18. Panggilan Neng Untuk Akang

1200 Kata

Siang hari itu tak terlalu terik, suara timbunan batu dan juga bincang-bincang orang di bawah pohon jati berpadu menyemarakkan kerja bakti. Seharusnya matahari tepat di atas kepala, tapi pepohonan rimbun dan juga awan mendung menghalaunya. “Duh, kita harus cepet!” Seorang pemuda berbaju abu-abu lusuh dengan tangan pendek terburu-buru mendorong gerobak. Jalanan yang berbatu membuat gerobak itu tampak berjalan naik turun terombang-ambing. “Kayaknya bentar lagi hujan, udah mendung gini,” sahut pemuda bertopi hitam yang dipasang terbalik. “Dirga, gimana sebelah sana? Beres?” Pemuda dengan postur tubuh dan wajah yang paling berbeda terhadap yang lain itu pun menoleh. Keringat bercucuran dari dahi dan menjalar ke alis untuk menuruni pelipisnya. “Dikit lagi, ini kehalangan sama akar, Kang Ri

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN