Bab 5 - Meyakinkan Bella

1262 Kata
“Kau bisa melihat sendiri bagaimana kondisi Bella, Dave. Kau bisa menemuinya karena aku memang tidak pernah melarangmu atau siapa pun untuk bertemu dengan Bella. Hanya saja, peringatan dariku cuma satu. Tolong, jangan mengungkit atau memaksa Bella untuk mengingat apa-apa yang telah dia lupakan. Bella itu keras kepala dan takutnya, dia akan memforsir otaknya untuk mengingat semua itu. Padahal, tekanan seperti itu sama sekali tidak baik untuk kesehatannya. Ada kerusakan di bagian otak dan bisa berakibat pada amnesia permanen.” Suara Mike yang terdengar di tengah ruangan tempat Jasmine menetap sementara, selama Bella dirawat, pun membuat semua orang yang berada di sana terdiam termasuk Dave yang menjadi objek utama dalam pembahasan ini. Sebelumnya, Peter memberitahu Mike untuk meyakinkan Dave lagi melihat Dave yang begitu terluka atas kejadian ini. Jelas pemandangan yang dia lihat semalam, tidak bisa dia biarkan terjadi terus menerus karena akan membuat Dave terpuruk sendiri. “Sekarang aku ingin mengatakan padamu untuk bersabar. Semoga saja, Bella bisa mengingat semuanya dalam waktu dekat. Karena sungguh, semua ini hanya akan berakhir jika Tuhan sudah menghendakimu dan Bella bersama.” Perkataan Mike selanjutnya, sontak membuat Dave berhenti mengetuk-ngetuk meja di depannya yang dia lakukan sejak tadi. Pandangannya memang menunduk dalam karena dia tidak mau orang lain melihat bagaimana kacaunya dia sekarang. Akan tetapi, otak kecilnya tentu saja masih bisa menangkap dengan jelas sekaligus merekam semua hal yang Mike katakan padanya. Bella, sabar, takdir dan juga kehendak Tuhan, rasanya selalu berhubungan dan melekat erat dalam setiap kisah cintanya dan Isabella. Sejak dulu, tidak ada kata mudah dalam mendapatkan Bella. Dia selalu dihadapkan dalam rintangan terberat yang kadang kala membuatnya berpikir untuk menyerah karena Tuhan terlalu menjaga Bella dari pria berengsek seperti dirinya. Mungkin, Bella terlalu istimewa dan untuk mendapatkannya pun diperlukan sebuah perjuangan yang berdarah-darah. Dave menghela napasnya pelan. Setelah perkataan Mike tadi, ruangan ini begitu sunyi pertanda tak ada yang mau berbicara lagi. Nyatanya, mereka semua menunggu keputusannya dan bagaimana dia akan mengambil sikap. “Daddy memberitahuku jika kita akan membuatkan kisah baru yang memungkinkan membuat Bella percaya jika kita mengenalnya. Bella akan tinggal di rumah lama Daddy, dan aku pun ingin Bella bekerja di perusahaanku. Entah sebagai apa, kalian bisa mengaturnya sendiri. Dan aku sudah memutuskan untuk tak menemui Bella sampai waktu yang tidak bisa aku tentukan. Mungkin selama beberapa hari dan selama itu, maka kalian semua yang bertanggung jawab untuk menjaganya. Untuk sementara waktu, aku ingin pergi. Aku ingin mencari ketenangan yang tidak bisa aku dapatkan di sini.” “Kau ingin pergi ke mana, Dave?” setelah keputusan Dave yang ditunggu-tunggu mereka dengar, sontak saja Jasmine bertanya ke mana putra sulungnya itu akan pergi mengingat semua ini begitu rumit. Dia takut, Dave melakukan sesuatu yang aneh dan berbahaya untuk dirinya sendiri karena biasanya, Dave akan menyalahkan dirinya sendiri untuk apapun yang terjadi pada Isabella. Jasmine mendekati Davio kemudian mengusap punggung tegapnya yang selalu kokoh walau diterpa badai sebesar apapun itu. “Tolong, jangan membuat Mommy semakin khawatir. Insiden yang terjadi pada Bella saja sudah membuat Mommy tak berdaya. Dan sekarang, kau malah ingin pergi. Kau tidak sedang merencanakan sesuatu yang aneh dan menyakiti dirimu sendiri ‘kan?” yang namanya seorang ibu, pastilah akan menjadi orang pertama yang menaruh rasa khawatir ketika sang buah hati menghadapi masalah pelik seperti ini. Jasmine, tentu saja tak akan membiarkan Dave merasa sendiri. Apapun yang terjadi, mereka akan menghadapi ini bersama. Dave meraih tangan ibunya kemudian mengusap punggung tangan itu dengan pelan. Cukup, dia memberitahu ke mana dia akan pergi. Perihal apa saja yang akan dia lakukan di sana, cukup dirinya yang tau. “Jangan khawatir, Mom. Aku hanya akan pergi ke London untuk tinggal bersama Angel, dan aku akan baik-baik saja di sana. Dalam beberapa hari ke depan aku akan kembali dan sebelumnya, aku ingin melihat Bella.” “Kapan kau akan pergi?” tanya Peter yang mengerti maksud dari keputusan Dave ini. “Hari ini juga. Setelah aku melihat Bella percaya pada kalian semua,” jawab Dave lugas. Semua orang harus melihat bagaimana kuatnya dia dalam menghadapi masalah ini. “Baiklah. Kalau begitu, mari kita temui Bella dan ceritakan kisah baru yang sudah kita buatkan untuknya.” Lanjut Peter sebelum rapat singkat mereka berakhir. Mike yang punya kebebasan untuk bertemu Bella kapan saja, berada di barisan paling depan. Menyusul Peter dan Jasmine, kemudian Davio yang menghentikan langkahnya sampai di depan ruangan itu saja. Dia memang sengaja menjaga batasannya sampai di sana. Akan tetapi, dia tak perlu khawatir karena jarak pandangnya untuk melihat Bella tak lagi terbatas begitu gorden yang menutupi jendela telah dibuka. “Selamat pagi, Bella,” sapa Mike begitu dia memasuki ruangan Bella dirawat dan melihat kondisi Bella yang nampak lebih baik dari kemarin. Raut wajah wanita itu tak lagi pucat sehingga tak begitu mengkhawatirkan. Meskipun perban di kepala Bella belum dilepas dan masih ada beberapa lebam yang terlihat di beberapa titik kulit putihnya, juga luka-luka kecil yang belum mengering, dia mengakui jika wanita itu begitu tangguh karena bisa bertahan sampai detik ini juga menahan semua rasa sakit itu sendiri tanpa mengeluhkannya pada orang lain. Saat ini, bahkan Bella sudah terlihat seperti pasien biasa yang tak menderita luka serius. Wanita itu tak lagi berbaring di atas brankar dengan kondisi lemah, melainkan berposisi setengah duduk dan menunjukkan senyuman yang begitu meyakinkan jika Bella sudah baik-baik saja. “Selamat pagi juga, Dokter, “ jawab Bella dengan ramah. Sebelumnya, para perawat sudah membantunya mencuci muka dengan saputangan yang dibasahi air hangat sehingga, dia merasa tak begitu buruk. Apalagi ketika berhadapan dengan pasangan suami istri yang sejak kemarin berada di sekitarnya. Entah siapa mereka, yang jelas dia tau jika pasangan suami istri itu mengenalnya. “Bagaimana perasaanmu sekarang? Lalu, apa kepalamu merasa sakit lagi?” tanya Mike sembari melakukan serangkaian pemeriksaan terhadap Bella. Sebelum pada tujuan Peter dan Jasmine yang ingin menceritakan tentang kisah buatan mereka pada Bella, tentu saja dia harus memastikan jika kondisi Bella memungkinkan untuk menerima semua hal yang akan didengarnya. “Aku merasa lebih baik, Dokter. Dan kepalaku tidak sakit lagi kecuali saat aku berusaha untuk mengingat.” “Bukankah sudah aku peringatkan untuk berhenti berpikir dengan keras? Kondisimu dan juga otakmu, tidak bisa kau forsir, Bella. Itu tidaklah baik. Atau kau mau, amnesia seumur hidupmu?” Mike sengaja memotong perkataan Bella tadi. “sungguh, kau tidak perlu berusaha untuk mengingat apa-apa yang sudah kau lupakan, karena tindakanmu itu hanya akan berimbas pada rasa sakit. Suatu hari nanti, ingatanmu pasti akan kembali asalkan kau sudah benar-benar sehat. Lagi pula, kehilangan ingatan tidak membuatmu kehilangan status atau hidupmu. Seseorang yang mengenalmu selalu berada di sini dan memantau kondisimu.” Sebuah kode sudah Mike berikan pada Peter dan Jasmine untuk memulai rencana yang sudah mereka buat. Dia telah memastikan kondisi Bella baik-baik saja untuk mendengarkan kisah hidupnya. Wanita itu tak memiliki riwayat penyakit jantung, sehingga semuanya aman terkendali. “Lihat, mereka berdua mengenalmu dan tau bagaimana hidupmu selama ini, Bella. Jadi, jangan khawatir jika hidupmu berakhir hari ini.” Lanjut Mike dan di detik selanjutnya, Peter dan Jasmine telah menjadi pusat perhatian Bella yang menatap mereka dengan sorot mata sayu penuh harap yang dia tunjukkan. “Benar kalian berdua mengenalku?” Pertanyaan Bella, jelas membuat Jasmine menganggukkan kepala dengan cepat. “Kau adalah Isabella yang biasa kami panggil Bella. Kita mengenali satu sama lain dengan baik karena kau adalah salah satu karyawan di perusahaan kami. Kami juga tau di mana rumahmu dan bagaimana keseharianmu setiap harinya,” jawab Jasmine dengan raut wajah girang. Melihat bagaimana Bella begitu berharap padanya, rasanya Bella akan mudah dibuat percaya dalam setiap cerita yang akan dia katakan. Lagi pula, memang kepercayaan Bella lah, yang menjadi tujuannya sekarang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN