Bab 4 - Takut Menyakiti

1208 Kata
“Siapa di sana?” Suara Bella terdengar lagi sehingga membuat Dave mengambil langkah cepat untuk segera keluar dari ruangan itu. Bukan dia tak berani untuk bertemu dengan Bella kemudian mencoba meyakinkan Bella jika dirinya adalah pria yang Bella cintai dan begitu banyak mimpi yang bisa mereka gapai bersama di masa ini setelah melalui masa-masa yang sulit dan pelik. Akan tetapi. dia takut keegoisannya yang memaksa Bella untuk mengingat semuanya justru membuat Bella sakit. Kondisi Bella begitu rentan dari tekanan juga pengaruh lingkungan sekelilingnya yang bisa saja membuat Bella harus berpikir keras dan pada akhirnya membuat kondisi Bella jauh lebih buruk dari saat ini. Bukannya membaik, cedera yang dialami Bella bisa saja permanen dan harapannya untuk bersama Bella dalam waktu singkat, akan berujung pada mimpi yang tak pasti. “Bisakah aku meminta bantuan?” Suara Bella yang terdengar beberapa detik setelah perkataan pertamanya tadi, jelas saja membuat langkah kedua Dave berhenti sebelum dia berhasil keluar dari pintu dan tentu saja tak tuli untuk bisa mendengar permintaan Bella yang berhasil membuatnya mematung seperti biasa. Bimbang tiba-tiba saja mendera. Sungguh dia kebingungan antara memilih merespons permintaan Bella atau pergi saja agar tak melakukan interaksi apapun dengan Bella yang saat ini sudah pasti sedang menunggunya. Bella membutuhkan bantuan. Jelas sangat tidak mungkin jika harus dia tinggalkan. Tetapi, di sisi lain? Dave berniat untuk melanjutkan langkahnya lagi setelah mempertimbangkan, pergi adalah satu-satunya pilihan terbaik. Namun, perkataan Bella yang dia dengar selanjutnya, pun membuat rasa di hatinya tak bisa dia bohongi lagi. Bella adalah satu-satunya orang terpenting dalam hidupnya. “Aku haus. Aku ingin minum dan letak airnya sangat jauh. Aku belum mampu turun dari brankar ini untuk mengambilnya sendiri. Aku lemah,” pinta Bella dengan suara sedikit tertahan. Pandangannya tak bisa lepas dari sosok pria yang berdiri di dekat pintu dan sedang membelakangi tempatnya berbaring sekarang. Harusnya, dia merasa takut ketika ada orang asing yang masuk ke dalam ruangannya tengah malam begini dan bersikap aneh seolah pria itu datang sebagai penguntit. Akan tetapi, dia justru merasa aman dan yakin benar jika pria itu tak bermaksud apa-apa. Dan kedatangannya ke sini, adalah karena salah masuk ruangan saja. Sebelumnya, dia memang terlelap setelah mengonsumsi obat yang diberikan dokter Mike, mengingat dirinya tidak bisa tenang dan terus memaksa otaknya untuk mengingat semua hal yang dia lupakan. Dokter Mike mengatakan, dia telah kehilangan ingatan karena kecelakaan yang dirinya alami. Jelas, hal itu membuatnya kebingungan sendiri dan tak tau harus melakukan apa setelah keluar dari rumah sakit ini. Pasalnya, tidak ada satu pun kilasan yang dia ingat kecuali namanya saja. Semuanya gelap, dan tak memiliki jejak apa-apa. Seolah dirinya adalah bayi baru lahir dengan memori kosong sehingga butuh waktu untuk membuat kenangan lagi. Lalu, alam bawah sadarnya seperti dikejutkan sesuatu sehingga dia pun bangun dari tidur lelapnya. Dia bisa merasakan ada seseorang yang tengah mendekat sehingga membuatnya buru-buru membuka mata dan instingnya benar adanya. Di sana, ada tubuh tegap seorang pria yang justru lari setelah melihatnya membuka mata dan bersuara. “Jadi, maukah kau membantuku?” Bella bersuara lagi begitu pria yang tak lain adalah Dave belum merespons apa-apa. Dave tetap mematung di tempatnya berdiri dengan tubuh kakunya sehingga membuat dunia pun, seolah berhenti berputar. Masih ada kebimbangan, tetapi Bella di sana kehausan dan membutuhkan bantuan darinya. Tak mau mengulur waktu dan membuat Bella menunggu, Dave pun memutuskan untuk membantu. Dia memutar tubuhnya menghadap Bella kemudian melangkah cepat dengan separuh wajahnya yang sengaja dia tutup menggunakan lengannya yang tertutupi kemeja putih kusut. Untuk sekarang, Bella tidak boleh melihat wajahnya karena pertemuan ini belumlah sempurna. Dave segera mengambil segelas air yang berada di atas nakas kemudian segera memberikannya pada Bella yang sialnya tak pernah melepaskan pandangannya walau sedetik saja darinya sehingga membuatnya salah tingkah. Jika terus begini, dia tidak akan bisa menahan diri untuk tak membawa wanita itu ke dalam pelukannya dan memaksa Bella untuk mengingat semuanya. Bisa-bisa dia gila dan menginginkan Bella kembali padanya sekarang juga. Gemeletuk gigi Dave terdengar begitu Bella meraih gelas yang diberikannya sehingga punggung jemarinya bersentuhan dengan kulit Bella yang hangat dan sangat dia rindukan dalam setiap helaan napas berat yang berembus dari dadanya. Air minum itulah yang menjadi penyebab, dirinya berada di situasi tak tenang seperti ini. Lihat saja, sanksi apa yang akan dia tekankan pada perawat yang bertugas menjaga Bella nanti. Mereka sudah membuat Bella kesulitan dan tak dilayani dengan baik. “Lain kali jangan mabuk, apalagi tengah malam begini. Selain menyia-nyiakan uangmu untuk hal tidak penting, minuman itu tidak baik untuk kesehatan juga,” ucap Bella sembari memberikan gelas yang telah kosong airnya setelah dia teguk dengan cepat. Dia benar-benar kehausan dan dia sangat beruntung karena Tuhan mengirimkan bantuan melalui pria asing itu. Ruangannya begitu sepi dan tinggal dia sendiri. Entah ke mana perginya para perawat yang menjaganya tadi. Mendengar perkataan Bella tadi, Dave cukup dibuat terkesiap sampai detak jantungan sendiri hampir tak menyamakan detak jarum jam yang berada di ruangan ini. Bella begitu sensitif terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Instingnya yang terlalu kuat, bisa menebak sekaligus memahami hal asing yang tak terlihat, bahkan dikenali. Dan hal itu, jelas membuatnya malu sekarang. Dalam sudut pandang Bella, dirinya tak lebih dari seorang pecundang yang lari dari masalah dan menjadikan bermabuk-mabukan sebagai pelampiasan. Akan tetapi, di lain sisi dia cukup senang karena Bella peduli padanya sekalipun saat ini dirinya adalah orang asing yang baru Bella lihat. Belum Bella kenali, karena wajahnya pun masih dia tutupi. Dave tak menjawab apapun. Dia cukup meletakkan gelas kosong itu di atas nakas lagi, kemudian mengisinya dengan air dan segera meletakkannya di meja kecil yang berada di dekat brankar Bella berbaring. Dia akan segera pergi dan tak mau melihat Bella kesulitan lagi. Oleh karena itulah, dia melakukan hal kecil yang mungkin saja bermanfaat untuk Bella kecilnya yang terlahir kembali seperti kertas putih yang belum memiliki coretan apa-apa. Melihat Dave yang melakukan hal itu, sontak membuat senyuman Bella mengembang sempurna sebelum dia berkata dengan suara sedikit paraunya, “Terima kasih.” Dave hanya mengangguk kemudian segera pergi dari sana. Dia melangkah secepat mungkin, agar otaknya tak dipengaruhi oleh bermacam pikiran picik yang bercokol sejak siang tadi. Begitu mudahnya, Bella membolak-balikkan hatinya sampai dia merasa, jika hati ini bukanlah miliknya melainkan mainan Bella yang Tuhan titipkan di dalam tubuhnya. Seketika, amarah yang dia rasakan saat vonis Mike telah ditetapkan untuk kondisi Bella, pun terkumpul memenuhi rongga d**a sehingga dunia gelap kembali menjadi bayang-bayang. Rasa tak berguna karena tidak bisa melindungi Bella dan membuat Bella harus tersiksa dan menderita lagi, ingin rasanya dia menghancurkan dirinya sendiri. Bella tidak seharusnya merasakan penderitaan bertubi-tubi seperti ini lagi. Seharusnya, Bella mendapatkan semua kebahagiaan yang ada di dunia ini. Bugh! Setelah berhasil keluar dari kamar itu, Dave sontak mengurai lengannya dan segera melampiaskan amarah yang terkumpul di dalam dadanya, dengan memukul tembok di dekatnya. Pukulannya cukup kuat dan menimbulkan suara berisik yang berhasil memancing Peter keluar dari ruangan yang berada di sebelah ruangan Bella di rawat. Peter menghela napasnya pelan. Melihat kondisi mental serta penampilan Davio sekarang, dia tak bisa berkomentar apa-apa. Dia pun pernah berada di fase itu dan sulit untuk menjaga kewarasan. “Masuklah. Daddy akan membuat kopi panas untuk kita berdua.” Dave menolehkan kepalanya dan menemukan ayahnya yang berdiri dengan raut wajah khawatir. Dan hal itu, membuatnya tidak bisa menolak karena dia pun ingin mengatakan jika dirinya baik-baik saja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN