kami memilih sendiri." Ruby mengangguk. "Aku tidak bisa melihatnya dan tidak tahu yang mana yang kalian suka, jadi pilih saja sendiri. "Terima kasih Nona." Tifa membungkuk lalu memilih jepitan rambut yang paling sederhana dan paling dia sukai. Ruby memberikan mereka kepercayaan itu untuk memilih perhiasan sendiri di kotak perhiasannya yang di penuhi aksesori mahal dan mewah. Jadi Tifa tentu tidak akan bersikap serakah dan mengambil perhiasan paling mewah, dia hanya mengambil perhiasan yang sekiranya cocok di gunakan pelayan seperti mereka. Willow yang matanya di penuhi kilauan perhiasan, sangat ingin mengambil cincin batu saphire yang sejak awal mencuri perhatiannya, namun melihat perhiasan yang Tifa ambil, dia tidak berani mengambil cincin itu dan memilih perhiasan yang sama sederhananya dengan pilihan Tifa. Tapi sederhana di dalam kotak perhiasan Ruby tentu bukan sesuatu yang sederhana di mata orang lain. Perhiasan di tangan Tifa dan Willow belum tentu bisa di miliki oleh para Putri saudagar kaya. Sekali lagi, Tifa merasa sangat takjub dengan betapa baiknya Baginda Ratu kepada Ruby, jika saja Ruby memiliki status dan tidak cacat, Tifa yakin bahwa saat ini Ruby telah masuk ke dalam harem sebagai istri utama. Saat Tifa dan Willow datang kembali dengan pakaian yang lebih baik, Ruby telah selesai menyusun ramuan dan peralatan medisnya ke dalam dua kotak yang berbeda kemudian memberinya kepada dua pelayan itu untuk di bawa. Kemudian keluar dari ruangan dan menghampiri kamar Azure. Di depan kamar Azure kini berdiri sederetan pelayan dan penjaga yang di pimpin oleh Skye, Oslo, Fern dan Jude. Dan seperti perkataan Tifa, semua pelayan dan penjaga yang ada di sana benar-benar berbusana extra untuk mencegah Yang Mulia Putra Mahkota mereka di permalukan oleh pangeran yang lainnya. "No... Nona Ruby!" Jude yang menyadari kedatangan Ruby pertama kali menggosok matanya beberapa kali, namun masih tidak bisa terbiasa dengan penampilan Ruby saat ini. Cantik, apakah masih bisa menggambarkan penampilan Ruby? Jude tidak tau lagi, dia hanya merasakan pipinya memanas dengan cepat sedangkan mata emeraldnya tidak bisa berhenti untuk memandang ke arah Ruby. Tidak hanya Jude, semua orang yang akhirnya melihat Ruby tidak bisa menolak untuk menatap hanya sekali dan dua kali, secara naluriah, perhatian seseorang akan terus tertarik pada sesuatu yang Indah dan menyenangkan mata. Dan sekarang, Ruby menjadi pusat perhatian. Ruby terbiasa menjadi objek pandangan banyak orang, jadi dia tidak begitu peduli dan menghampiri Skye. "Yang Mulia?" Skye berkedip dengan cepat, dampak yang Ruby berikan padanya bahkan semakin terasa begitu gadis itu mendekat ke arahnya. "Ya.. Yang Mulia masih di dalam, menunggumu." "Oh, oke. Kenapa suaramu bergetar? Kau sakit?" Ruby mengerutkan kening. "Tidak, aku baik-baik saja." Skye menjawab dengan cepat dengan wajah memerah, dia mengalihkan tatapannya ke puncak kepala Ruby agar bisa bertingkah dengan normal. Mendengar jawaban enerjik Skye lagi, Ruby akhirnya tidak bertanya apa-apa lagi dan mengetuk pintu. "Yang Mulia." "Masuk." Suara Azure menjawab dari dalam, dan Ruby meninggalkan pelayan yang masih menatapnya seperti permata langka hingga punggungnya menghilang dari pandangan. "Aku tau nona Ruby cantik, tapi aku tidak menyangka hanya sedikit berdandan dia akan menjadi secantik itu. Aku bahkan tidak berani membayangkan dampaknya jika Nona Ruby berdandan seperti wanita bangsawan lainnya." Salah seorang pelayan berkata dengan nada pelan yang langsung di tanggapi dengan helaan nafas setuju semua orang. Ruby di dalam tentu bisa mendengar kata-kata orang di luar, namun tidak terlalu dia pedulikan lagi, karena kini dia mengahadapi tiga pasang mata yang menatapnya tanpa berkedip. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN