~CHAPTER: 5~
~~~~~~~~~~~~~
~~~~~~~~~~~~~
Apa kau tak bisa memberi
Sedikit cinta mu
Untuk diriku?
~Marriage Grudge~
Amira berbaring dengan lemah di kasur king size nya sehabis dokter memeriksa kondisi nya dan Amira bersyukur bayi dalam kandungan nya tetap kuat meskipun dokter menyarankan agar ia tak banyak gerak dulu takut mempengaruhi janin dalam kandungan nya
Bara sudah pergi entah kemana, selalu saja seperti itu meninggalkan Amira sendirian melamun di kamar, sampai kapan pernikahan ini akan seperti ini?
Amira berjalan keluar dari kamar dan duduk di ruang tamu menatap nanar televisi berukuran besar yang bahkan mati.
Amira lelah saat ia terlahir lemah, lelah saat selalu menjadi bayangan Avira yang sempurna, lelah selalu menjadi tameng Avira dan lelah akan pernikahan ini.
"Apa yang kau bawa?", Tanya Amira pada pelayan yang membawa kotak kado berukuran sedang sedangkan pelayan itu hanya menunduk tak berani menatap Amira.
"Ini pesanan tuan bara nyonya Amira"
"Biarkan aku lihat", ucap Amira mengambil kotak kado itu, tumben bara memesan sesuatu?
"Nyonya nanti tuang bara marah dan...."
"Suuuut diam, kalau kau tak memberitahu bara dia tak akan tahu jadi jangan beritahu oke, sekarang kau boleh pergi"
Mau tak mau pelayan itu pergi meninggalkan Amira yang kepo dengan isi kotak itu.
Amira membuka kotak hadiah itu dengan semangat dan sungguh isi kotak itu sangat indah yaitu kalung berlian Ruby dengan inisial A.
"Apa ini untuk ku?, Atau untuk Avira? Atau selingkuhan Bara?"
Namun Amira tetap pada pikiran pertama nya kalau kalung indah itu untuk nya sebagai permintaan maaf bara tak peduli pemikiran lain dalam otak cerdas nya.
"Aku menunggu mu memberi nya pada ku bara", ucap Amira tersenyum membawa kotak itu dan menaruh nya di meja kerja bara tetap dengan senyum lebar nya yang jarang ia tunjukkan semenjak menikah dengan bara.
~Marriage Grudge~
Amira tersenyum menunggu bara pulang di meja makan bahkan ia sudah memasak makanan khusus untuk bara meskipun para pelayan melarang nya namun Amira tetap kekeuh bahkan jari telunjuk nya Sampang berdarah karena saking senangnya.
Malam ini Amira yakin hubungan nya dengan bara akan membaik karena bara akan meminta maaf pada Amira dan Amira akan memaafkan lalu mereka akan bahagia.
Satu jam......
Dua jam.......
Tiga jam.......
Empat jam......
Amira bahkan sudah ketiduran menunggu bara pulang sampai tengah malam.
Bulan bintang pun sudah berganti dengan matahari, Amira pun terbangun namun tak menemukan bara bahkan makanan di meja makan masih utuh bahkan sudah dingin dan basi.
"Apa bara tak pulang? Lalu kalung itu kapan dia berikan?", Tanya Amira dalam hati sedih.
"Bi buang saja makanan nya", ucap Amira dingin berjalan ke kamar nya sedangkan para pelayan menatap kasihan pada nyonya nya yang sudah menyiapkan segala nya namun tuan nya tak datang.
Amira mandi dan bersiap-siap akan ke taman yang kemarin ia kunjungi daripada di rumah sendirian dan melamun mendingan di taman sejuk dan asri membuat hati Amira bahagia.
"Ke taman yang kemarin ya pak", ucap Amira pada supir mansion bara tak lama kemudian ia sampai di tampan dan langsung menggelar tikar dan peralatan piknik karena hari ini ia sangat ingin piknik mungkin bawaan bayi nya namun ia piknik sendirian tak seperti pasangan lain namun Amira tak peduli.
Amira menatap keindahan taman ini namun mata indah tak sengaja menatap bara yang sedang memakaikan kalung pada wanita cantik dan rasa nya Amira ingin menangis saat melihat bahwa kalung itu untuk wanita di depan bara.
"Makasih bara", ucap Aluna memeluk bara yang hanya diam karena sebenarnya ia malas melakukan ini namun karena Aluna memaksa nya dan mengancam akan memberitahu Amira soal perselingkuhan nya dengan Aluna dan setelah ini w***********g yang memeluk nya ini akan mati karena berani mengancam nya.
"Nikmati kebahagiaan mu jalang murahan"
"DORRRRR"
Bara tanpa kasihan menembak Aluna tepat letak jantung Aluna membuat wanita itu menghembuskan nafas terakhir nya dengan tragis.
Amira kaget dan takut secara bersamaan saat bara dengan mudah nya melenyapkan nyawa wanita itu padahal wanita itu tidak bersalah dan hanya dia dan bara lah yang berada di taman ini
Bara mengecek sekeliling memastikan tidak ada yang melihat aksi nya kalau pun ada tinggal dibunuh namun mata tajam nya melihat Amira yang sedang duduk di atas tikar kecil dan istri nya itu sedang menatap nya.
"Sial"
Bara baru saja ingin menghampiri istri nya itu namun Amira sudah berlari sekuat tenaga melupakan bahwa ia sedang mengandung delapan bulan.
"Amira"
"Amira berhenti!"
Amira tak peduli teriakan bara ia tetap berlari tak peduli ia sudah sesak nafas karena ia sangat takut pada sosok lain yang baru amira ketahui dari bara.
Bara berusaha untuk tidak menodongkan pistol nya pada Amira saat melihat istri nya itu sudah sesak nafas tapi tetap berlari sambil memegang letak jantung nya dan bara tahu Amira sudah drop dengan segera pria itu mengejar Amira dan happp, ia berhasil.
"Ahhh lepas bara lepas bara bara hiks hiks", tangis Amira dengan nafas ngos-ngosan dalam pelukan suami nya itu.
"DIAM!"
"Lepaskan aku bara lepas hahhhhhh hahhhhh hahhhhh"
Bara segera mencari obat istri sok kuat nya itu namun ia tak menemukan nya membuat nya mengumpat kesal karena kecerobohan istri sok kuat nya itu.
"Bara hahhhhh o.... obat"
"Kau minta obat tapi kau tak bawa obat mu sudah tahu penyakitan tidak membawa obat, dasar merepotkan", bentak bara menggendong Amira membuat Amira berusaha untuk tidak menangis namun tidak air mata nya keluar dari kedua pipi nya lalu semua nya gelap sedangkan bara mempercepat langkah nya dan memasuki mobil sport nya.
"Maafkan aku, aku tahu aku bukan suami dan ayah yang baik untuk kalian namun aku hanya tak mau kau meninggalkan ku saat tahu tentang ku", ucap bara mencium pipi Amira lembut sebelum mengendarai mobil sport nya dengan kecepatan tinggi.
~Marriage Grudge~
Amira menerima suapan sang suami tanpa bicara membuat bara khawatir sejak pulang dari rumah sakit istri nya ini menjadi pendiam dan tak pernah bicara pada nya membuat bara takut akan kondisi Amira.
"Apa mulut mu sudah tak berfungsi?"
"Kenapa kau diam?, Cepat bicara"
"Amira bicara pada ku"
"Katakan apa pun asal kau bicara pada ku", ucap bara menggoyang-goyangkan bahu Amira dengan kencang bahkan tanpa sadar cengkeraman bara pada bahu Amira sangat kuat meninggalkan bekas merah dan Amira berusaha untuk tidak menangis.
"PRAKKK"
Amira kaget saat bara melempar piring makanan yang tinggal seperempat makanan karena sudah Amira makan dan piring itu pun pecah tak berbentuk membuat Amira takut namun Amira tak mau terlihat lemah.
"BICARA PADA KU AMIRA DELVATA RAKSA!"
"Aku minta cerai bara Argidantara"
Ucapan Amira membuat tubuh bara membatu bahkan tak ada satu pun suara yang berhasil keluar dari mulut nya, bara hanya menatap tajam Amira sedangkan istri pembangkang nya itu memalingkan wajah nya tak mau melihat bara karena Amira tak akan kuat saat sudah menatap mata tajam bara.
Bara itu pembunuh berdarah dingin dan Amira harus pisah dengan bara kalau Amira tetap mau anak nya bertahan hidup meskipun hati nya pun sakit saat mengatakan nya.
Bara tak menyangka Amira mengatakan bahwa ia ingin bercerai dari nya namun, kenapa?, Apa karena Amira melihat ia membunuh Aluna?
~~~~~~~~~~~~~~~