Bab 4. Tentang aku tentang kamu

1030 Kata
Selama Perjalanan pulang, tak ada pembicaraan berarti dari keduanya. Briona lebih banyak diam dan menjawab seadanya walau Izza membuka pembicaraan memancingnya untuk berbicara banyak. “Kita tidak tahu siapa Izza dan apa yang terjadi pada ayahmu, Bri … selama ia tak menyakiti fisikmu, lebih baik kita ikuti saja dulu sampai kamu tahu siapa suamimu sebenarnya dan punya cara untuk melepaskan diri dari pernikahan itu.” Ucapan Gerry saat mereka berbincang tadi kembali terngiang di telinga Briona. Terus terang hatinya merasa takut karena tak tahu siapa Izza sebenarnya, tetapi ia mencoba memberanikan diri bahwa ia akan terus berhubungan dengan Gerry dan tak akan menyembunyikannya di depan Izza. Melihat Izza tampak tak mempermasalahkan pertemuannya dengan Gerry membuat Briona sedikit lebih tenang. Sikap Gerry yang tampak santai ketika mereka sampai apartment membuat ketakutan Briona mereda. Saat masuk ke dalam kamar, mata Briona terbelalak saat melihat apartemen mereka berantakan dengan bekas makanan yang dipesan online dan pakaian Izza yang berserakan. “Mas, kamu bukan anak kecil lagi yang tak membereskan apapun yang telah kamu gunakan!” pekik Briona kesal. “Ck, aku belum sempat, karena buru-buru jemput kamu. Ayo kita mandi …,” ajak Izza acuh sembari melepaskan jaket dan pakaiannya sembari mendekati Briona. “Kamu aja mandi sendiri! Kenapa musti ajak aku?” keluh Briona sembari menyambar pakaian-pakaian Izza dan menyimpannya ke keranjang cucian. “Mas, apa- apaan kamu!” pekik Briona ketika Izza mengangkat tubuhnya dan menghempaskannya ke atas ranjang. Izza pun ikut melompat ke atas ranjang dan kini tubuhnya telah berada diatas tubuh Briona. “Kamu cantik sekali dan tampak cerdas dengan pakaian kantor seperti ini,” gumam Izza sembari memegang kedua tangan Briona yang berusaha untuk mendorongnya agar menyingkir dari atas tubuhnya. Senyuman nakal yang tersungging di bibir Izza membuat hati Briona ketakutan setengah mati. “Mas, aku gak mau!” pekik Briona ketika Izza membuka kemeja kerjanya. “Kenapa gak mau?! Jelas-jelas aku suamimu yang lebih berhak menyentuh tubuhmu dibandingkan Gerry yang begitu bebas kamu peluk! Jika dengan Gerry kamu bisa sebebas itu, seharusnya kamu bisa lebih denganku. Ayo kita mandi bersama, setelah itu kita …” Izza menghentikan ucapannya dan menggerakan tubuhnya perlahan diatas tubuh Briona sembari menarik kemeja yang telah terbuka. Disindir seperti itu keberanian Briona menciut, ia membiarkan Izza melepaskan pakaian mereka berdua dan mengajaknya untuk mandi bersama. “Kamu cantik sekali sih, aku merasa beruntung karena aku adalah pria pertama untukmu. Jangan takut Bri, aku suamimu yang sah … aku akan memperlakukanmu secara baik sebagai istriku,” bisik Izza penuh birahi saat menatap tubuh istrinya yang basah terkena air dari shower. Briona hanya bisa membiarkan Izza mencumbu tubuhnya sambil memeluk dan meremas rambut Izza kuat-kuat. Ia tak bisa melawan, karena ia takut jika ia melawan Izza akan melakukan sesuatu yang buruk padanya. *** Briona merapatkan selimutnya perlahan, matanya sudah sangat mengantuk karena kelelahan. Ia dan Izza baru saja selesai bercinta yang ketiga kalinya. Briona bangkit lalu berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sambil mencium aroma mie goreng instan yang tengah Izza buat di dapur kecil mereka. Jika setelah bercinta, Briona merasa sangat lelah dan mengantuk, berbeda dengan Izza. Ia tampak semangat dan kelaparan. Selesai membersihkan diri, ia melihat suaminya tengah menyiapkan mie goreng instant itu diatas meja makan mereka dan masih mengenakan celana pendek sambil bertelanjang d**a. “Ehhh, mau kemana? Kita ngemil dulu, bercinta bikin tenaga kita habis dan musti diisi kembali untuk kembali memiliki energi,” ajak Izza menarik tangan Briona yang hampir saja merebahkan diri diatas ranjang. “Aku ngantuk mas, aku benar-benar lelah dan tak punya tenaga lagi untuk melek. Aku butuh tidur, besok aku harus berangkat kerja pagi dan ini sudah pukul 11 malam, bukan saatnya lagi untuk makan mie instan!” keluh Briona menahan tubuhnya agar tidak ikut duduk di meja makan kecil mereka. “Ck, aku masih ingin satu kali lagi Bri … aku masih belum puas rasanya,” ucap Izza jujur, merasa masih ingin bercinta dengan Briona yang ia anggap masih sangat malu-malu dan masih menolak diajak untuk melakukan ini dan itu. “Nggak ah! Kamu keterlaluan, Mas! Aku lelah dan tubuh bagian bawahku rasanya kebas! ” tolak Briona kesal tapi tak mampu menolak dan melawan ketika Izza menarik tubuhnya untuk duduk dipangkuan pria itu. Jika Izza mulai makan dengan lahap, Briona sebaliknya, ia menolak halus dengan menggelengkan kepalanya dan membiarkan Izza mengambil porsi makanannya untuk ia habiskan. Melihat Briona terkantuk-kantuk dalam pangkuannya, Izza segera mengajaknya untuk berbaring diatas ranjang dan hendak kembali mencumbu istrinya. “Gak mauuu… kamu bauuu… mulut kamu bau mie goreng!” Briona merengut dan menjauhkan mulut Izza dari wajahnya. “Tunggu sebentar!” Izza segera bangkit dan bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan mulutnya. Ia sadar, Briona menyukai pria yang bersih untuk berada didekatnya. “Hahhh! mulutku sudah segar sekarang… Bri… Bri… jangan tidur dong… aku udah sikat gigi nihhh….” Izza segera membangunkan Briona yang sudah terlelap setelah ia memastikan nafasnya terasa segar. Dibangunkan saat ia sudah benar-benar terlelap membuat Briona kesal dan akhirnya ia menangis merajuk seperti anak kecil sambil menghentak-hentakan kaki diatas ranjang. “Aku ngantuk banget mas… aku ingin tidurrr…” Izza hanya diam duduk mematung disamping Briona yang rewel dan menangis seperti anak kecil yang tengah tantrum. Ia merasa kesal karena hasratnya perlu dilampiaskan tapi orang yang menjadi tempat penyalurannya menolaknya dengan tegas. Bisa saja ia mencari wanita lain, tapi saat ini ia hanya ingin Briona. Istrinya yang polos dan tak punya pengalaman itu membuat sensasi tersendiri untuk Izza. Izza segera naik keatas ranjang memeluk Briona lalu mencoba menciumnya dengan paksa. “Mas, aku gak mauu..” elak Briona kesal dan memukuli Izza. “Kenapa?! Kamu masih ingin si Gerry itu yang jadi suamimu dan yang tidur sama kamu?! Gitu?!” “Iya!” “Mimpi aja sana! Mau kamu berusaha apapun, saat ini kamu nikahnya sama aku! Aku yang jadi suami kamu dan hanya aku yang bisa bercinta sama kamu seperti ini!” ucap Izza kesal sambil menarik pakaian tidur Briona agar kembali terlepas. Izza berhenti ketika Briona menangis tersedu-sedu penuh airmata. Hatinya terluka mendengar ucapan Izza, bukan keinginannya berada dalam keadaan seperti ini. Ia merasa sedih karena selama hidupnya, Briona merasa tak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan termasuk bisa menikah dengan Gerry.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN