“Rose, aku mau ke klinik Dokter Nolan siang ini. Apakah kau bisa menemaniku?” tanya Sissy saat mereka sedang makan bersama.
“Boleh saja. Apakah anak kucingmu sudah sembuh?”
“Dia sudah terlihat aktif, Randi bilang aku sudah bisa mengambilnya.”
“Siapa Randy?”
“Dokter Randy Nolan,”
“Mengapa kau memanggilnya Randy?” tanya Rose curiga.
“Karena dia memintanya, katanya tidak perlu terlalu formal,” jawab Sissy seadanya dan alarm di kepala Rose berbunyi. Sejak mereka masih di sekolah dasar, dia dan para sahabatnya yang lain menjaga Sissy dan Jisoo, kedua orang ini terlalu baik dan mudah percaya yang membuat kedua gadis itu sering dimanfaatkan teman-teman mereka. Kalau Jisoo memang karena sahabatnya yang satu itu otaknya terbatas, sedangkan Sissy, itu karena gadis itu ramah pada semua orang dan suka membantu orang, hal itu membuatnya dan yang lainnya harus terus memperingati gadis itu.
“Sejak kapan kau dekat dengannya?” selidik Rose dan mulailah Sissy bercerita mengenai Dokter Randy Nolan yang sangat baik dan penyayang hewan, Dokter yang mendedikasikan dirinya untuk merawat hewan-hewan.
Rose memutar bola matanya setelah Sissy selesai bercerita dengan wajah memuja, memuja pendedikasian sang Dokter pada hewan-hewan. Dia sudah merasa ada yang mencurigakan sejak Sissy berkata Dokter Nolan sering menelepon sahabatnya itu untuk menanyakan keadaan kucing yang baru melahirkan yang dipungut Sissy di depan mansion. Pasti Dokter itu mau modusin Sissy dengan alasan kucing-kucingnya dan Sissy paling mudah dikelabui jika berurusan dengan perhewanan.
Sahabatnya satu ini sangat rukun dengan segala jenis perhewanan, terutama yang berbulu, mereka semua sangat suka pada Sissy. Bahkan anjing pemburu dan serigala Justin yang ditakuti hampir seluruh penghuni mansion saja menurut pada Sissy.
Sekarang dia punya tugas baru, dia harus membuat Dokter hewan itu segera menjauh dari Sissy. Dia tersenyum licik, sekarang dia adalah istri bos mafia, jadi dia tinggal menjentikkan jari dan anggota suaminya akan membereskannya. Dia hanya perlu sedikit mengancam Dokter Nolan, yang jika tidak dituruti si Dokter, maka dia akan menyuruh anggotanya untuk meneror pria itu.
“Baiklah, kau mau berangkat ke klinik jam berapa?” tanya Rose dimana di otaknya sudah berputar berbagai skenario untuk menakut-nakuti Dokter Nolan.
“Setelah kita makan, ya. Nanti kita mampir dulu ke ruang perawatan Garry, aku harus membujuk Garry untuk membiarkan aku mengambil Ruby dulu.” jawab Sissy.
“Memangnya Garry kenapa?”
“Dia melarangku pergi.”
“Kenapa?”
“Kurasa dia tidak ingin aku meninggalkannya walau hanya sebentar.” jawab Sissy dengan mata berbinar yang membuat Rose memutar bola matanya lagi. Dalam hati dia berpikir kalau memang gen tidak bisa menyimpang terlalu jauh, sekarang Sissy halunya sudah mirip Kak Selly, kakak tiri beda Ibu sahabatnya itu.
****
“Tidak boleh!” tolak Garry yang membuat Sissy langsung kembali ke sisi Garry, bermaksud membujuk suami masa depannya. Sekarang dia harus membawa Ruby pulang, agar si bayi kucing bisa berkumpul kembali bersama induk dan saudaranya.
Rose melipat kedua tangannya di bawah d**a dan melirik tidak suka pada Garry yang mengatur Sissy. Sepertinya pria itu sudah cukup sehat dan itu berarti dia harus mencari cara agar Sissy segera kembali ke Jakarta.
Reaksi Rose tidak luput dari perhatian Justin. Untuk membawa Sissy kesini saja dia harus membujuk istrinya dengan terus mengulang jasa Garry yang telah menyelamatkannya, sekarang dia harus memikirkan rencana lain agar istrinya ini membiarkan Sissy sedikit lebih lama lagi disini.
“Aku akan segera kembali, Diego akan menemanimu sebentar saat aku ke klinik. Aku tidak akan lama, koq.” bujuk Sissy.
“Kau bisa menyuruh pelayan untuk mengambil anak kucing itu.” tolak Garry.
“Tapi aku sudah bilang pada Randy kalau aku yang akan menjemput Ruby.”
“Bilang saja kau ingin bertemu dengan Dokter kurang kerjaan itu!”
“Tidak, koq. Untuk apa aku ingin bertemu dengan Randy? Ruby sudah sehat, belang tiga dan anaknya yang satunya lagi juga sehat.”
“Aku akan menemaninya. Kupastikan kami akan cepat kembali dan si Dokter hewan akan sangat sibuk setelah ini.” kata Rose memotong perdebatan tidak penting kedua orang yang membuatnya gerah. Hanya urusan menjemput bayi kucing saja lebay.
Garry menoleh pada Rose yang cemberut menatapnya. Perkataan istri bosnya yang penuh makna itu membuatnya tenang. Setidaknya dia yakin Rose tidak akan membiarkan siapapun mendekati Sissy.
“Apa kau ingin aku menemanimu juga?” tanya Justin senang, dia merasa akan melihat hiburan lagi. Dia penasaran apa yang akan dilakukan istrinya pada si Dokter hewan malang itu.
“Tapi, nanti siapa yang menemani Garry?” tanya Sissy khawatir.
“Dia sudah besar. Jika butuh sesuatu, dia bisa memanggil Alfi.” jawab Justin santai sambil menggiring Rose dan Sissy keluar.
“Ya. Aku bisa memanggil Alfi jika butuh sesuatu.” kata Garry yang berpikir kalau Justin pasti akan membantu istrinya untuk menjauhkan Dokter hewan sialan itu dari Sissy.
****
Dokter Nolan terkejut saat melihat siapa saja yang datang ke kliniknya. Dia sudah merencanakan rayuan untuk Sissy dengan obrolan ringan diselingi camilan yang sudah dia siapkan.
Sejak pertama kali melihat Sissy datang ke kliniknya dua minggu yang lalu sambil membawa kucing liar yang kesulitan melahirkan, dia sudah terpesona pada senyum manis dan kebaikan hati wanita itu.
Mereka memiliki kesamaan dalam menyayangi binatang dan dia berniat menikahi Sissy agar mereka bisa mengurus dan menyayangi binatang bersama. Sangat sulit menemukan wanita yang memiliki ketulusan yang sama dengannya dalam merawat binatang.
Namun sepertinya rencananya tidak akan berjalan seperti yang dia inginkan. Nona Sissy masuk ke kliniknya bersama dengan seorang wanita asia lainnya dan di belakang mereka ada segerombolan pria yang berpakaian seperti mafia.
“Selamat siang, Randy. Kenalkan ini temanku, Rose.” sapa Sissy ceria sambil memperkenalkan Randy dengan Rose.
“Rose.” sapa Rose dengan wajah datar, dia mengulurkan tangan untuk bersalaman.
“Randy. Senang bertemu dengan Anda,” jawab Randy dengan senyum yang agak dipaksakan karena ekspresi tidak bersahabat yang ditunjukkan Rose. Dia membalas jabatan tangan Rose dan meringis dalam hati saat wanita di depannya meremas tangannya seakan ingin meremukkannya.
“Dimana Ruby?” tanya Sissy.
“Oh, iya. Sebentar aku ambilkan.” kata Randy sambil melirik khawatir pada gerombolan pria yang memperhatikannya sambil berdiri di depan pintu masuk. Tidak lama kemudian dia kembali dengan membawa Ruby yang sangat senang melihat Sissy, begitu juga sebaliknya.
“Maaf, Randy, aku sepertinya tidak bisa menemanimu, aku harus segera pulang. Aku akan membayar biaya perawatan Ruby dulu, ya.” kata Sissy dengan nada minta maaf.
“Oh, tidak apa. Lain kali kita masih bisa bertemu lagi.” jawab Randy yang sudah tidak nyaman juga dengan tamunya selain Sissy. Sissy berlalu dari sana untuk menuju kasir.
“Dokter Nolan, apakah kau bisa pernah merawat serigala?” tanya Rose tiba-tiba saat mendengar Randy mengatakan ingin bertemu Sissy lagi.
“Belum ada yang pernah membawa serigala kesini. Apakah Anda memelihara serigala?” tanya Randy.
“Iya, suamiku memeliharanya sejak tiga tahun yang lalu. Dia sangat galak dan menyukai darah, bahkan dia pernah menggigit pelayanku sampai mati. Apakah kau bisa membantuku merawatnya?” tanya Rose dengan seringai sadis yang dia pelajari dari suaminya.
“Maaf, tapi saya tidak pernah merawat serigala, mungkin Anda bisa mencari Dokter lain saja, atau mungkin jika Anda mau, saya bisa coba tanyakan ke teman-teman saya, mungkin ada diantara mereka yang pernah mengurus serigala.” tolak Randy halus. Dalam hatinya berpikir apakah wanita ini sedang mencoba menakutinya? Ekspresi wanita itu seakan ingin mengumpankannya pada serigalanya.
“Apakah kau mau mencoba kuperkenalkan dulu saat kau menelepon Sissy? Atau kau bisa mampir ke rumah kami untuk melihatnya dulu?” tanya Rose lagi masih dengan seringai sadisnya.
“Tidak, kurasa tidak. Belakangan pasienku cukup banyak, mungkin aku juga tidak akan sempat menelepon Nona Sissy.” tolak Randy cepat.
“Baiklah. Kalau begitu kami tidak ada urusan lagi disini. Permisi,” pamit Rose. Dia berbalik menuju pintu keluar klinik dimana para pria berjas hitam itu menunggunya.
“Baiklah Randy, terima kasih sudah merawat Ruby. tidak usah meneleponku jika kau sibuk. Nanti jika ada yang sakit, aku pasti akan mencarimu lagi.” kata Sissy yang baru kembali dari kasir untuk membayar biaya perawatan Ruby dan hanya mendengar sedikit pembicaraan Rose dan Randy.
“Sama-sama, Nona Sissy. Semoga Ruby dan keluarganya selalu sehat,” balas Randy sambil tersenyum, dia waswas saat melihat Rose meliriknya dari dekat pintu.
“Sissy, ayo!” panggil Rose.
“Iya!” jawab Sissy pada Rose.
“Aku pulang dulu ya, Randy. Sekali lagi terima kasih. Permisi,” pamit Sissy yang kemudian berbalik untuk mendekat pada Rose.
“Diego dimana?” tanya Sissy saat dia sampai di dekat Rose.
“Tadi dia disini. Loh?” Rose bingung saat suaminya yang tadi berada di dekat anggotanya sekarang menghilang.
“Kau mencariku, mi amor?” Justin tiba-tiba muncul di belakang Rose yang membuat wanita itu terkejut.
“Jangan mengejutkanku, Justin!” omel Rose.
“Aku hanya melihat-lihat. Ayo pulang,” kata Justin sambil merangkul istrinya untuk keluar dari klinik itu. Sebelum keluar dari klinik, dia melirik ke belakang, ke arah Randy Nolan dan menyeringai. Seringai yang membuat Randy Nolan membeku di tempatnya, seakan dia akan mati jika bergerak. Jika seringai Rose tadi sudah membuat Randy ketakutan, sekarang seringai Justin seakan menjanjikan teror.
Setelah membantu Rose dan Sissy masuk ke dalam mobil, Justin melempar sesuatu pada anggotanya.
“Awasi tempat ini. Selidiki dari mana Randy Nolan mendapatkan barang itu?” perintah Justin pada anggotanya sebelum dia masuk ke dalam mobil.
****