14.Isshy

2017 Kata
Gwen keluar dari mall tersebut dengan hati kesal. Entah kenapa ia malah kesal dengan sikap Akash yang meninggalkannya begitu saja. Naila yang mengikutinya terlihat lelah di belakang Gwen dan duduk di salah satu bangku yang berada tak jauh dari area mall tersebut. Gwen terus berjalan hingga ia menghentikan langkahnya memandang ke arah Naila yang tampak mengipasi wajahnya dengan tangan. Ia berbalik dan mendekati sahabatnya yang terlihat kelelahan. "Loe kok berhenti sih?" tanya Gwen ikut duduk di samping Naila. Gadis itu mencebikkan bibirnya marah. "Gue baru tahu kalau loe itu tega, bisa-bisanya loe ngajakin gue keluar begini tapi gak di kasih minum dan makan. Gue capek Gwen, gue lelah, dan gue laper!" ucap Naila tersenyum di ujung nada bicaranya. Gwen memutar bola matanya lalu berdiri mengajak Naila pergi. "Ya udah, ayok. Makan apa nih maunya? Gak usah yang mahal-mahal uang jajan gue udah menipis!" ucap Gwen sambil berjalan meninggalkan Naila. Naila mengikuti Gwen yang berjalan lebih dulu. "Pelit amat, anak pengusaha juga, loe jangan pelit-pelit, entar gue resign nih jadi temen loe!" Gwen menautkan alisnya menatap Naila yang berbicara percaya diri. "Ya udah, kenapa gak resign dari sekarang aja. Kenapa mesti nanti-nanti, loe pikir gue gak rugi punya temen kaya loe yang minta traktiran doang!" Naila melotot menatap Gwen yang berkata dengan nada kesal. "Ihh, Gwen gue bercanda nih, kenapa loe serius banget sih? Kenapa? Loe kesel di tinggalin jodoh loe itu!" Gwen menghentikan langkahnya menatap sinis Naila. "Enggak, kenapa gue kesel di tinggalin dia. Orang kita aja gak ada apa-apa. Terserah dia, dan terserah gue, mau kemana dia juga gue gak perduli!" teriak Gwen di hadapan Naila. Naila melipat kedua lengannya di dadaa sambil memicingkan matanya menatap Gwen di hadapannya. "Jadi, kenapa loe marah dan ngotot ngomongnya. Biasa aja kali, atau jangan-jangan loe marah ya di tinggalin tanpa kejelasan!" tunjuk Naila tepat didepan wajah Gwen. Gadis itu mengerjabkan matanya mendengar tuduhan yang Naila ucapkan untuknya. Gwen juga tidak mengerti mengapa ia bisa sekesal ini karena Akash pergi begitu saja. Gwen menghembuskan nafasnya lalu menatap Naila lekat. "Udah, gak usah bahas-bahas dia di hadapan gue lagi, loe mau makan atau mau mati?" ancam Gwen membuat Naila menangkupkan kedua tangannya meminta maaf. "Ya deh, maaf, gue mau makan lah, masa mau mati. Belum taubat gue!" Gwen mencebikkan bibirnya lalu kembali berjalan. Ponselnya seketika berbunyi membuat Gwen merogoh ponselnya lalu melihat nama 'Mesuum' tertera disana. Gwen melotot menatap ponselnya ia menolak panggilan dari Akash, dan entah apa sebabnya. "Kok di tolak, marah ni yeee!" Gwen melirik Naila di sampingnya dengan tatapan membunuh. "Diem loe, berisik!" Gwen kembali melanjutkan langkahnya dan menghentikan taksi yang lewat. Naila mengikuti Gwen yang masuk kedalam taksi ia akan mengikuti kemana gadis itu pergi. "Jalan Pak!" Gwen tampak melirik ponselnya yang kembali berbunyi dan menunjukkan nama seseorang yang ia tolak barusan. Gwen melirik Naila yang tersenyum sambil menaik turunkan alisnya mengkodenya untuk mengangkat panggilan itu. Gwen menghembuskan nafasnya dan mengangkat panggilan tersebut. "Ada apa?" jawab Gwen dengan nada ketus. "Kamu dimana?" "Seharusnya dimana?" tanya Gwen balik, ia tak mengerti mengapa bersikap seperti kekasih yang sedang ngambek pada pacarnya. "Maaf, tadi aku ada keperluan mendadak, katakan kamu dimana, aku dan Isshy akan menjemputmu!" Gwen menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Akash. "Aku sedang dalam perjalanan!" ucap Gwen masih dalam mode cuek. "Kemana?" tanya Akash lagi. "Salah satu Cafe!" "Sebutkan, aku akan kesana!" "Untuk apa?" tidak ada jawaban, Akash tampaknya juga bingung dengan ucapannya. "O-oh, Isshy ingin bertemu denganmu!" jawab Akash akhirnya. "Oke, baiklah. Karena aku gadis yang baik hati, dan suka dengan anak-anak, aku akan kirimkan alamatnya nanti!" jawab Gwen sambil melirik Naila yang tampak menyimak pembicaraan keduanya. "Baiklah, aku tunggu!" Gwen menutup ponselnya lalu melirik sahabatnya yang tengah menahan senyumnya. "Ciee, mau ketemu lagi!" Gwen mencebikkan bibirnya mendengar Naila menggodanya. "Semua ini karena Isshy, kalau dia tidak aku juga gak mau!" Naila tampak mengangguk tapi tidak yakin, ia yakin sahabatnya mulai tertarik pada Akash. Mereka tiba di salah satu cafe yang memang sengaja Gwen ingin kunjungi. Akash dan Isshy terlihat sudah lebih dulu tiba di sana. Isshy langsung berlari mendekati gadis itu yang ia anggap sebagai ibunya. "Mommy!" pekik Isshy membuat Gwen tersenyum lebar menyambut gadis kecil itu. Isshy menarik Gwen untuk duduk di sampingnya. Gwen menuruti kemauan gadis kecil itu dan duduk di dekat keponakan Akash itu. "Mommy, tadi Isshy dan Daddy hampir saja menabrak mobil!" celoteh gadis itu membuat Akash melirik putrinya dan Gwen menatap Akash dengan penuh tanya. "Kok bisa?" pertanyaan itu keluar dengan tatapan tertuju pada Akash. "Owh, itu. Aku sedikit lelah jadi meleng!" Gwen hanya menghela nafasnya lalu menatap Isshy kembali. "Apa Isshy tidak terluka?" tanya Gwen dengan nada lembut. "Tidak Mommy, tapi Isshy terkejut, Mommy mau kan ikut bersama kami nanti. Isshy pingin tidur bersama Mommy, apa Mommy belum selesai bekerjanya?" Gwen tersenyum canggung, ia mengusap kepala Isshy dengan kasih sayang. Rasa kasihan menatap binar kebahagiaan dan penuh harapan dari mata kecil itu membuat Gwen seakan berdosa sudah berbohong pada Isshy. Jika ia tidak berkata sebenarnya, ia akan selalu dianggap mommy pada gadis kecil itu. Gwen melirik Akash yang juga menatapnya. Gwen menatap Akash berbicara lewat matanya untuk menjelaskan pada putrinya. "Sayang, tidurnya sama Daddy saja ya?" Isshy menatap ayahnya lalu menggeleng. "Gak mau!" jawabnya cepat. "Kenapa sayang?" tanya Gwen bingung. "Daddy selalu pergi saat Isshy terlelap. Isshy selalu takut tidur sendiri, tapi Daddy selalu tinggalin Isshy sendiri!" Akash menghela nafasnya, ia menatap putrinya dengan tatapan sedih. "Daddy akan temani Isshy sampai pagi, sekarang kita pesan makanannya ya?" ucap Akash mencoba menyudahi pembahasan ini. "Tapi Isshy mau Mommy Gwen temani Isshy!" ucap gadis kecil itu kembali. "Oke, Mommy akan temani kamu sayang!" Isshy tersenyum lebar lalu memeluk tubuh Gwen. Gwen hanya bisa melirik Akash yang tampak diam menatap keduanya. Naila hanya menjadi pemerhati disana, hingga pesanan mereka tiba. *** Sabrina menyetir mobil membawa Kalila yang terlihat tidak baik-baik saja. Wanita itu terlihat lesu dan tidak bersemangat setelah kembali dari toko buku tadi. Sabrina sesekali melirik Kalila yang terlihat mengurut dahinya. "Mau mampir dulu mbak? Atau mbak butuh sesuatu?" tanya Sabrina pada kakaknya. "Tidak Sabrina, kita pulang saja!" ucap Kalila sambil memangku putra Sabrina yang masih balita. "Mbak beneran baik-baik aja? Atau kita mampir ke rumah sakit dulu?" tawar Sabrina membuat Kalila menatapnya aneh. "Mbak gak apa-apa Sabrina, kamu ini ada-ada saja, emang Mbak kenapa?" Sabrina menghela nafasnya sambil fokus menyetir mobil. Ia tidak bisa berkomentar tentang masalah hidup Kalila. Semuanya sudah berusaha untuk mencari yang terbaik dan menemukan Tomi. Tapi tidak ada hasilnya, Tomi entah pergi kemana. "Apa pria tadi Tomi ya Mbak?" Kalila langsung menatap Sabrina dengan tatapan terkejut. "P-pria, pria mana?" tanya Kalila mencoba menutupi apa yang terjadi padanya. "Pria yang berada di toko buku tadi, sepertinya dia Tomi Mbak, mukanya mirip banget kok. Sabrina masih ingat Mbak, saat dia datang ke rumah sakit membawa putrinya, hanya sedikit yang berbeda dari Tomi dan pria itu!" Kalila mengerutkan dahinya mendengar ucapan Sabrina. "Apa?" tanya Kalila penasaran. "Dia lebih dewasa dan berkharisma, sepertinya Sabrina tidak asing dengan wajahnya. Sepertinya dia beneran Tomi deh Mbak!" Kalila mengerut dahinya yang terasa semangkin pusing. Ia juga tidak tahu itu Tomi atau Akash, produser ternama di negeri ini. "Kalau kamu merasa gak asing, mungkin kamu memang pernah lihat dia di acara TV. Dia seorang Produser!" jawab Kalila tanpa menatap Sabrina. Sabrina melirik kakak sepupunya yang tampak merenung. Sabrina mencoba fokus menyetir sambil memperhatikan Kalila. "Pantes aja, kaya pernah liat wajahnya, selain mirip dengan Tomi. Mbak mau aku minta Ayaz buat cari keberadaan Tomi?" Kalila menatap Sabrina dengan tatapan tidak terbaca. Ia mengerjabkan matanya lalu mengatur posisi duduknya. "Gak usah, nanti ngerepotin Ayaz. Dia sudah terlalu banyak pekerjaan Sabrina!" Sabrina menggelengkan kepalanya. "Gak perlu mikirin itu Mbak, Ayaz punya caranya sendiri. Nanti aku coba ngomong deh sama dia!" Kalila tidak mengiyakan namun tidak menolak ucapan Sabrina. Semua ia serahkan pada Sabrina saja. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan nanti, jika ia bertemu Tomi dan pria itu sudah berkomitmen dan memiliki istri. "Mbak dan Mas Ardan gimana? Sudah nentuin mau gimana pesta pernikahannya?" tanya Sabrina mencoba mengalihkan pembicaraan tentang Tomi. Kalila menghela nafasnya memijit dahinya yang semangkin pusing. Mendengar nama Ardan, ia baru teringat dengan pria itu, tunangannya yang selalu pengertian dan perduli padanya. "Kami belum menentukan apapun!" ucap Kalila dengan lirih. Sabrina melihat wajah kacau Kalila dan tidak ingin menambah beban saudarinya. Ia tidak melanjutkan percakapan itu dan fokus menyetir membawa mereka menuju kediaman orang tua mereka. Akash beserta Gwen tiba di kediaman pria tersebut. Naila sudah lebih dulu mereka antar kembali kerumahnya. Gwen sudah menghubungi orang tuanya jika ia pergi bersama Akash. Isshy keluar dengan riang dari mobil dan tak mau lepas dari Gwen. Mereka memasuki rumah bertingkat itu lalu duduk di sofa untuk merebahkan tubuh yang sedikit lelah. Akash tampak membawa belanjaan yang mereka beli di toko buku tadi. Surti langsung menyambut mereka dan mengambil bawaan Akash. Pria itu ikut bergabung bersama dengan para gadis yang berada di hadapannya. "Mau minum sesuatu?" tawar Akash pada Gwen. Gwen menggelengkan kepalanya. "Gak usah, nanti kalau aku mau. Aku ambil sendiri deh!" Akash mengangguk lalu hendak berdiri meninggalkan mereka. Tapi suara pintu terbuka dan langkah seseorang membuat mereka menoleh kearah pintu utama. Ibu Akash terlihat masuk kerumah Akash membuat Gwen dan Akash tampak terkejut. "Tante!" Gwen berdiri menyambut kedatangan wanita yang ia kenal adalah ibu Akash. Ibu Akash terlihat tersenyum kearah Gwen lalu melirik sinis kearah putranya. "Mami!" ucap Akash lirih. "Surti," panggil Wirna mencari asisten rumah tangga Akash. Akash merasakan firasat tidak enak dengan kedatangan sang ibu di kediamannya. "Ya, Nyonya!" ucap Surti saat berada di hadapan Wirna. "Bawa anak ini ke kamarnya!" Wirna melirik Isshy yang sedang sembunyi di balik tubuh Gwen. Anak kecil itu terlihat takut melihat neneknya sendiri. "Ayo Non, kita kekamar yuk!" ajak Surti membuat Isshy langsung ikut dengan wanita yang sudah menjadi pengasuhnya selama ini. Gwen melirik Isshy dan Surti yang menaiki anak tangga, ia melirik ibu Akash yang tampak sedang marah. Gwen merasakan suasana menjadi tegang diantara mereka bertiga. "Gwen sayang, pulanglah. Supir Tante akan mengantarkan kamu!" Gwen melirik Akash, ia belum menepati janjinya dengan Isshy untuk menemani gadis itu tidur. Akash terlihat mengangguk menjawab tatapan Gwen. "Baiklah Tante, kalau begitu Gwen pulang ya!" pamit Gwen pada ibu Akash. "Ya, hati-hati sayang!" ibu Akash memeluk tubuh Gwen dan sekedar cium pipi kanan dan kiri Gwen. Gwen berjalan keluar menjauhi mereka. "Kamu ikut Mami, Kita harus bicara!" Gwen berhenti berjalan, ia menoleh kebelakang melihat Akash dan ibunya berjalan masuk kedalam ruangan yang Gwen sendiri tidak tahu. Karena rasa penasaran di dalam hatinya, ia bukan malah pergi tapi ikut berjalan mengikuti Akash dan ibunya. Ia berdiri di dekat pintu yang tidak tertutup rapat itu. "Plak!" suara tamparan begitu keras terdengar oleh Gwen. Gwen menutup mulutnya merasa terkejut. "Sudah berapa kali Mami bilang, jangan membawa anak sialan itu bertemu Gwen. Mami sudah cukup sabar Akash, apa yang kamu inginkan sebenarnya?" tanya Wirna dengan nada emosi. "Namanya Isshy Mi, dia cucu Mami, bukan anak sialan!" hanya itu yang Akash ucapkan membuat Wirna mengepalkan tangannya. "Aku tidak punya cucu dari hubungan di luar pernikahan. Apa kamu tidak mengerti Akash, Mami sangat tidak mau keluarga Gwen tahu jika kamu memiliki anak itu. Sudah berapa kali Mami bilang, kenapa kamu masih saja melanggar hal ini. Apa aku harus membuangnya dulu baru kamu mengikuti ucapan Mami!" teriak Wirna begitu keras. Tentu saja terdengar oleh Gwen. Isshy, cucu, anak Akash, hubungan di luar pernikahan. Semua itu berputar di kepala Gwen. Apa yang Akash sembunyikan dari orang lain. Mengapa sang ibu membenci Isshy batin Gwen terkejut. "Berhenti memata-mataiku Mi, aku tahu apa yang aku lakukan!" ucap Akash masih dalam mode dinginnya. Wirna menghela nafasnya kasar melipat kedua lengannya di dadaa. "Berhenti bersikap bodoh Akash, Mami mengawasi kamu agar kamu tidak salah melangkah lagi, apa Gwen tahu anak itu adalah putrimu?" tanya Wirna membuat Gwen yang masih berada di luar cukup terkejut dan tak menyangka, jika Akash adalah pria yang memiliki seorang anak. Apakah Akash adalah seorang duda, apa itu yang orang tua Akash coba tutupi, Gwen berjalan menjauhi ruangan itu. Ia tidak bisa berpikir jernih, dan mengapa orang tua Akash menginginkan Akash berbohong tentang statusnya. Gwen tidak mengerti dengan semua ini, lebih baik ia pulang dan berpikir. _______________________________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN