Bab 12. Hati yang cemburu

1563 Kata
Melihat Briona yang berjalan meninggalkannya, Izza segera menyusul dan menahan langkah perempuan itu dengan menarik tangannya. “Biar dia bersamaku,” ucap Izza memberi kode pada kedua security dan mendapatkan anggukan dari dua pria berbadan besar itu. “Bri… kamu ngikutin aku?” tanya Izza sambil mencoba bertahan untuk memegang tangan Briona yang berontak untuk minta dilepaskan. Izza segera menarik Briona ke meja paling sudut dan memberitahu pada salah seorang waiter kalau meja itu dia booking. Suara hingar bingar musik membuat Briona tak bisa mendengar apa yang dikatakan Izza pada waiters itu. “Kamu tunggu disini…” “Nggak, aku mau pulang! Aku gak terbiasa ditempat seperti ini!” potong Briona gelisah dan sedikit mendorong tubuh Izza untuk menjauh dari dirinya ketika Izza ikut duduk dan hendak memeluknya. “Iya, tunggu sebentar, kita pulang bersama. Ada beberapa tamu yang harus aku temui, tunggulah sebentar dan jangan kemana-mana!” Izza mengecup kening Briona tapi perempuan itu segera menepisnya. Entah mengapa hatinya merasa marah saat memergoki Izza tengah berpelukan mesra dengan perempuan di meja yang lain saat ia tiba tadi. Izza segera berdiri meninggalkan Briona, lagi - lagi langkahnya terhenti sesaat ketika melihat Liliana tengah berjalan ke arahnya. “Kamu kemana? Siapa tadi?” tanya Liliana yang sempat melihat Izza menghampiri seseorang, tetapi suasana bar yang gelap dan hanya terang dari sinar LED raksasa sehingga ia tak bisa melihat dengan jelas. “Salah satu tamuku, ayo kita kembali ke meja,” ajak Izza cepat sambil tersenyum kecut dan segera menggenggam tangan Liliana untuk kembali ke meja semula. Tapi itu pun tak lama, Izza segera kembali berdiri ketika salah satu waiters berbisik bahwa beberapa tamunya telah datang. “Ada beberapa tamu yang harus aku temui … kamu tunggu disini ya…” “Duh, kamu pasti lama …” keluh Liliana kesal karena baru saja mereka duduk kini Izza harus kembali meninggalkannya. “Maaf ya sayang, aku temui mereka sebentar ya … kamu harus mengerti ini memang pekerjaanku,” bisik Izza mencoba menenangkan Liliana. “Aku juga jarang bisa libur, kita juga sudah sangat jarang bertemu. Untuk komunikasi pun kamu jarang angkat telepon dariku. Tak cukup untukku hanya mendapatkan balasan wa dari kamu,” Liliana mengeluarkan isi hatinya. “Aku tahu … tolong maafkan aku … aku harus bekerja sayang …” bujuk Izza sembari mengelus rambut Liliana lembut. Perempuan itu hanya bisa mengangguk lalu menciumi wajah Izza. “Takutnya kamu sibuk kerja sedangkan aku harus pulang, jadi berikan banyak ciuman untukmu buat stok rindu. Takut kamu kangen…” Izza hanya tersenyum lalu mengecup kening Liliana sebelum akhirnya ia berdiri dengan wajah panik dan mencoba melihat ke meja di sudut apakah masih ada Briona disana. Perempuan itu tengah duduk sambil menunduk, entah apa yang tengah dilakukannya. Tapi Izza merasa sedikit lega sudah ada makanan dimeja dan tak ada alkohol diatasnya. Izza pun segera menyapa beberapa tamu- tamu yang datang, mengantarnya ke meja mereka dan memesankan beberapa minuman beralkohol. Sikap Izza yang wara-wiri kesana kemari hanya bisa dipandangi oleh Briona yang terus menerus mencoba mencari sosoknya. Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, ruangan besar itu semakin lama semakin ramai. Meja di sisi lain di samping Briona pun mulai penuh terisi. Musik yang berawal dari live music sudah berubah menjadi dj yang memainkan music- music dugem untuk memanaskan suasana. Briona duduk dengan gelisah. Ia ingin pulang tetapi hatinya tetap ingin bertahan dan ingin pulang bersama Izza. Wajahnya terlihat lega ketika Izza tergesa-gesa menghampirinya. “Sebentar lagi aku selesai, tunggu disini!” ucap Izza cepat lalu kembali pergi meninggalkan Briona sendiri. Briona hanya bisa menatap bayangan tubuh Izza yang menyambut beberapa orang lainnya dengan ramah. Bahkan suaminya itu tanpa sungkan memeluk beberapa perempuan yang baru datang dan bercengkrama riang. Inikah pekerjaan asli Izza? Briona hanya bisa menelan ludahnya yang tercekat. Perutnya terasa tak enak. Di usianya yang masih sangat muda, seharusnya ia merasa senang melihat hingar bingar suasana disana. Tapi isi kepalanya malah dipenuhi bayangan Izza yang tengah berpelukan dan saling mencium dengan perempuan yang tadi dilihatnya. “Belajar saling jatuh cinta?! Mimpi aja sana!” umpat Briona dalam hati. Tiba-tiba saja ia merasa marah dan sedih secara bersamaan. Bayangan wajah Gerry kembali muncul dibenaknya. Mulai besok ia akan menghubungi Gerry lagi dan mengajaknya bertemu. “Semua pria sama saja!” umpat Briona lagi dalam hatinya sambil meremas ujung kemeja karena kesal membayangkan Izza dan sang ayah– Agam memiliki sifat yang sama, sama-sama suka perempuan. Briona bergerak gelisah sesaat dari duduknya ketika beberapa pria memperhatikannya duduk sendiri lalu menawarkannya minum. Ia segera menolak halus dan segera berdiri dengan salah tingkah meninggalkan mejanya. Walau tak minum alkohol, tapi langkahnya terhuyung -huyung mencoba mencari pintu jalan keluar. Ruangan yang gelap dengan kelap kelip lampu LED dan laser juga suara musik yang begitu keras membuatnya merasa pusing. “Lepaskan!” jerit Briona kaget, ketika seseorang dengan tiba-tiba menggenggam tangannya. “Ini aku!” ucap Izza ketika melihat Briona yang melompat kaget. Briona hanya bisa menatap Izza dengan pandangan berkaca-kaca. Melihat Izza membuat hatinya senang sekaligus sedih dan kesal secara bersamaan. “Ayo kita pulang,” ajak Izza segera menarik tangan Briona dan mengajaknya keluar dari ruangan itu kembali menuju restoran yang masih sangat penuh. Izza segera memanggil taksi biru dan mengajak Briona untuk naik. “Bri…” panggil Izza ketika Briona menolak untuk disentuh dan dipeluk olehnya. Perempuan itu memalingkan mukanya keluar jendela, menahan tangis yang hampir meledak. Izza segera menyandarkan tubuhnya, hatinya gelisah tak karuan. Biasanya ia tak seperti ini. Tetapi dipergoki Briona tengah bermesraan dengan Liliana membuatnya merasa bersalah. Walau tak ada cinta diantara mereka, Izza sadar bahwa yang dilakukannya salah. Hening. Tak ada pembicaraan diantara mereka sampai taksi itu sampai di depan rumah. Briona segera masuk dan tak mengindahkan ucapan Izza yang terus menerus memanggilnya. Izza segera mengunci pintu kamar mereka dan mengambil kuncinya. “Ngapain kamu kunci segala! Berikan kuncinya padaku!” ketus Briona marah melihat Izza mengunci kamar tidur mereka sampai mengambil kuncinya. “Kita harus bicara! Aku gak mau kamu keluar dari kamar ini sebelum pembicaraan kita selesai!” ucap Izza sembari menghampiri Briona dan berusaha untuk memeluknya. “Jangan peluk aku! Aku gak mau dipeluk bekas pelukan perempuan lain!” Briona segera mendorong Izza untuk menjauh dan berkata penuh dengan kemarahan. Izza menghela nafas panjang dan segera melepaskan pakaiannya, “Baik, aku mandi dulu biar gak ada bekas perempuan lain di tubuhku, setelah itu kita bicara ya…” bujuk Izza kali ini dengan suara lembut dan bergegas pergi untuk membersihkan dirinya. Melihat suaminya masuk ke dalam kamar mandi, Briona segera duduk di sisi ranjang lalu menangis sedih. Entah mengapa ia tak bisa menahan perasaannya. Ia merasa marah dan kesal mengingat sikap Izza pada banyak perempuan. “Ya ampun, Bri! Ngapain pake nangis sih! Siapa yang kamu tangisi?! Pria itu memang dari awal menikahimu bukan karena cinta!” gumam Briona berusaha keras untuk menghentikan air matanya dan menghapusnya kasar. Tak lama Izza keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk dan segera menghampiri istrinya yang masih duduk termenung di sudut ranjang. Lagi-lagi Briona menolak kehadiran Izza dengan menepis sentuhan suaminya. “Bri …,” panggil Izza gelisah melihat Briona menolaknya. “Jadi itu kerjaan kamu?! Kerja di club malam, wara - wiri minum alkohol dan bersenang-senang dengan banyak perempuan?!” sindir Briona tak tahan untuk tak marah dan terus menerus menepis tangan Izza. “Dengarkan aku dulu … kamu habis menangis ya Bri?” Ditanya seperti itu tangisan Briona pecah. “Kalau kamu bisa bersenang-senang diluar sana dengan perempuan lain, seharusnya kamu jangan ambil kesucianku! Aku tak ingin berbagi tubuh dengan suami yang juga berbagi tubuh dengan perempuan lain! Kamu sama aja sama ayah!” Mendengar ucapan Briona, Izza tertegun sesaat sebelum ia menarik tubuh Briona ke dalam pelukannya walau Briona terus berusaha melepaskan diri. “Kamu suruh aku berpisah dengan Gerry, sedangkan kamu sendiri sibuk membahagiakan dirimu dengan perempuan lain! Kamu egois!” “Bri, itu tamuku …” “Tamu bisa kamu cium-cium dan peluk begitu?! Kamu tuh gigolo atau apa sih mas?!” Ucapan Briona membuat Izza sadar bahwa istrinya ini pasti melihatnya tengah bermesraan dengan Liliana. “Maafkan aku Bri,” ucap Izza lirih. “Gak usah minta maaf! Toh kita memang cuma status sebagai suami istri! Dan percintaan kita diatas ranjang ini hanya pelampiasan nafsu! Kamu gak perlu minta maaf, karena mulai besok lebih baik kita sendiri-sendiri saja! Kamu urus hidupmu sendiri, aku juga! Jika urusanmu selesai dengan ayah, kita cerai aja!” “Aku gak mau! Tidak akan ada kalimat cerai dalam pernikahan kita! Aku serius nikahin kamu!” “Tapi kamu main-main dalam menjalankannya! Jangan sok deh!” Mendengar ucapan Briona, hati Izza seperti ditampar. Entah mengapa kali ini ia benar-benar mati kutu dibuat Briona. Biasanya ia bisa berkelit apa saja, bicara apa saja untuk meyakinkan banyak perempuan. Tapi kali ini ia tak mampu melakukannya pada Briona. Izza hanya bisa membungkam cacian Briona dengan segera melumat bibir istrinya dan mendorong tubuh Briona ke atas ranjang. Briona mencoba melepaskan diri dari cumbuan suaminya sambil berteriak, “Aku gak mau mas! Aku gak mau!” Tapi cumbuan dan sentuhan Izza meluluhkan hatinya. Air matanya mengalir perlahan ketika ia berbisik memohon maaf sambil mencium nya. “Maafkan aku Bri…” bisik Izza terdengar penuh sesal. Briona hanya bisa menangis, menangisi dirinya sendiri yang terlalu lemah untuk melawan Izza. Sentuhan pria itu menenangkan perasaannya. Entah apa yang terjadi pada hatinya saat ini. Yang ia tahu, bahwa saat ini Briona sadar bahwa ia cemburu. Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN