Lima Lima

1535 Kata
Rafly tiba di bandara Sepinggan, segera ia masuk untuk melakukan cek in, satu jam lagi penerbangan akan diberangkatkan. Tak sabar rasanya Rafly ingin segera tiba di Jogja. Rencananya Rafly akan menemui Sita kembali dan meminta kembali mengenai identitas Keinara. Karena jauh di lubuk hatinya, ia yakin seribu persen, Keinara itu darah dagingnya. Setelah menempuh perjalanan udara selama satu jam setengah, sekitar pukul delapan belas lewat empat puluh lima menit, Rafly tiba di bandara Yogya. Ia segera menuju ke hotel yang sudah ia pesan melalui pesanan online tadi siang untuk bisa sejenak mengistirahatkan tubuhnya. *** Malam sabtu yang kelabu untuk Zaky. Setelah hubungannya dengan Keinara kandas, kini dia harus menerima kenyataan jika ada seseorang yang sedang berusaha untuk mendekati Keinara. Di dalam kamar kontrakannya yang berukuran empat meter kali empat meter, Zaky hanya bisa merenungi nasibnya. Pesan yang ia kirim pada Keinara satu jam yang lalu juga nampaknya tidak disambut dengan baik oleh Keinara. Terbukti jika sampai detik ini pesan tersebut tidak juga di balas. Padahal, terlihat jelas status w******p Keinara menunjukkan beberapa menit yang lalu dia sedang online. Namun pesannya masih saja terlihat centang dua abu-abu, belum berubah warna menjadi biru. Itu artinya Keinara memang sengaja untuk tidak membukanya. "Keinara kemana sih? Padahal jelas-jelas dia tadi online. Ini status terakhir di lihat juga tiga menit yang lalu. Terus kenapa pesan dariku nggak di balas juga? Kalau gitu, dari tadi dia chatingan sama siapa? Aarrgghh!" umpatnya kesal. Zaky beranjak dari kasurnya. Mengambil jaketnya yang ada di gantungan balik pintu masuk. Zaky memutuskan untuk keluar mencari angin segar, dari pada pikirannya suntuk dan membuatnya makin uring-uringan. Zaky memutuskan untuk pergi ke sebuah angkringan pinggir jalan tempat favoritnya nongkrong bersama teman-temannya. Malam ini ia mengajak Galih untuk sekedar menemaninya menghabiskan kopi di tempat itu. Zaky dan Galih duduk di gelaran tikar yang ada di bawah. "Lu kenapa sih, bro? Itu muka dari tadi ditekuk mulu! Happy dong, ini kan weekend! Saatnya menikmati hari tanpa harus memikirkan tugas kuliah yang bejibun. Ya nggak? Ini bukannya seneng malah kusut amat itu muka! Beughh!" seloroh Galih, yang empet melihat wajah temannya ditekuk seperti itu. Galih meneguk minuman berupa wedang jahe s**u, disambung dengan menghisap benda berbentuk bulat nan panjang di sela-sela jari telunjuk dan jari tengahnya. "Tahu nggak! Gue lagi mumet ini! Tiba-tiba gue diputusin sama cewek gue. Sakit tahu!" oceh Zaky, kemudian meminum kopi di cangkirnya. "Diputusin cewek lu? Terus sampai bikin lu kaya gini?" "Gue itu sayang banget sama dia, bro! Gue juga udah pernah nemunin cewek gue sama bokap nyokap beberapa waktu yang lalu, dan mereka menyambut dengan baik kehadiran cewek gue di tengah-tengah keuarga gue. Tapi sekarang malah gue diputusin. Padahal gue kira, kita bakalan bisa selamanya sama-sama. Huuffff!" "Ha ha ha! Zaky! Zaky! Payah amat sih lu!" seru Galih dengan gelak tawanya yang terlihat mengejek Zaky. Zaky menatap Galih dengan kesal. "Heh, sompak! Lu kok malah jadi ngetawain gue sih?" semprot Zaky tidak terima. "Ya lagian kaya gini aja serius bener mikirinnya. Heh, bro! Lu nanti kalau sampai rumah, mendingan buru-buru berdiri di depan cermin deh. Terus lu ngaca tuh!" "Lah, apa hubungannya dengan kaca coba?" "Astaga! Masih nggak nyambung juga ternyata lu. Heh Zaky Pramudya, lu itu ganteng, banyak duit, dompet lu tebel, bokap nyokap lu orang terpandang. Kalau cuma buat dapetin cewek yang lebih dari Keinara itu gampang! Besok lu kalau niat nyari bisa tuh langsung daat! Lu ngapain mumet mikirin begituan!" Semprot Galih dengan tanpa dosa. Sontak membuat Zaky ternganga dengan bola matanya yang membulat hampir saja keluar dari matanya. Plak! Tangan kanannya mendarat dengan tepat ke kepala Galih. "Aduhh! Sakit b**o!" umpat Galih pada Zaky, sambil mengusap kasar kepalanya. "Lu tuh yang b**o! Lu pikir pindah ke lain hati itu segampang pindah naik angkot apa! Pindah sana, pindah sini. Pakai hati, man! Emang lu, kerjaannya namplok sana namplok sini mainin perasaan cewek! Parah lo!" Zaky bangkit dari duduknya, dia pergi begitu saja meninggalkan Galih yang masih duduk di tikar. "Woi mau kemana lu?" teriak Galih. "Mau main!" sahut Zaky sekenanya. Galih mendadak mengangkat tubuhnya, berdiri. "Main kemana? Trus gue gimana dong?" "Bodo amat!" ucap Zaky sebelum masuk ke dalam mobilnya. Iapun segera membuka pintu mobil dan masuk. Tanpa memikirkan Galih yang masih belum beranjak dari tikar, Zaky menginjakkan gas dan pergi begitu saja. "Lah, kok pergi! Lah bablas tuh anak!" ujar Galih dengan wajahnya yang setengah kebingungan. "Ini gimana konsepnya gimana sih? Tadi gue diajak kesini katanya mau di traktir, tapi itu anak malah pergi. Terus ini artinya yang bayar jajanan ini gue? Ya iya lah!" ucapnya sendiri, di jawabnya sendiri. "Zaky tunggu! Rese lu ngerjain gue! Awas lu ya, sampai kontrakan gue bejek-bejek dah! Arrrgghhhh Zaky somplak!" umpatnya kera, membuat orang-orang yang ada di sekitar menertawakannya. Galih makin kebingungan, ia garuk-garuk kepalanya meskipun tidak merasakan gatal. Terpaksa ia berjakan dengan langkah gontai ke penjual untuk membayar jajanan. Setelah itu Galih memesan ojek online untuk kembali ke kontrakan. Zaky mengarahkan laju mobilnya ke kediaman Keinara. Entah apa yang akan dilakukannya setelah sampai disana. Yang Zaky ingin cuma satu, dia ingin bertemu dengan Keinara. Zaky sengaja berhenti di sisi jalan yang agak jauh dari rumah Keinara, namun masih bisa mengawasi dengan jelas, penampakan rumah yang butiknya sudah tertutup rapat. Zaky mengeluarkan ponselnya, memeriksa waktu yang menunjukkan pukul dua puluh lebih tujuh belas menit. "Belum larut malam, masih bisa lah bertamu ke rumah orang." ucapnya lirih. Zaky mengatur nafasnya, menata hatinya untuk bisa tetap kuat ketika nanti berhadapan dengan Sita, Ibunda Keinara. Ya, maksud dan tujuan Zaky mendatangi kediaman Keinara malam ini adalah untuk menemui Sita. Zaky ingin mempertanyakan soal keputusan Sita yang mendadak melarang hubungannya dengan Keinara selesai. "Tenang, Ky! Bundanya Keinara itu kan baik. Pasti nanti dia juga akan menanggapimu dengan baik. Kamu cukup berbicara dengan sopan saja terhadap orang tua." ucapnya sendiri. Zaky bersiap turun, ia atur nafasnya hingga rasa degup kencang di dadanya berangsur mereda. "Bissmillah!" serunya lantang. Baru saja Zaky hendak membuka pintu mobilnya, ia melihat ada sebuah mobil city car yang berhenti tepat di depan butik. Dari modelnya memang mobil itu tidak asing. Zaky pernah melihatnya. Zaky menahan tangannya untuk tidak membuka pintu mobilnya, ia menahan diri di dalam mobil. Dia ingin melihat dengan pasti, siapa seseorang sang empunya mobil tersebut. Tak selang berapa lama, seseorang turun dari mobil tersebut. Dan jelas sekali orang itu adalah Riyan. Mata Zaky hampir saja terlepas saking kagetnya melihat pemandangan yang ada di depannya. "Itu kan Riyan! Ngapain dia malam-malam dia kesini? Wah, kacau ini anak!" seru Zaky dengan mata yang masih melirik tajam. Riyan terlihat berjalan ke arah pintu masuk, membawa sebuah bingkisan fi tangan kananya. Tiba-tiba pintu di buka dari dalam. Dan ada Keinara disana dengan senyumnya menyambut kedatangan Riyan. Riyan memberikan bungkusan tersebut pada Keinara. Keinara terlihat ragu dan malu-malu menerimanya. Namun akhirnya di terima juga. "Sialan! Bisa juga itu anak ngambil hatinya Keinara. Dia kasih bungkusan apa sih itu? Bikin penasaran aja!" gerutu Zaky, masih mengintai pergerakan Riyan dan Keinara dari kejauhan. Keinara dan Riyan terlihat terlibat dalam pembicaraan. Walaupun masih dalam keadaan berdiri, namun sepertinya pembicaraan yang di lihat Zaky begitu seru. Terlihat Keinara sempat tertawa terbahak-bahak, begitu juga dengan Riyan. Tak selang berapa lama, Riyan meninggalkan pelataran butik. Tidak ketinggalan, Keinara melambaikan tangannya ke arah Riyan yang sudah berada di dalam mobil. "Cuihhh! Pakai acara d**a-d**a segala! /Norak banget sih!" gerutu Zaky, dengan mencebikan bibirnya. Setelah mobil Riyan sudah terlihat jauh, Keinara pun menutup pintumya kembali. Sementara Zaky mengurungkan niatnya untuk menemui Sita. Ia pacu mobilnya meninggalkan kawasan kediaman Keinara. *** Keinara masuk ke dalam rumah, naik ke lantai dua. Disana masih ada sang Bunda yang tengah bersantai duduk berselonjor kaki di sofa sambil memainkan ponselnya. "Bawa apa itu, Kei?" tanya sang Bunda mendapati Keinara terlihat menenteng sesuatu. Keinara berjalan menuju meja makan, membuka isi dalam bungkusan dan meletakkan nya ke dalam piring. "Ini, roti bakar, Bun. Tadi Kei pengen banget makan roti ini tapi malas keluar. Jadi deh, iseng-iseng Kei posting di WA Story, eh ada teman Kei yang kebetulan lagi di luar dan mau beliin ini buat Kei. He he, ya sudah lah, namanya rezeki nggak boleh di tolak kan, Bun." terang Keinara. Sita mengernyitkan keningnya. "Teman? Zaky maksud kamu?" tebak Sita. "Ye, si Bunda. Bukan Zaky lah! Ada teman Kei di kampus, anak baru. Namanya Riyan. Anaknya baik banget deh, Bun. Asyik juga anaknya. Seru deh pokoknya di ajakin ngobrol mah." terang Keinara. Keinara berjalan menuju ke dekat sang Bunda, membawa beberapa potong roti bakar yang terlihat masih hangat dan bau khas bebakaran yang begitu menggoda mata. "Cobain deh, Bun. Enak lho!" ucap Keinara seraya meletakkan piring tersebut ke atas meja. Karena penasaran, Sita akhirnya ikut menikmati roti bakar yang begitu di gandrungi oleh anaknya tersebut. Dan terbukti, rasanya memang sangat enak dan pas di lidah. Di tengah-tengah menikmati makanan bersama, tiba-tiba ponsel Keinara yang ada di dalam kamarnya berbunyi. Keinara bergegas masuk ke dalam kamar. "Riyan udah sampai rumah apa ya, kok udah telpon." ujarnya seraya berjalan. Pikirnya yang menelpon adalah Riyan. Namun seketika wajahnya berubah ketika mendapati nama Zaky yang tertera dalam layar ponselnya. "Mau ngapain lagi sih ini anak? Nggak paham-paham juga!" gerutu Keinara. "Haduh, angkat nggak ya? Tapi kalau di angkat terus ketahuan sama Bunda gimana? Haduhhh!" ujarnya makin bingung. Keinara masih mematung menatap layar ponsel yang masih berdering.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN