Persaingan di dalam Harem

1154 Kata
Seorang pelayan berlari dengan mengangkat gaun panjangnya mendaki tangga, berbelok di tikubgan dan melintasi koridor panjang dengan langit-langit tinggi kemudian menghentikan langkahnya di depan pintu sebuah kamar. Untuk sejenak, dia mengaku pernapasannya yang sedikit berderu lalu mengetuk dan membuka pintu di hadapan. "Nona, Yang Mulia Putra Mahkota akan pulang dan sekarang sedang dalam perjalanan." lapornya dengan antusias. Di dalam kamar, Zera yang sedang berbaring santai sambil makan buah berdiri dengan cepat. "Mengapa begitu tiba-tiba dan tanpa pemberitahuan?" Zera mengerutkan bibir tak senang namun masih bergerak dengan cepat ke arah kamar mandi. "Panggil pelayan lainnya dan bantu aku berdandan secepatnya. Pilih pakaian dan perhiasan paling baik,jangan sampai tiga wanita rendahan itu mendahuluiku!" Di saat yang sama, di kamar yang berbeda. Kegaduhan yang sama juga terjadi. Setelah tarian Bella hari itu, harem Putra Mahkota telah terpecah belah sepenuhnya. Bahkan Bella, Layla dan Chloe yang awalnya membentuk aliansi, kini tidak saling mempercayai lagi. Mereka kini telah menyusun banyak rencana di kepala mereka untuk menggoda Azure, mendapatkan cintanya dan melampaui selir lainnya. Tanpa mereka tahu, Cinta yang mereka inginkan mungkin saja telah di berikan untuk orang lain. Beberapa saat kemudian, empat pintu di sayap kanan kastil putra mahkota terbuka bersamaan dan empat gadis dengan dandanan mereka yang sempurna keluar secara bersamaan. Namun... Warna merah yang menyilaukan membuat pelayan yang juga keluar bersama mereka tertegun dan mundur secara perlahan dari zona serangan para selir yang mulai menguarkan aura membunuh. Ya, mereka semua memakai pakaian merah yang sama! Bukan hanya itu, bahkan perhiasan di kepala mereka pun persis sama! Jika saja Azure ada di sini, dia pasti akan terpotong oleh tatapan tajam ke empat selirnya. Pasalnya, pakaian dan perhiasan itu adalah hadiah dari Azure. Sebenarnya masalah ini bukan sepenuhnya salah Azure. Ketika para mentri mendesaknya untuk mengangkat seorang selir, Azure merasa sangat enggan sehingga menyerahkan semua upacara pengangkatan selirnya kepada ibunya. Ratu Sophia tentu bisa melihat bahwa putranya tidak  bahagia, jadi meski Azure menunjuk secara pribadi para Selirnya, Ratu Sophia tidak pernah menganggap para wanita itu terlalu serius. Lagi pula yang mengajukan diri menjadi selir adalah para wanita itu sendiri, jadi karena keinginan mereka telah tercapai, mereka tidak perlu mengharapkan apa pun. Pada upacara pengangkatan Zera, Ratu Sophia membawa beberapa pakaian dan perhiasan ke hadapan Azure untuk dia pilih sebagai hadiah untuk selirnya dan Azure memilih gaun warna mereka karena gaun itulah yang pertama tertangkap oleh retinanya sedang untuk perhiasan, dia memilih secara asal. Lalu pada upacara pengangkatan selir yang lainnya, Ratu Sophia kembali membawa beberapa pakaian untuk Azure pilih dan lagi-lagi dia memiliki gaun dan perhiasan yang paling mencolok. Yang sama sekali Azure tidak tahu adalah, Ratu Sophia tidak pernah membawa gaun yang berbeda bentuk, dia hanya membawa gaun dengan warna yang berbeda. Dan entah sengaja atau tidak sengaja, Ratu Sophia tidak pernah mendesain secara pribadi gaun yang dia pesan. Dia hanya terus berkata. "Buat saja yang seperti kemarin." Jadi, Setia kali pengangkatan selir baru, Azure terus memilih gaun dan perhiasan yang paling cepat menangkap perhatiannya tanpa tahu bahwa semua benda yang dia pilih itu persis sama. Selama bertahun-tahun, ke empat selir itu menjaga gaun itu dengan sangat baik karena itu adalah satu-satunya hadiah  yang Azure berikan, selebihnya Azure hanya menyediakan materi untuk mereka membeli sendiri. Dan karena hari ini mereka ingin membuat kesan yang baik kepada Azure, mereka memilih baju pemberian yang mereka anggap spesial dan terjadilah situasi memalukan ini. Secara bersamaan, empat pintu kamar itu tertutup yang kemudian di dalam terdengar beberapa barang yang di pecahkan. "Hatchiii!" Azure menggosok hidungnya. "Apakah seseorang mengumpat padaku?" "Kau meninggalkan kastil tanpa mengatakan apa-apa, mungkin saja para selirmu mengumpat diam-diam." Ruby berkata tanpa mendongak dan terus bermain dengan merpatinya. Azure mengangkat alis. "Aku lebih curiga kepadamu." Ruby mendongak. "Aku lebih suka mengutuk dari pada mengumpat. Kau mau mencobanya?" Azure "....." Baiklah, dia memang tidak bisa menang dari Ruby. Tak lama kemudian kereta akhirnya berhenti, lalu berjalan lagi setelah pintu gerbangnya terbuka. Setelah kereta berhenti lagi, Ruby mengikat rambutnya dan keluarga dari kereta lebih dulu, tidak lupa membawa kurungan merpatinya, di susul oleh Azure. "Selamat datang Yang Mulia." Di depan pintu, ke empat selir Azure telah menyambut dengan senyuman. Memakai pakaian cerah dan perhiasan cantik yang mendukung penampilan mereka. Ruby tidak bisa melihat, namun denting perhiasan di tubuh ke empat gadis itu terdengar dengan jelas di telinganya. Azure sedikit mengerutkan kening begitu melihat wajah Bella dan Zera memiliki beberapa luka bekas cakaran yang masih terlihat meski telah berusaha keduanya tutupi dengan make up. "Apakah hari ini ada perayaan tertentu?" Ruby berbisik dengan pelan kepada Azure. Namun di mata empat selir di hadapan mereka, Ruby lebih terlihat seperti menempelkan tubuh bagian depannya kepada Azure. Azure sendiri sudah biasa dengan cara Ruby berbisik, namun karena saat ini mereka di depan umum, dia sedikit membuka jarak sebelum menjawab. "Tidak ada. Hari ulang tahunku masih beberapa minggu lagi." Ruby merasakan empat tatapan tajam yang di layangkan padanya, namun karena dia tidak mengerti apa masalahnya para selir itu, dia mengabaikannya dan tidak mencari tahu lagi. Dia kemudian menyerahkan kandang burung merpatinya kepada petugas yang menjaga hewan peliharaan di kastil lalu berjalan di belakang Azure untuk masuk ke dalam kastil. Zera yang melihat sisi Azure kosong, segera mengambil kesempatan dan memeluk lengan Azure yang baru saja terulur hendak menarik Ruby ke sisinya. "Yang Mulia, aku dengar kau mendapatkan serangan dan terluka parah." Zera memeras raut wajah sedihnya dengan susah payah. "Aku sangat cemas sampai kesulitan untuk tidur." Azure mengangkat alis namun tidak mengungkap kebohongan telanjang selir pertamanya. Lagi pula Siapa yang akan percaya itu? Wajah Zera sangat cerah tanpa adanya tanda-tanda insomnia. Yoga dan Susan membuang tatapan mereka ke arah lain sedangkan Ruby yang tidak bisa melihat hanya menggosok telinganya yang terasa geli. Bella yang tak mau kalah, maju untuk mengisi sisi Azure yang masih kosong, namun tiba-tiba merasakan angin berhembus sangat cepat melintas di sisinya. Dan sebelum dia bisa bereaksi, Layla telah bergelenyut manja di lengan Azure dan mengeluarkan kata-kata manja. "Yang Mulia, aku sangat senang kau bisa kembali dengan keadaan yang lebih baik." Semua gerakan itu terjadi dengan cepat sehingga Azure tidak sempat menghindar dan telah tertangkap di tengah-tengah dia macan wanita yang sedang bersaing itu. Dan tentu, dia tidak bisa mengibaskan pelukan kedua selirnya di depan umum begitu saja. Atau tindakannya akan menimbulkan gosip. Jadi dia hanya bisa memaksakan senyum dan untuk sementara melayani kata-kata selirnya hingga mereka masuk ke dalam kastil. Bella dan Chloe yang tidak mendapat tempat hanya bisa mundur dan berjalan mengapit Ruby di tengah mereka. Dan Wangi menyengat yang tajam tiba-tiba menyerang Ruby seperti pisau. 'Demi apa pun, apakah para wanita ini mandi dengan parfum?' jerit Ruby di dalam hati. Bau yang menguar dari tubuh para selir itu hampir membuat hidung Ruby pecah. Namun dia tidak bisa secara terang-terangan memperlihatkan raut wajah tidak nyamannya. Jadi dia menggosok hidungnya dan menggunakan percakapan untuk mundur di sisi Susan. Jika Ruby tidak menutup matanya, orang-orang akan melihat tatapan ibanya yang dia layangkan ke punggung Azure. Dengan itu persaingan di dalam harem semakin memanas.    Bersambung...  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN