Sudah tiga hari Ulfa selalu menghindar dari Refi. Jika biasanya Ulfa selalu menyiapkan sarapan untuk berdua, tidak untuk tiga hari ini. Wajahnya juga selalu murung tak terkontrol. Hobinya menjadi melamun sendiri dan kadang menangis. "Ulfa, lo nangis?" lagi-lagi Sinah memergoki Ulfa sedang menangis di dalam kelas. Pandangan Ulfa terlihat kosong. "Hah? Enggak, gue cuma kelilipan." Ulfa cepat-cepat menghapus air matanya saat Sinah kembali melihatnya menangis. "Ulfa, lo enggak bisa kayak begini terus. Lo cerita sama gue, lo kenapa?" Sinah memegang kedua bahu Ulfa. "Gue enggak kenapa-napa Nah, cuma kelilipan." Ulfa masih berusaha mengelak sambil memaksakan senyumnya. "Lo cerita sama gue sekarang atau gue cari tahu sendiri tentang kebenarannya?" suara Sinah terdengar dingin di kedua telinga