Lynn menghembuskan napasnya panjang di depan ruangan Arthur, entah kenapa perasaan bahagia yang selalu ia rasakan jika bertemu dengan Arthur berubah menjadi perasaan takut mengingat bagaimana terakhir kalinya ia datang, tatapan Arthur benar-benar tidak bersahabat dan pria itu benar-benar seperti bukan Arthur yang dia kenal.
Lynn mengetuk pintu ruangan Arthur tiga kali, suara pria itu yang terdengar maskulin seperti biasanya dan menyuruhnya untuk masuk membuat Lynn mengambil napasnya dalam lalu menekan handle pintu dan membukanya dengan pelan.
“Presdir,” Lynn membungkuk hormat di depan meja kerja Arthur, pria itu hanya mengangguk sekilas tanpa mau menatapnya, membuat Lynn menggigit bibir bawahnya, menjadi bingung bagaimana harus menyikapi Arthur yang benar-benar berbeda beberapa hari in
