Bridesmaid - 04

1601 Kata
Clara baru saja selesai membersihkan diri. Bahkan, rambutnya pun masih basah karena ia memang tidak suka mengeringkannya dengan hair dryer jika tidak sedang buru-buru. Ia lebih suka mengeringkan rambutnya dengan handuk dan membiarkannya kering sendiri jika sedang keadaan santai seperti ini. "Cla, mau makan di rumah atau di luar?" tawar Natlyn sembari membuka pintu kamar Clara. Clara yang tengah memainkan ponselnya di depan meja rias pun segera menoleh ke arah sepupunya. "Terserah aku sih," jawabnya kemudian kembali fokus pada layar ponselnya. "Hmm.. di rumah aja deh. Nanti biar dia yang ke sini," ujar Natlyn sembari menutup pintu kamar Clara kembali. Clara menyerit. Dia? Dia siapa memangnya yang mau datang? Jangan-jangan Leon lagi?! Clara mendengus kesal. Padahal ia benar-benar berniat refreshing dan mencari suasana baru di Bali. Tapi kenapa malah ia harus bertemu dengan salah satu masa lalu yang sulit ia lupakan itu? Dalam keadaan yang seperti ini pula. Clara pun berjalan gontai ke arah tempat tidur dan melempar tubuhnya ke sana. Kacau. Rasanya semua menjadi kacau. Apa sebaiknya ia segera mengatur jadwal kepulangan ke Jakarta saja, ya? Tapi apa alasannya? Natlyn tidak akan mengizinkannya pergi dengan mudah, mengingat sepengetahuan sepupunya itu dia datang untuk membantu Natlyn mengurusi rencana pernikahannya yang sudah semakin dekat. Clara pusing sendiri memikirkan nasib masa depannya selama di Bali. Hancur sudah harapannya untuk berlibur di Pulau Dewata itu. Mumgkinkah ini adalah karma karena ia yang sengaja ingin dipecat saat orang-orang di luar sana pusing mencari pekerjaan? 'Tok tok tok' "Cla!" Itu suara Natlyn yang tengah memanggil Clara. Beberapa saat lalu Clara juga mendengar deru mobil berhenti tepat di depan pelataran vila yang ia tempati. Mungkinkah itu Leon? Jadi dia sudah datang? "Cla, ayo keluar! Kita makan malam bersama. Sekalian aku mau kenalin kamu sama-" "Iya ini baru mau naruh handuk," potong Clara. Ia tak punya pilihan lain. Ia tidak mau Natlyn malah curiga dan berpikiran aneh-aneh terhadapnya. Apapun keadaannya, Clara harus berani menghadapinya. Clara membuka pintu kamarnya. Kebetulan, kamar yang ia tempati memang berhadapan langsung dengan ruang makan. Ia pun langsung dapat melihat sesosok pria yang duduk membelakanginya, tampak asyik berbincang dengan Natlyn di meja makan. Tunggu! Malam ini Leon tampak sedikit berbeda dari tadi siang. Perawakannya sedikit lebih tambun dan tatanan rambutnya pun beda. Apa perasaan Clara saja? "Cla, ayo ke sini!" panggil Natlyn setelah menyadari keberadaan sepupunya di ruangan itu. "Maaf ya, Mas. Clara memang agak pemalu. Apalagi dari awal dia khawatir akan jadi obat nyamuk kita. Eh malah sekarang kita makan malam bertiga," terang Natlyn. Clara hanya dapat tersenyum canggung sembari melangkah perlahan ke arah meja makan. Laki-laki itu menoleh. Membuat Clara yang sejak tadi berada dalam mode siaga sigap menghentikan langkahnya. "Eh, kambing!" pekik Clara latah, setelah ia menyadari sesuatu. Tunggu! Wajah itu... "Maaf aku telat." Atensi semua mata manusia dalam ruangan itu segera beralih ke arah seorang pria yang baru saja datang. "Leon? Jadi-" "Jadi apa? Kamu kenapa, sih? Kok kayak shock berat gitu?" bingung Natlyn. Leon berjalan santai setelah menebar senyum sialan yang membuat jantung Clara berpacu lebih kencang. 'Jadi, calon suami Natlyn bukan Leon? Atau gimana? Tadi Natlyn bicara sama mas-mas itu kayaknya-' "Cla, kamu niat mau makan malam enggak, sih?" kesal Natlyn melihat sepupunya yang menjadi serba lemot itu. "Eh? Aku-" "Maaf kalau aku lupa ngabarin. Aku memang sengaja ngajak Leon makan malam di sini sekalian. Beberapa hari lalu kan kamu udah bilang, kalau sepupu kamu nggak suka jadi obat nyamuk. Jadi untuk menghindari itu, ya aku ajak aja Leon," terang pria di hadapan Natlyn. Jadi benar, calon suami Natlyn bukan Leon, melainkan laki-laki asing itu? Clara berjalan, lalu duduk di samping Natlyn. Sialan! Kenapa kursi makannya hanya ada empat, sih? Mau tidak mau Clara jadi harus berhadapan dengan Leon. Dan dapat Clara lihat, senyum sinis tercetak jelas di bibir pria berengs*k itu. 'Apa coba maksud dia senyum-senyum gitu?' batin Clara menahan dongkol. "Aku ambil piring dulu ya, buat Leon," pamit Natlyn. "Ck," tanpa sadar, Clara berdecak sembari menatap pria di hadapannya dengan sengit. Hal itu berhasil menyita perhatian tiga orang di dekatnya. Khususnya Natlyn yang langsung menayap Clara dengan penuh selidik. "Kamu kenapa sih, Cla? Aneh tahu, dari tadi kayak orang linglung gitu," ucap Natlyn mulai sedikit khawatir dengan kondisi sepupunya. "Eh? Emang aku kenapa?" Clara menatap satu per satu mata lawan bicaranya. Setelah sadar akan kesalahannya, ia pun mengatakan maaf. Sementara itu, Leon hanya dapat kembali melebarkan senyumnya. Benar-benar aneh. Apa jangan-jangan pria itu memiliki sebuah rencana yang berhubungan dengan Clara? Jangan bilang Leon menaruh dendam atas kandasnya hubungan mereka dulu?! 'Tapi kan waktu itu dia yang salah. Dia yang ceweknya banyak. Aku mah setia. Kenapa juga dia harus dendam denganku?' batin Clara. "Oh iya, Cla. Kan sama Leon kamu sudah kenal. Sekar-" "Kenal aja, nggak kenal-kenal banget, kok. Apalagi akrab. Enggak. Kami-" Clara memotong ucapan Natlyn dengan refleks karena pikirannya yang kacau. Dan kini, ia sendiri bingung akan berkata apa. Lagi, Clara menatap satu per satu orang di ruangan itu. Jadi, ia baru saja melakukan hal konyol yang membingungkan mereka? "Maaf maaf. Kamu tadi mau ngomong apa, Nat?" tanya Clara sembari menggaruk lehernya yang tak gatal. "Eh? Hmm.. aku cuma mau kenalin kamu sama calon suamiku, sih. Kenalin, ini Mas Simon, calon suamiku, sekaligus sahabat baik Leon," terang Natlyn memperkenalkan pria berperawakan sedikit tambun itu. Sebenarnya Simon tidak bisa dikatakan gemuk. Ia cukup ideal, hanya saja sedikit lebih berisi dibanding Leon yang sudah menjadi standar Clara -eh... "Loh? Jadi calon suami kamu bukan- hmm.. maksudnya-" Clara hampir saja keceplosan membahas soal Leon. Tidak! Ia tidak boleh melakukan itu atau ia akan malu sendiri nantinya. Sementara Leon? Pasti ia akan semakin besar kepala dan menindas Clara kalau sampai Clara bertindak bodoh. "Apa sih, Cla? Kamu nggak mikir kalau yang akan jadi suamiku itu Leon, kan?" tebak Natlyn yang sayangnya tepat sasaran. Clara menelan salivanya kasar. Dia harus bicara apa sekarang? "Tenang, dia free, kok. Iya kan, Le?" imbuh Natlyn sembari melirik nakal pada sahabat calon suaminya itu. "Ish, apa sih? Maksud aku nggak gitu. Cuma kan aku kira emang dia, mengingat dia tadi yang bantu ngurus desain undangan juga," Clara beralibi. Terdengar Simon terkekeh kecil mendengar penuturan Clara. "Cuma karena itu? Leon ini memang orang yang paling membantuku untuk menyiapkan pernikahan ini. Apa lagi kalau aku sedang ada kerjaan. Dan kebetulan seharian tadi aku sangat sibuk, sementara pekerjaannya selesai lebih awal, jadi ya dia nolongin aku," terang Simon. "Oh, iya. Ngerti kok, Mas," balas Clara berusaha sopan, dan memanggil Simon dengan sebutan 'Mas', sama seperti Natlyn. 'Oh my- jadi benar Leon masih single? Duh... sayangnya mantan. Mana aku udah tahu semua belangnya dia lagi,' batin Clara. "Lagian kan aku udah bilang pas di telepon, nama calon suamiku itu Simon. Kenapa malah nyasar ke Leon?" ejek Natlyn yang tak bisa menahan tawanya. "Ya kan mirip. Maaf deh," Clara kembali beralibi.. Clara melirik Leon yang tengah tersenyum ke arahnya. Senyum jail. Dan Clara sangat benci itu. Dulu Clara merasa spesial jika berhasil melihat senyum jail dari pria dingin itu. Rasanya sangat langka dan 'mahal', bukan? Eh tapi nyatanya di belakang Clara banyak juga cewek yang bisa dengan mudah mendapatkannya. Dasar playboy cap ikan tongkol! Meski mereka putus dengan baik-baik, tentu saja hati Clara tidak sedang baik saat itu. Dia hanya terlalu munafik untuk menunjukkan kelemahannya di depan orang yang sudah menyakitinya. "Cla," Clara refleks mengangkat pandangannya, hingga tatapannya bertemu dengan manik coklat khas Indonesia milik Leon. "Aku masih single kok," ucap Leon tiba-tiba. Dia gila atau apa? Apa coba maksudnya tiba-tiba bicara seperti itu di depan Clara? "Ya terus?" bingung Clara dengan muka yang benar-benar innocent. Serius. Ia tidak bercanda kali ini. Ia benar-benar tidak mengerti dengan maksud ucapan Leon. "Just for your information aja. Siapa tahu kan..." Leon menjeda ucapannya. Membuat Clara menyerit. "Hmm..." Simon berdehem, dan dengan kepekaan yang luar biasa, Natlyn segera memberikan minum pada calon suaminya itu. Tunggu! Apa-apaan sih? Kenapa yang Clara lihat malah Simon dan Natlyn tampak seperti menunjukan sikap romantis yang dibuat-buat seakan sedang meledek Clara? "Siapa tahu apa? Ngomong setengah-setengah," omel Clara. "Siapa tahu kamu mau mencoba mempertimbangkan untuk kembali padaku," pungkas Leon. DUARRRRR 'Dia bercanda, kan? Apa? Dia tadi ngomong apa? Kembali? Balikan maksudnya? Aku, balikan sama mantan yang pernah nyakitin? Gila kalik! Kayak nggak ada cowok lain yang mau aja sampai masa lalu dipungut balik!' monolog Clara dalam hati. 'Eh! Tapi emang kayaknya nggak ada yang mau sih,' monolog Clara dalam hati. Tapi, apa iya gadis itu harus kembali pada mas mantan yang bertahun-tahun lalu pergi? Jujur saja, kalau rasa, mungkin Clara masih memilikinya. Tapi harapan untuk kembali? Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya. 'Please katakan ini bohong! Dia cuma bercanda, kan?' "Uhummm... duh, kayaknya gantian kita yang jadi obat nyamuk nih, Nat," sindir Simon. "Iya, Mas. Tapi kalau gini sih oke aja kita jadi obat nyamuk, ya kan? Siapa tahu kita bisa jadi saksi cinta lama bersemi kembali setelah bertahun-tahun terpisah," balas Natlyn meladeni calon suaminya. Sialan! Clara benar-benar berada dalam posisi yang tidak menguntungkan sekarang. Ia hanya terus mempertahankan pandangannya ke arah wajah rupawan Leon yang masih bisa tersenyum setelah kekacauan yang ia perbuat. Sialan! Sekali berengs*k tetap saja berengs*k. *** Bersambung ... Jadi guys, intiñya tuh Clara adalah orang yang paling anti balikan sama mantan. Tapi pesona Leon sulit ditolak. Bisa sampai kan ya penjelasanku di atas? Bagi yang punya saran/masukkan, dipersilaman tulis saja di komentar! Atau kalau tidak enak, boleh dm ke ig riskandria06 Segini dulu, ya. Aku akan update setiap hari sambil jalan santai ngerjai Black Rose. Jangan lupa masukkan ke pustaka biar nggak ketinggalan updatenya. Terima kasih sudah mampir :)
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN