• DUA PULUH SATU •

1006 Kata
"Wayne (28 tahun), tukang kebun Louis." Seattle Departments Police. 11:00 am. Noel duduk di sebuah cafetaria yang lokasinya bersebrangan dengan kantor kepolisian kota Seattle. Bersama Smith yang juga ikut menemaninya untuk makan siang. Namun alih-alih menyantap hotdog dan es caramel pesanannya, Noel justru tampak sibuk dengan menatap layar ponsel pintar miliknya sejak mereka datang ke tempat itu. Yang artinya sudah lima belas menit sejak makanan pesanan mereka berdua itu tersaji di atas meja, tapi Noel sama sekali belum menyentuhnya. Lain halnya dengan Noel, Smith justru telah melahap habis pasta tomat pesanannya bahkan hanya dalam beberapa menit setelah makanan itu diletakkan oleh sang pramusaji di meja mereka. Ia menikmati makan siangnya dengan cepat seperti singa yang kelaparan. Maklum, beberapa hari kebelakang Smith memang sering terlambat makan karena sibuk dalam penyelidikannya bersama Noel. Bahkan untuk beberapa kali, Smith juga sempat melewatkan makan malamnya dan hanya minum kopi saja sebagai amunisinya untuk begadang saat berjaga malam. Smith benar-benar lelah dan tidak bisa memungkiri fakta yang satu itu. Merasa rekannya tak kunjung bergerak untuk makan dan hanya sibuk dengan dirinya sendiri, Smith pun mencoba memecah perhatian Noel dengan berdecak dan mendorong piring dengan makanan berbahan roti berisi daging pesanannya untuk mendekat ke arah Noel. "Noel? Sampai kapan aku harus duduk di sini, menunggu sampai kau menghabiskan makan siangmu?" Ia lalu menyedot es caramel di dalam cup plastik berwarna transparan miliknya sendiri dan segera melanjutkan, "Kau sebaiknya makan dulu sebelum berkutat dan sibuk membaca artikel tentang skandal Alexandra di laman sosial media. Akan ada banyak artikel dan berita, kau tidak akan bisa membaca semua berita-berita itu dalam satu jam. Sebaiknya kau isi dulu perutmu, Noel." Noel menoleh cepat dan keningnya berkerut dalam tatkala matanya bertemu dengan netra gelap Smith. "Alexandra? Ada apa dengannya?" Smith terkekeh. "Jadi, kau sungguh-sungguh sedang membaca artikel tentang Alexandra? Padahal aku hanya menggodamu saja tadi," katanya. Pria yang mengenakan kemeja hitam panjang bermotif polos itu lantas mendorong gelasnya yang sudah kosong menjauh dan mencondongkan wajahnya pada layar ponsel dengan penasaran. "Memangnya kau sedang melihat apa di internet, apa kau sangat penasaran dengan Alexandra? Kupikir matamu yang nyaris copot itu kau gunakan untuk melihat berita yang melibatkannya." Lalu Noel menunjukkan layar ponsel miliknya kepada Smith. Ia sedang melihat-lihat profil Stella di sana, bukan Alexandra seperti dugaan Smith. "Stella? Jadi sejak tadi kau membaca artikel tentang Stella, bukan Alexandra? Kau seharusnya melihat headline pagi ini. Katanya, Alexandra dan Stella tidak diikutsertakan dalam pekan mode internasional karena mereka berkelahi kemarin." "Bagaimana bisa?" Smith terdiam. Ia tidak menyangka bahwa Noel akan melemparkan pertanyaan 'keramat' itu padanya sekarang. Smith lantas mengalihkan pandangannya ke luar jendela yang ada di sisi mereka sekarang tanpa mengatakan apa-apa. Yang justru membuat Noel menaruh curiga kepadanya. Pria yang memulai karirnya sebagai Detektif di kota New York itu akhirnya mendorong piring dan gelasnya yang masih penuh menjauh. Selanjutnya, Noel kembali menunjukkan layar ponselnya pada Smith dan pria itu melemparkan pandangan penuh selidik ke arah rekannya."Kau pasti memberitahunya, bukan?" "Memberi tahu apa?" tanya Smith pura-pura tidak tahu. Ia lalu menoleh dan mengangkat kedua alisnya, berusaha terlihat biasa saja di depan Noel meski sebenarnya dia sangat gugup karena merasa bersalah. "Aku tidak tahu apa-apa soal masalah mereka. Itu sepertinya hanya kesalahpahaman antara wanita, kita sebagai seorang pria, tidak akan mengerti masalah mereka." Noel menarik ponselnya dan menyimpannya di dalam saku celana. Kemudian ia menyilang kedua tangannya di d**a dan menatap Smith lurus-lurus. "Smith, apa yang sebenarnya terjadi?" "Aku tidak tahu," tandas Smith, masih berusaha menutupi kesalahannya. "Kau tidak bermaksud membohongi rekan kerjamu, bukan?" sindir Noel. "Kau adalah rekan yang sangat bisa kuandalkan, bukan?" "Itu ...," Smith menggaruk tengkuk lehernya yang sebenarnya sama sekali tidak gatal. Ia merasa tidak nyaman setelah Noel mengatakan hal yang bermaksud untuk menyindir dirinya. Jadi, Smith menundukkan kepalanya karena malu dan berkata, "Soal itu ... aku bisa jelaskan." Namun Noel justru beranjak dari kursinya secara tiba-tiba. Membuat Smith terperanjat dan mendongak bingung ke arah lawan bicaranya. Ia bertanya-tanya, kenapa Noel justru bangkit padahal pria penyuka chicken nugget itu sama sekali belum menjelaskan. Noel mengambil jaket varsity nya dari puncak kursi yang didudukinya dan menepuk bahu Smith yang duduk di seberangnya dengan santai. "Ayo kita temui Stella." "Apa?" Noel menatap Smith. "Apa aku harus mengulang kalimatku lagi?" "Oh, tidak. Tentu tidak. Tapi...," Smith mendongak cepat. Menatap pria yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu dengan pandangan bingung. "Tapi, bagaimana makananmu? Daging daging itu akan menangis ketika kau membiarkannya begitu saja kau tahu." Noel menghentikan langkahnya dan berbalik perlahan. Mata cokelat itu lalu memandang Smith dengan dingin. "Apa aku harus menjawab pertanyaanmu itu, Smith?" tanyanya sarkastik. "Haruskah aku peduli dengan daging-daging yang merasa sedih karena aku tidak memakannya, Smith?" "T--tentu, tentu tidak," ucap Smith hati-hati. Ia pun beranjak dari kursinya dan mengekor di belakang sang detektif dengan perasaan tidak nyaman. Terkadang rekannya itu terlihat sangat baik, tapi di satu sisi, Noel juga bisa tampak mengerikan. Ia seperti malaikat yang memiliki sisi iblis di dalam dirinya atau sebaliknya. Smith merasa kebingungan sekarang. Selain karena rekannya yang mendadak berubah menjadi menyeramkan, juga karena hotdog milik Noel yang sayang untuk ditinggalkan begitu saja di atas meja. Noel bahkan tidak melirik daging-daging menggiurkan pada hotdog tersebut. Smith sangat suka hotdog dan makanan enak lainnya omong-omong. Akan lebih baik jika Noel mempersilakannya memakan hotdog tadi, bukan? Setelah kembali ke kantor polisi dan menyiapkan mobil patroli, mereka berdua pun bergegas untuk pergi menemui Stella di rumah agensinya. Rumah agensi milik Sisillia Lee. Jaraknya hanya beberapa kilometer, jadi bisa diperkirakan mereka akan sampai dalam waktu kurang dari satu jam. Noel ingin menemui Stella untuk mengklarifikasi semua pernyataan saksi sebelumnya terkait hubungan 'gelap' yang melibatkan nama Stella di dalamnya. Ia harus memastikan bahwa semua informasi yang ia terima solid dan dapat dipertanggungjawabkan. Begitu mereka sampai, bangunan menjulang tinggi yang didominasi oleh kaca-kaca besar langsung menyambut keduanya. Mereka memarkirkan mobil di area depan dan melangkah masuk bersama. Aroma sitrus bercampur buah-buahan segar dengan cepat menyusup ke indera penciuman mereka saat mereka mulai masuk ke bagian dalam gedung. Namun belum sempat Noel atau Smith menanyai resepionis, seorang pria berkulit cokelat menghampiri mereka dan tersenyum. "Ada yang bisa kubantu?"  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN