Rega kembali dari memindahkan Jia yang ketiduran dan duduk tepat disamping Icin yang terus memainkan asal hapenya. Memilih duduk dengan menyandarkan bobot tubuhnya pada sandaran sofa, Rega memperhatikan Icin sambil menimang kesempatan yang pas untuk bicara. “Cin?” entah kenapa kali ini Rega merasa apa yang akan diucapkannya ini sudah masuk terlalu jauh dalam kehidupan pribadi Icin, tapi bagaimanapun ini tetap untuk kebaikan perempuan itu. “Hm?” “Bisa ngomong bentar?” “Ngomong aja, pake ijin segala lo,” ucap Icin mendesah kecewa dan rasanya Rega tau apa kemungkinan penyebabnya. “Ga baik, Cin, menggantungkan hidup lo sama benda itu. Apa yang selama ini lo alamin dan anggap indah belum tentu nyata.” Icin menyatukan kedua alisnya, apa kali ini Rega curiga ia menggunakan n*****a ya? Wah,