Delapan

1506 Kata
Gerombolan anak muda yang berjumlah lima orang itu, akhirnya tiba di ruko sekaligus menjadi tempat tinggal yamg selama ini Keinara tempati. Sabrina, Michel, Rony, Zaky, dan Keinara sendiri berduyun-duyun berjalan memasuki rumah melalui pintu samping, karena kebetulan saat itu butik sedang ramai pengunjung. Anak-anak yang tergabung dalam gank "tempe" itupun langsung naik ke lantai dua, dimana mereka juga biasanya mengerjakan tugas-tugasnya di sana. Selang lima belas menit, Sita naik ke lantai dua, membawa sebuah nampan besar berisi camilan berupa risol dan juga minuman dingin yang ia tuangkan ke dalam gepas bening berukuran besar. "Anak-anak, ini Bunda bikinin kalian camilan." ujarnya seraya meletakkannya ke atas meja, sementara anak-anak lebih suka berada di bawah. "Waahh, mantap bunda! Kebetulan Rony udah haus, hehehe!" ujarnya lalu bangkit, berjalan menuju tempat camilan berada. "Aduh, Bunda salah momen nih. Harusnya nanti aja ngasih camilannya. Tuh lihat Rony langsung gerak cepat! Dasar si tukang makan!" semprot Michel, melihat kelakuan Rony. "Hehehe, nggak apa-apa! Bunda kan sengaja bikinin buat kalian. Ya udah, Bunda tinggal ke bawah lagi ya, kalian lanjutin belajarnya!" "Siap bunda!" seru semuanya. Sitapun tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya kembali menuruni anak tangga. Hampir semua teman-teman Keinara memanggilnya dengan sebutan bunda juga. Selain memiliki sifat yang lembut, Sita juga memiliki sifat penyayang dan keibuan. Dia selalu bersikap layaknya seorang Ibu kandung pada semua teman-teman Keinara.Tak heran jika teman-teman Keinara juga bersikap baik dan santun pada Sita. Zaky menyusul Rony, mendekati nampan yang berisi air dingin. Ia ambil dua gelas lalu kembali. "Kei! Satu buat kamu." ujarnya seraya mendekatkan gelas itu ke sisi Keinara. Keinara mendongak, menatap ke atas, lalu menerima gelas pemberian Zaky. "Hehe, makasih Zaky yang baik hati." Sontak adegan tersebut membuat ketiga teman yang lainnya merasa canggung. Serentak diam dan fokus memperhatikan Keinara dan Zaky. "Heemm, Zaky! Giliran dama Keinara aja baik, mau ambilin minumnya. Kok sama kita nggak?" seloroh Michel si tukang ngomel. "Iya tuh, Ky. Padahal kita duduknya berdekatan gini lho, masak nggak sekalian diambilin juga sih! Nggak peka kamu mah!" imbuh Sandrina, ikut-ikutan memojokkan Zaky. Zaky dan Keinara mendadak jadi salah tingkah. Rupanya Zaky tidak sadar, bahwa di saat ini posisi Keinara sama dengan yang lainnya. Hanya sebatas teman, bukan orang yang spesial alias pacar. "Emmm, tangan aku kan cuma dua. Jadi ya nggak bisa dong ngambilin semuanya. Lagian apa susahnya sih kalian ini, tinggal ambil aja juga!" elak Zaky. "Iya! Pada manja banget sih! Lagian kan Zaky ngambilin minum buat aku soalnya kita duduknya sebelahan nih. Jadi ya sekalian. Kalian pikirannya mulai aneh-aneh aja! Udah ah, lanjutin aja yok belajarnya. Malah jadi bahas kemana-mana kan, heuhh!" seloroh Keinara, berusaha memecah suasana. Mengalihkan perhatian ketiga temannya. Situasi kembali normal, Sandrina, Michel, dan Rony sudah bisa dikondisikan. Keinara sedikit melirik Zaky, lalu menyenggol kaki Zaky menggunakan ujung ibu jari kakinya. Zaky merespon dengan mengangkat kedua alisnya, seolah bertanya 'ada apa?' Keinara menggerakkan telunjuknya ke tengah bibir, mengisyaratkan supaya Zaky diam dan tidak berulah lagi. Zaky yang paham maksud Keinara hanya bisa tersenyum seraya memberikan kode dengan mengedipkan mata sebelah kanannya. *** Selama dua hari ini, Rafly masih menghabiskan waktunya di Jogja. Ia sengaja memilih tinggal di kontrakan Zaky karena ingin mengenang saja kenangan masa lalunya ketika pernah berada di kota pelajar tersebut. Memang disayangkan, keberadaannya di kota Jogja tidaklah lama, hanya bertahan sekitar satu semester, iapun kala itu harus terpaksa pergi karena suatu hal, dan melanjutkan kuliahnya di kota kelahirannya. Rafly tengah menikmati minuman kopi dan juga roti bakar yang barusan ia pesan melalui jasa kurir online. Duduk di teras depan, tempat biasanya anak-anak kontrakan biasa nongkrong dan menghabiskan waktu mereka. Sejak Zaky bercerita sekilas mengenai kehidupan Keinara tadi malam, pikirannya masih saja dihantui rasa tidak tenang. Ingatannya akan Sita kembali muncul, bahkan sedetikpun tak bisa ia membuangnya. Bayang-bayang masa lalu membuat rasa bersalahnya muncul kembali. "Apa Sita masih ada di Jogja ya? Atau dia pindah ke kota lain?" batinnya. Rafly memejamkan matanya beberapa detik, lalu membukanya kembali. "Ya Tuhan! Mikir apa sih aku ini. Sita itu hanya masa lalu, dan mungkin kehidupannya saat ini jauh lebih bahagia dari pada yang aku pikirkan saat ini. Lagian aku juga sudah memiliki keluarga sendiri. Keluarga yang serba kecukupan dan bahagia. Kenapa juga aku harus mikir masa lalu yang jelas sudah aku tutup rapat bertahun-tahun lamanya. Huuffff!" ujar Rafly, mengutuk dirinya sendiri. Rafly mencoba melepaskan segala pemikiran-pemikiran negatif yang ada di kepalanya. Ia kembali menikmati seruputan es kopi di tangannya. Zaky terlihat berjalan memasuki area kontrakan dengan wajah lusuhnya. Mendekati sang Papa yang terlihat duduk sendirian di pelataran tengah kontrakan. "Sore, pa! Weeehh, lagi santai sambil minum es kopi, sambil ngemil, asyiikkk nih! Mantapss!" goda sang anak yang baru saja sampai di kontrakan. Zakypun memilih duduk di bangku kosong depan Papanya. "Haduhhh, capeknya!" keluhnya. Ia lepas tas ransel dan meletakkannya di atas meja. Rafly tersenyum menatap kelakuan sang anak. "Belum ada apa-apanya lah, Ky. Ini baru kuliah, uang dan segala macam keperluan masih di topang sama orang tua. Kebutuhan apapun yang kamu mau masih bisa terpenuhi. Nanti kalau kamu sudah lulus kuliah dan kerja, akan jauh lebih capek dari ini. Kamu harus bisa mandiri, harus busa mikirin segala kebutuhanmu sendiri. Hehehe." sambung sang Papa, seraya menyodorkan es kopi dalam wadah yang masih utuh ke hadapan Zaky. "Hehehe, iya ya, pa. Kaya gini aja udah ngeluh, apalagi nanti. Harus kerja, nyari uang buat anak istri. Memastikan kehidupan anak orang harus tercukupi dengan baik. Haduhhh! Pasti lelah!" celetuknya sambil menusukkan sedotan ke permukaan plastik penutup gelas. "Tapi kalau kamu ikhlas menjalaninya, semuanya akan terasa ringan-ringan aja kok. Akan berjalan seperti air mengalir aja. Los, tanpa beban? Kaya Papa sekarang, hehehe!" timpal Rafly. "Hemmm, gitu ya, pa? Tapi kasihan Mama lho pa. Tiap minggu di tinggal keluar kota, pasti kesepian dia di rumah sendirian terus." "Mama mah udah biasa dari dulu di tinggal-tinggal sama Papa juga. Yang penting buat Mama mah, dia bisa arisan, bisa belanja, bisa nongkrong sama teman-temannya itu. Yang kalau pulang pasti bawa barang-barang yang nggak penting. Bawa tas lah, bawa emas, bawa berlian, bawa apalagi kemarin waktu sebelum Papa berangkat ke Surabaya. Owhh, bawa sepatu olah raga. Katanya dia sama genknya mau sepedaan tiap minggu pagi. Haduhhhh, Ibu-ibu ada aja ya kelakuannya buat ngabisin uang suami!" keluhnya. "Hahaha, ya kan fungsinya Papa nyari uang kan buat Mama juga, pa." "Iya juga sih ya!" "Lagian kalau Ibu-ibu udah ngumpul, bukan lagi olah raga jadinya, tapi sepuluh persen olah raga, sisanya buat selfie, wkwkwkwkk!" tawa Zaky mendadak pecah. "Lebih banyak selfi nya daripada olahraganya. Abis itu di unggah buat dijadikan status di WA, kalau nggak ya di unggah di instgam. Iya kan? Haduhh, ada-ada aja kelakuan mereka ya, hahaha." Keduanya tertawa bersamaan. "Lagian, Papa sama Mama juga kenapa nggak mau bikin anak lagi sih? Punya anak cuma satu, aku aja. Kenapa dulu nggak bikin yang banyak sekalian!" celetuk Zaky diiringi gelak tawa. Rafly seketika diam, mendengar penuturan Zaky. "Lagian kalau anak Papa sama Mama banyak kan, jadinya Mama nggak ada waktu buat main-main nggak jelas gitu sama teman-temannya. Bakalan lebih banyakin waktu di rumah buat urus anak-anaknya kan!" "Ya... karena Tuhan mentakdirkan anak Papa sama Mama cuma satu aja, kamu. Ya gimana lagi, Ky!" timpal Rafly. "Udah mendingan sekarang kamu masuk kamar, mandi terus abis itu temenin Papa keluar sebentar ya, mau nyari oleh-oleh buat Mama kamu. Nanti kalau Papa sampai rumah nggak bawa apa-apa. Hadeehh, bakalan di pastikan, Papa kena amuk Mama! Buruan gih!" "Hahaha, Papa nih, cocok masuk ke dalam gank ISTI, Ikatan Suami Takut Istri!" selorohnya terkekeh. Zakypun akhirnya memilih bangkit, berjalan masuk menuju ke kamarnya. Rafly sengaja mengalihkan pembicaraan supaya tidak melebar kemana-mana. Ia takut Zaky akan bertanya lebih dari yang ia bayangkan. Belum saatnya Zaky tahu kejadian yang sesungguhnya. @@@@@ Flash back Sembilan belas tahun yang lalu Kedua anak manusia yang berlainan jenis itu duduk bersandingan, di ruangan seorang dokter ahli kandungan yang sangat terkenal dan terpercaya di bumi Borneo, bernama dokter Puspa. Dengan wajah nyaris tanpa ekspresi, Rafly dan istrinya, Sukma, nyaris tak bisa bersuara lagi. Mendengar penuturan sang dokter yang mengatakan jika, kesempatan mereka untuk mempunyai seorang anak sangatlah tipis. Sukma yang di vonis menderita sindrom ovarium polikistik, atau dalam dunia medis sering disebut dengan PCOS, membuatnya sulit untuk mempunyai keturunan. Runtuh sudah harapan Rafly dan Sukma untuk bisa menimang seorang buah hati. Pernikahannya selama satu tahun yang belum juga di karuniai seorang titipan dari Tuhan, ternyata karena lantaran ini. Walaupun dokter mengatakan bahwa sindrom tersebut bisa di obati dengan cara terapi rutin, namun asa keduanya sudah terlanjur hilang. Menginjak usia pernikahannya yang ke dua, Sukma belum juga menunjukkan tanda-tanda kehamilannya. Padahal segala macam bentuk terapi kesehatan dan pengobatan, dari yang mahal hingga yang paling mahal sudah ia jalani. Namun belum membuahkan hasil apa-apa. Rafly dan Zaky akhirnya memutuskan untuk mengadopsi seorang bayi yang mereka ambil dari sebuah panti Asuhan, mereka beri nama Zaky Aflah Pramudya. Kehadiran Zaky berhasil merubah dunia pernikahan antara Rafly dan Sukma. Hari-hari mereka jauh menjadi berwarna semenjak Zaky datang. Mereka rawat dengan penuh kasih sayang layaknya seorang anak kandung mereka sendiri. Zaky beruntung, bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih layak dan serba kecukupan. Berada di tengah-tengah keluarga yang berada tanpa kekurangan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN