Morgoth mengetuk pintu kamar Lovetta. Pria itu heran dengan keterlambatan putrinya bangun. Biasanya, gadis itu bangun lebih awal, mandi dan makan di pagi hari dengan makanan yang telah disiapkan.
“Love,” sapa Morgoth di depan pintu kamar yang terkunci. Pria itu sudah menyapa dan mengetuk pintu berkali-kali.
“Ada apa, Sayang?” Signy menyentuh tangan suaminya. Dulu, wanita itu yang menjadi rebutan para serigala, tetapi dia lebih memilih Morgot yang memang pimpinan kawanan hewan setengah manusia itu. Pria yang menjadi kasta tertinggi dengan kekuatan luar biasa dan juga tampan.
“Putroi kita tidak bangun dan ini tidak biasa,” jawab Morgoth.
“Aku akan membangunkannya. Kamu pergilah sarapan. Siang ini ada pertemuan di atas bukit.” Signy tersenyum.
“Aku mau membawa Lovetta. Kamu tahu sekarang sudah memasuki musim kawin dan putri kita pas usia yang tepat. Aku takut, dia tidak bisa menahan hasrat sehingga melakukan dengan sembarangan.” Morgoth mencium dahi Signy.
“Apa kamu sudah memilih calon?” tanya Signy.
“Tentu saja. Ada banyak pangeran serigala yang melamar Lovetta dan mereka hanya menunggu keputusan dari kita.” Morgoth tersenyum.
“Kamu pergilah dulu setelah makan. Kami akan menyusul.” Signy tersenyum.
“Baiklah. Kalian harus datang.”Morgoth berjalan menuju ruang makan. Pria itu duduk di kursi dan bisa melihat daging mentah yang tergeletak di atas meja dalam kondisi sudah dibersihkan. Diikuti istrinya.
“Signy selalu terlihat seperti manusia.” Morgot menikmati sarapan dan menyelesaikannya dengan mudah ditemani Signy.
“Aku pergi dulu.” Pria itu pamit pada istrinya untuk pergi ke bukit terlebih dahulu.
“Kami akan menyusul,” ucap Signy melepas kepergian suaminya. Pria tampan dan tubuh perkasa itu mengubah menjadi serigala besar dan hitam. Ia berlari membelah hutan dan menerobos pelindung rumah.
“Kamu tetap masih tampan dan gagah.” Signy tersenyum.
“Kepana putri kecilku terlambat bangun?” Signy membersihkan sisa makanan mereka berdua. Wanita itu kembali ke kamar Lovetta dan membuka pintu yang terkunci dengan kekuatannya. Dia melihat gadis cantik itu tidur dalam balutan selimut dengan senyuman
“Apa dia sedang mimpi indah karena sudah memasuki musim kawin? Kamu tidak seperti mama, sedikit nakal.” Signy duduk di tepi kasur dan mengusap rambut panjang Lovetta yang berkilau hitam karena pantulan cahaya matahari yang sudah masuk ke dalam kamar itu.
“Sayang, apa kamu sedang bermimpi indah?” bisik Signy di telinga Lovetta.
“Hm,” jawab Lovetta sedikit dan memutar tubuh membelakangi mamanya.
“Lovetta, apa yang kamu lakukan pada rambut kamu?” Signy menyentuh ujung rambu bekas potongan.
“Ketika bulan purnama rambut itu akan tumbuh kembali,” jawab Lovetta.
“Sayang, apa yang membuat kamu memotongnya. Biarkan rambut ini terus panjang melewati kaki kamu.” Signy menarik tubuh Lovetta agar beranjak dari kasur.
“Ma, aku masih mengantuk.” Lovetta duduk dengan malas.
“Kenapa kamu memotong rambut di musim kawin?” Signy menatap Lovetta.
“Escanor memegang rambutku dan tidak mau melepaskannya.” Lovetta menatap Signy.
“Escanor? Siapa itu? Apa serigala?” tanya Signy.
“Pangerann vampire,” jawab Lovetta yang kembali merebahkan tubuhnya ke kasur.
“Apa?” Signy terkejut.
“Love, kenapa kamu bertemu vampire di musim kawin?” Signy menarik kembali tubuh Lovetta yang malas.
“Apa dia melakukan sesuatu kepada kamu?” Signy terlihat khawatir.
“Tidak.” Lovetta tersenyum.
“Bangunlah. Kita harus segera pergi ke bukit pertemuan. Mama sudah menyiapkan sarapan untuk kamu.” Signy menarik Lovetta turun daru tempat tidur. Gadis cantik berusia sembilan belas tahun itu tersenyum pada mamanya. Dia seakan baru sadar dari pingsan yang indah.
“Pertemuan apa, Ma?” tanya Lovetta beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju belakang kamar. Sebuah kolam dengan air terjun mengalir deras menjadi tempat mandi sang putri cantik. Terjun ke dalam air dengan tubuh dibaluti pakain lembut dan tipir.
“Apa dia jatuh cinta pada serigala kasta tinggi?” Signy memperhatikan putrinya yang bermain di dalm air. Berenang dengan sangat lincah dan bermain dengan air terjun. Kulit putih bersih itu berkilau terkena air dan cahaya matahari. Rambut hitam panjang tergerai basah melewati pinggangnya.
“Love, cepatlah. Hari sudah sangat siang,” sapa Signy.
“Ya.” Lovetta berjalan masuk ke kamar. Pakaian yang basah menjadi kering dengan sendirinya. Warna hitam kontras dengan kulit putih bersih membaluti tubuh seksi itu. Wanita cantik menikmati sarapan seorang diri.
“Ayo, kita berangkat.” Signy dan Lovetta berlari kecang menuju bukit pertemuan. Ini adalah pertama kalinya gadis yang menjadi rebutan semua orang itu bertemu langsung dengan kawanan serigala yang hampir punah jika tidak menemukan pasangan. Mereka harus mencari ke penjuru dunia.
Ada banyak serigala betina, tetapi berbeda dengan Lovetta yang menjadi keturunan terakhir raja dan putri serigala dengan kasta tertinggi. Wajah dan tubuh yang sempurna serta memiliki kekuatan yang tidak biasa yang tidak dimiliki serigala betina lainnya. Anak dan ibu itu tiba di atas bukit. Ada banyak pasang mata menatap Lovetta. Dalam bentuk serigala saja kecantikan itu bisa terlihat dengan jelas.
“Ma, apa mereka kelaparan?” tanya Lovetta pelan.
“Sayang, ini adalah musim kawin. Apa kamu tidak merasakan hasrat untuk bercinta?” Signy tersenyum.
“Tentu saja ada, tetapi tidak dengan mereka.” Lovetta tersenyum.
“Apa kamu sudah memiliki kekasih?” tanya Signy.
“Tidak.” Lovetta menggeleng dengan cepat.
“Apa itu adalah putri Lovetta?” tanya serigala jantan pada rekannya.
“Ya. Dia sangat cantik. Aku pikir Leon yang akan menjadi pilihan Tuan Morgoth,” jawab serigala jantan lainnya.
“Aku rela menjadi yang kedua atau pun yang ketiga. Asalkan bisa menjadi pasangannya,” ucap serigala lainnya.
“Bukit ini tertutup salju.” Lovetta tersenyum. Dia bisa melihat gua yang diselimuti butiran putih itu.
“Selamat datang, putri Signy dan Nona Lovetta.” Beberapa serigala muda betina menyambut kedatangan anak dan istri Morgoth. Semua sangat terkagum pada Lovetta. Wanita muda yang terlahir dari pasangan sempurna. Papa dan mama yang dulu jadi rebutan kawanan serigala.
***
Bien terlihat melamun sendirian di kamar. Pria itu terus terganggu dengan pimpi panas yang hampir merebutkan kejantanannya. Dia merasakan semua itu sangat nyata. Wanita cantik dengan rambut hitam dan panjang. Kulit putih bersinar terang. Senyuman yang manis dan bibir seksi dengan bola mata cokelat yang terduh.
“Apa aku sudah tidak tahan lagi ingin menikah sehingga memimpikan hal yang aneh? Pada hal aku tidak memikirkan apa pun.” Bien mengusap kepalanya dengan kasar.
“Aku sangat terganggu dengan mimpi itu. Siapa wanita dengan kecantikan tidak biasa. Dia bahkan tidak ada di dalam akademi sihir ini.” Bien melihat keluar dari jendela kamar. Ada banyak gadis yang belalu lalang, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang menjadi wanita dalam mimpinya.
“Dia tidak menyebutkan namanya. Apa gadis itu benar-benar ada?” Bien memperhatikan para gadis.
“Bagaimana bisa aku mimpi gadis yang tidak pernah aku lihat?” Bien kembali duduk.