30. Woke Up in The Wrong Side

1451 Kata
Melbourne, Australia 03.58 am _________ Tampak sebuah motor sport menepi di depan apartemen 101 tingkat di kawasan Claver, Melbourne. Seorang gadis turun dari atas motor tersebut dengan tubuh sempoyongan. “Fu’ck!” maki gadis itu. Ia mengerjap beberapa kali untuk menajamkan penglihatannya. Sementara pria yang masih menunggangi motor sportnya itu tertawa rendah. Melihat kelakuan sang gadis. Alhasil gadis itu ikut tertawa. Mereka terlihat seperti dua orang konyol. “Kau benar-benar luar biasa, Park Yiseo. Sebagai pemula kau cukup membuatku terkesan,” kata Nicholas. “Persetan denganmu, Niko! Kepalaku sangat berat,” kata Yiseo. Wajahnya terlihat merah padam. Akhirnya Nick turun dari atas motor. Mengambil helm dari tangan Yiseo, lantas meraih tubuh gadis itu. Dari kejauhan tampak seorang pria dalam balutan pakaian kasual serba hitam terburu-buru keluar dari dalam apartemen. “Nona Park!” serunya. Kelopak mata Park Yiseo menyipit. “Ouh … s**t,” gumamnya. “Siapa itu?” tanya Nick. “My bodyguard,” kata Yiseo. “Hol’ crab! Aku akan habis,” gumam Nick. Seketika matanya melebar. Melihat tubuh Jangmi yang kekar membuat nyali Nicholas menciut. Astaga! Seumur hidup ia tak pernah berkelahi. Bagaimana kalau Jang Mi menuduh Nick berbuat macam-macam pada majikannya ini? Oh, sialan. Nicholas Hamilton akan langsung tamat malam ini. “Nona Park!” Nicholas tersentak saat mendengar suara itu. Refleks, ia pun menegakkan badan. Namun, menaruh tubuh Yiseo di depannya. “Aku tidak berbuat apa-apa,” kata Nick sambil memasang tubuh siaga. Sialan. Kalau pria berotot itu maju selangkah saja, Nicholas bersumpah kalau dia akan langsung mendorong tubuh Park Yiseo. Tidak peduli dengan apa yang akan terjadi pada Yiseo nantinya. “Jang ... Mi ….” Panggilan yang disertai nada tinggi itu sontak mengalihkan atensi Jang Mi. Ia pun memutar tubuh. “Ya Nona Park,” kata Jangmi sambil membungkukan badannya. Seketika kening Nicholas mengerucut. Ia sangat heran dengan wajah pria Asia bertubuh kekar tersebut. Baru kali ini Nicholas melihat seorang bodyguard yang begitu loyal pada majikannya. Bukan saja loyal, tetapi sangat menghormati sang majikan. Park Yiseo tertawa. Benar-benar seperti orang konyol. Maklum saja Park Yiseo sedang dalam pengaruh alkohol, jadi dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri. Jang Mi mendekat. Meraih tangan Park Yiseo, lantas membawanya ke atas pangkal bahunya. Tanpa berucap apa-apa, Jangmi langsung membawa Park Yiseo ke dalam apartemen. “Jang Mi!” Park Yiseo menyentak. Ia melingkari tengkuk Jangmi dengan lengannya, lantas menarik wajah Jangmi ke arahnya. “Jangan katakan apa-apa pada Park Yiebom, oke?” “Ya, Nona Park.” “Hem,” gumam Yiseo. “kau memang penurut.” Park Yiseo mengusap kepala Jangmi dengan lembut. Tak berselang lama, lift terdengar bunyi dentingan. Pintu lift terbuka dan Park Yiseo hendak keluar. Langkahnya benar-benar gontai. Jang Mi masih berusaha menuntunnya, akan tetapi setelah tiga langkah menyusuri lorong, Park Yiseo langsung mendorong tubuh Jangmi. “Hei, untuk apa kau ikut?” gumam Yiseo. Kelopak matanya makin terasa berat. “Tentu untuk menuntun Anda ke dalam rumah, Nona Park.” “Tidak perlu!” bentak Yiseo. “kau kembali saja ke bawah,” ucapnya. “Cepat-cepat.” Park Yiseo langsung memutar tubuh Jangmi. Mendorongnya hingga kembali ke dalam lift. Hampir saja lift tertutup. Untung saja tangan Jangmi cepat meraih pintu. Jika tidak, dia yakin majikannya akan meradang. “Anda yakin tidak perlu ku antar, Nona?” Jang Mi bertanya sekali lagi. “Tidak perlu,” gumam Yiseo. “kau pikir aku anak kecil. AKU YISEO!” Park Yiseo berteriak sambil menunjuk-nunjuk da’danya. “Aku tidak perlu bantuan orang lain.” Lanjutnya. Akhirnya Jang Mi hanya bisa pasrah. Ia pun menekan tombol ground dan dalam sekejap pintu lift kembali tertutup. “Apa benar tidak apa-apa?” gumam Jangmi. Lelaki itu benar-benar sangat khawatir. Ia telah menunggu di lobi sejak empat jam yang lalu. Melihat Park Yiseo pulang dalam keadaan mabuk tentu merupakan sesuatu yang harus dikhawatirkan. Mengingat sang majikan tak pernah seperti ini sebelumnya. “Tapi dia kan sudah berada di lantai 101. Tinggal beberapa langkah lagi dan dia akan sampai ke rumahnya. Hahhh … semoga saja. Nona Park benar-benar membuatku frustasi,” gumam Jangmi sambil mengacak-acak rambutnya dengan kasar. *** Sementara itu di lantai 101, Park Yiseo berjalan dengan langkah gontai menyusuri sepanjang lorong. Ia terus mengerjap. Pandangannya mulai berputar dan kelopak matanya semakin memberat. “Sialan!” desis Yiseo sambil meremas kepalanya. Gadis Park itu menggoyangkan kepalanya beberapa kali. Tangannya memanjang meraih gagang pintu dan ia langsung memasukkan password. Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Matanya tak bisa fokus memandang. Sehingga ia mengandalkan tangan untuk meraba-raba jalannya. Dengan sedikit kesadaran yang tersisa, Park Yiseo berhasil masuk ke dalam kamarnya. Di sini gelap dan dia terlalu malas menyalakan lampu. Hanya ada sebuah tempat yang tampak sangat menyenangkan di sana. Park Yiseo ingin segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Tanpa melepas sepatu, Park Yiseo langsung melempar tubuhnya di atas ranjang. Wajahnya sempat menyunggingkan senyum. Gadis itu merasa tubuhnya benar-benar remuk seperti baru melakukan olahraga beruntun. Ada sesuatu yang mengganggu penciuman Park Yiseo. Namun, karena kesadarannya makin menipis dan perlahan menghilang, Park Yiseo pun membiarkan parfum tidak menyenangkan itu. *** Claver Rose Apartemen 07.46 am _________ Tampak dahi Choi Yong Do mengerut, lantas terdengar geraman menggema dari dalam bantal. Choi Yong Do menggeram berkali-kali saat merasakan sesuatu yang berat menindih tubuhnya. Dan juga kakinya yang kram. Perlahan-lahan kelopak mata Yong Do mulai terbuka. Masih berusaha mengumpulkan kesadaran, Choi Yong Do mencoba mengangkat kepala. Memeriksa keadaan sekeliling. Lipatan di dahinya makin kentara saat melihat sisi ranjang yang mengembang. Otaknya masih berusaha memproses semua ini, tetapi kemudian ada sesuatu yang bergerak di dalam selimutnya, membuat Choi Yong Do refleks menyibakkan selimut tebal itu. Seketika bola matanya melebar. Tepat saat itu juga sepasang manik berwarna hitam mengintip dari balik bulu mata. Sejurus kemudian matanya ikut terbelalak. Mulut keduanya terbuka. “AAAAAAA ….” Teriakan itu menggema di seantero apartemen. Refleks keduanya terduduk di atas ranjang lantas melindungi da’da. Seolah-olah akan ada serangan mendadak sedetik lagi. “Hol* s**t!” gumam seseorang. Belum cukup kaget, keduanya kompak memutar wajah ke arah pintu. Mata mereka semakin melebar saat melihat seorang wanita dalam balutan pakaian kasual berdiri di ambang pintu. Manik mata sang wanita juga melebar melihat pemandangan di depannya. “What the …,” Wanita itu kembali bergumam. Dua orang yang masih berada di atas ranjang itu kembali saling menatap. Deru nafas mereka berembus panjang dan kasar. “AAAAAAA!” teriak Park Yiseo. Suaranya melengking tinggi. Membuat wanita yang menunggu di pintu menutup telinga dengan telapak tangannya. “What the fuc’king hell are you doing here?!” Suara Choi Yong Do tak kalah menggema. Ia menatap gadis di depannya dengan pandangan nyalang. Sementara sang gadis kembali membuka matanya. Sepasang manik hitam itu kembali membesar saat pandangannya terarah pada lelaki di depannya. Mulutnya terbuka, hampir melepaskan makian. Namun, ketika matanya menatap gorden di belakang tubuh sang pria, ia pun menunda bibirnya menyemburkan kalimat-kalimat sarkastik. Tampak kening Park Yiseo mulai mengerut. Seketika ia memutar pandangan. Menatap sekeliling ruangan. “Tidak mungkin,” gumamnya. Pandangan gadis itu berhenti pada si wanita yang kini sedang menyandarkan tubuhnya di pintu sambil bersedekap dan memandang mereka dengan posisi tenang. Seakan-akan tak ada masalah. Melihat seorang gadis berada di dalam kamar sang putra, terlebih mereka berada di satu ranjang yang sama. Goo Hae Young memilih untuk tidak berasumsi apa pun. Menunggu tindakan kedua anak muda di depannya. Menyadari jika dirinya telah bangun di tempat yang salah, Park Yiseo langsung menarik dirinya. Bangkit dari atas ranjang. Napas Choi Yong Do berembus kasar. Sementara Park Yiseo tengah menahan debar-debar di da’danya. ‘Bodoh, bodoh, bodoh! Kenapa aku bisa ada di sini?’ Park Yiseo tak bisa berhenti merutuki dirinya sendiri. Terlihat gadis itu menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sambil menutup matanya. Tatapan Goo Hae Young turun. Bibirnya terangkat naik, membentuk senyum sewaktu menatap tangan Park Yiseo yang mengepal pada kedua sisi tubuhnya. “Well, princess you woke up in the wrong side, don’t you?” Goo Hae Young menutup ucapannya dengan seringaian. Bukannya marah, tetapi wanita itu malah menginginkan terjadi sesuatu yang lebih besar dari semua ini. Perlahan-lahan Park Yiseo mulai membuka kedua matanya. Gadis itu masih mengulum bibirnya kuat-kuat dan tanpa menatap Choi Yong Do ataupun Goo Hae Young, Park Yiseo langsung mengambil langkah. Melesat dari ruangan itu. Tak ada kalimat pamit, apalagi permohonan maaf. “Sial!” Hanya desisan yang keluar dari bibir gadis Park itu. Ia pun berlari keluar dari apartemen milik Choi Yong Do sambil membiarkan otaknya terus berpikir tentang hal yang sangat mustahil ini. Park Yiseo menarik gagang pintu dengan kuat, lantas mengarahkan tatapan membunuh pada kode pengaman yang tertempel pada gagang pintu. “Sial!” makinya untuk kesekian kali. “Jangan bilang kalau password rumah kami sama,” gumamnya. Satu tarikan napas panjang kembali ia lakukan. Park Yiseo mendengkus dan kembali menutup pintu. ________________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN