Persis sama seperti tahun-tahun sepinya, Icin selalu disambut oleh Ibuk, kakak dari mamanya, tepat di depan pintu. Ibuk menatapnya dengan senyum hangat dan tangan terbuka lebar. Janji untuk tidak menangis tak pernah bisa Icin tepati. Tangisnya menjadi seiring semakin dekat kaki membawanya pada rupa mama yang ada pada Ibuknya. “Si adek selalu aja,” ucap Hira geleng-geleng kepala dan meninggalkan ibuknya dengan si adik sepupu kemudian bergabung dengan abangnya, bersandar di daun pintu. Kalau Arez bilang sih nonton drama, makanya ada popcorn di tangannya. “Abang juga kenapa masih setia cari masalah?” tanya Hira dengan mulut menunjuk pada berondong jagung yang abangnya peluk. “Berisik, lagi dapet nih feelnya,” ucap Arez dan menyodorkan popcorn tadi pada adiknya, mengajak untuk menikmati per