7.Ishhy

1250 Kata
Suara tepuk tangan para tamu undangan dan keluarga mengudara di ruang terbuka halaman belakang rumah Amier Husein. Kalila dan Ardan resmi bertunangan setelah saling bertukar cincin. Wajah bahagia para keluarga di sambut haru oleh keluarga Kalila. Wanita berkerudung itu tampak bahagia dengan balutan gamis yang menutupi tubuhnya serta hijab yang sangat serasi di wajahnya. Sabrina dan Ayaz mendekati pasangan bahagia malam ini. Sabrina memeluk Kalila yang tampak sudah berkaca kaca. "Jangan nangis dong Mbak, nanti make-upnya luntur, sayang dong!" Kalila mengangguk lalu mengadahkan wajahnya agar air mata yang hendak luruh masuk kembali. "Terimakasih sayang!" Kalila memeluk Sabrina untuk yang kedua kalinya. Sabrina menyambut pelukan hangat itu kembali. "Untuk apa sih Mbak, Sabrina gak ngelakuin apa apa. Di ucapin terimakasih!" Kalila tertawa mendengar ucapan Sabrina. "Karena kamu, semua kebaikan ini jadi datang dalam bersamaan!" Sabrina tersenyum menenangkan. Ia merangkul tubuh Kalila mendekatkan padanya. "Mbak ini ngomong apa sih, semua kebaikan yang ada saat ini karena Allah, dan itu semua karena kita selalu berbuat baik membuat kebaikan selalu datang pada diri kita!" Kalila mengangguk mengerti. Anak kecil berjalan mendekati mereka merengek di bawah kaki Sabrina. "Mama, Abqar mau itu!" tunjuknya pada kue tart yang tertata rapi di meja sebagai lambang pertunangan Kalila. "Minta sama Mami Kalila dong!" Sabrina melirik Kalila disampingnya. Putra pertama Sabrina itu tampak melirik Kalila juga, Kalila tertawa lalu membawa Abqar agar mendekat padanya. "Abqar mau yang mana sayang, ayo tunjukin sama Mami!" anak kecil itu langsung mengarahkan tunjuknya pada kue tart bertingkat dihadapan mereka. "Oke boy, kita ambil kesana ya!" Sabrina tersenyum kearah Kalila dan putranya. Ayaz mendekati istrinya, ia sedang membawa bayi laki laki baru berusia satu tahun. Bayi aktif itu adalah putra Sabrina yang kedua. Ayaz memberikan bayi itu pada ibunya karena terlihat kewalahan. "Kenapa di berikan sama aku sih Mas!" Ayaz menatap istrinya dengan tatapan melotot. "Kamu kan ibunya!" "Kamu kan ayahnya!" Ayaz memutar bola matanya mendengar ucapan istrinya. Ternyata Sabrina mulai jadi istri pembangkang. "Anak kamu terlalu aktif, susah Mas megangnya!" jawab Ayaz lagi, Sabrina hanya mencebikkan bibirnya. "Kan bisa kasih sama Mama, kenapa kasih ke aku sih!" "Sabrina!" "Lihat nih, baju Sabrina berantakan kalau gendongin dia, Sabrina juga mau cantik dong!" Ayaz menghela nafasnya mendengar ucapan istrinya. "Ya, salam, kamu mangkin hari mangkin cerewet ya," "Makannya besok besok jangan nambah anak cepet banget, Mas aja gak mau jagain, aku mau kasih ke Mama dulu!" Ayaz menatap istrinya yang berjalan meninggalkannya dengan tatapan tak percaya. Kemana istrinya yang lemah lembut dan kalem, mengapa sekarang berubah jadi genit dan cerewet. *** Akash memasuki rumah yang tampak tidak terlalu besar, ia memarkirkan mobilnya di garasi rumah tersebut. Setelah menghabiskan makan malamnya dengan keluarga Gwen. Akash kembali kerumah miliknya sendiri. Ia tidak pernah mau tinggal bersama orang tuanya sebelum orang tuanya mengakui Isshy sebagai cucunya. Mengingat hal itu selalu membuat Akash merasa bersalah pada putrinya. hanya ia yang bisa memberikan kasih sayang yang tulus pada putrinya. Di tengah kesibukannya, Akash selalu menyempatkan untuk melihat Isshy dan mencari tahu perkembangannya di sekolah. Satu yang membuat Akash sedih, pertanyaan yang berulang ulang, dimana ibuku, siapa ibuku dan apakah ibuku masih hidup. Akash tidak bisa menjawab hal itu, satu yang ia sadari. Seegois egoisnya Akash, putrinya tetap membutuhkan sosok wanita sebagai seorang ibu. Karena itulah Akash tidak menolak keinginan orang tuanya untuk menjodohkan dirinya. Ia tidak ingin memberikan sosok wanita sembarangan terhadap putrinya. Meskipun semua ini di lakukan dengan status kebohongan. Orang tua Akash selalu mengatakan jika dirinya seorang lajang, belum menikah. Ya, Akash memang belum menikah, tapi ia bukan seorang lajang, dirinya seorang ayah yang memiliki anak berusia lima tahun. Yang sampai detik ini masih tidak di ketahui oleh publik. Akash akan setuju dengan perjodohan yang orang tuanya lakukan, hingga nanti siapa yang bisa menerima putrinya sebagai putrinya sendiri, baru Akash akan menikahi wanita itu. Akash masuk kedalam rumahnya dan mendengar Surti dan Diman sendang membujuk Isshy yang mengunci dirinya di kamar. "Non, ayo buka pintunya, nanti Bibi Surti yang nemenin di sekolah, gak usah takut gitu dong, kan masih ada Bik Surti!" Akash selalu tahu apa yang terjadi, pasti sesuatu hal yang sama, tentang ibu. Ia mendekati kedua orang yang setia menjaga putrinya saat ia tidak ada disana. Surti menyadari kedatangan Akash dan begitu juga Diman, mereka berdua mundur dari pintu itu mempersilahkan Akash untuk membujuk putrinya. "Isshy, ini Daddy, buka pintunya!" tidak ada jawaban sama sekali, Akash menatap kedua orang yang masih berdiri disana. "Apa dia sudah lama berada di dalam?" tanya Akash kepada dua orang pekerjanya. "Belum terlalu lama Tuan," jawab Diman kepada Akash, pria itu mengangguk mengerti. "Isshy, buka pintunya sebentar, Daddy mau bicara, katanya kamu mau Daddy selalu ada di rumah bersamamu, atau Daddy pergi lagi deh, kalau kamu gak bukain pintunya!" masih belum ada jawaban, tapi suara kunci di buka membuat semua orang disana tersenyum. Akash menyuruh kedua orang itu pergi, dan ia masuk kedalam kamar putrinya. Isshy tampak berbaring membelakangi tubuh Akash. Gadis kecil itu tampak sedang marah pada siapapun. Akash mencoba membujuk putrinya. Ia meraih tubuh kecil itu agar menghadap kearahnya. Akash terkejut melihat Isshy tampak habis menangis, ia mengusap wajah putrinya lalu memeluk tubuh kecil itu dengan sayang. "Ada apa? Kenapa anak Daddy mengurung diri di kamarnya!" Isshy menangis sambil memeluk sang ayah. "Daddy, Isshy benci dengan hidup Isshy, kenapa Tuhan memberikan Isshy hanya seorang Daddy, tidak bersamaan dengan Mommy, teman teman Isshy semuanya punya Mommy!" Akash mengadahkan kepalanya, merasakan sesak di hatinya. Haruskah Akash katakan jika ia masih memiliki ibu. "Tidak boleh marah pada Tuhan sayang, masih syukur Isshy punya Daddy, di luar sana banyak yang tidak punya Daddy dan Mommy!" Isshy semangkin mengeratkan pelukannya pada ayahnya. "Mereka juga memiliki Kakek dan Nenek, tapi Isshy tidak!" Akash menunduk melihat wajah putrinya. Ia sedih, sangat sedih mendengar ucapan itu. Andai saja waktu itu, ia tidak marah dan mengikuti ego. Mungkin saja Akash bisa memberikan Isshy kehidupan yang lebih baik. Sebuah pengakuan, hal yang paling menyedihkan dalam hidup adalah tidak di akui. Jika saja Isshy tumbuh diantara keluarga Kalila, mungkin ia akan lebih mendapatkan kasih sayang meskipun dirinya tidak ada disisi putrinya. "Isshy juga!" jawab Akash pelan. Gadis kecil itu menggeleng mendengar ucapan ayahnya. "Isshy tidak punya, Nenek bahkan tidak mau menatap kearah Isshy!" Akash tersenyum pilu. Mengapa rasanya sesakit ini mengetahui putrinya tidak di akui kedua orang tuanya. "Nenek hanya tidak tahu Isshy berada disana!" jawab Akash asal mencoba mencairkan suasana. Isshy semangkin memeluk ayahnya. "Daddy!" "Ya!" "Apa rasanya memiliki seorang ibu?" Akash tersenyum kecut mendengar pertanyaan putrinya. Pertanyaan kecil yang mampu membuat hatinya berdenyut nyeri. "Selalu merasa tenang dan damai, saat kita memiliki seorang ibu begitu juga dengan seorang ayah. "Tapi Isshy lebih suka memiliki Ibu!" jawab putrinya dengan wajah sedih. Akash tertawa lalu memangku putrinya. "Jadi Isshy tidak suka punya Daddy?" Isshy menunduk sedih di hadapan Akash. Pria itu tampak menghela nafasnya mengusap rambut putrinya. "Suka, tapi lebih suka Mommy!" "Kenapa?" "Karena Mommy tidak akan pergi kemanapun seperti Daddy, Mommy akan selalu menemani Isshy sepanjang hari dirumah, besok ada perlombaan menari, setiap anak dan ibunya harus menari bersama, sementara Isshy tidak punya Mommy, Isshy harus menari dengan siapa?" gadis kecil itu menatap sang ayah dengan tatapan berkaca kaca. Akash menarik putrinya kedalam pelukannya. Ia selalu kuat setiap masalah menghadapinya. Tapi ia lemah setiap Isshy, putrinya mengeluh dan bercerita tentang masalahnya. Akash ingin menangis, karena ketidakberdayaannya untuk bersama putrinya seperti seorang ibu. "Masih ada Bik Surti!" jawab Akash lirih. "Isshy tidak mau Daddy, Isshy maunya Mommy bukan Bik Surti!" Akash menghela nafasnya mendengar ucapan Isshy, harus kah ia minta tolong pada gadis labil itu. Akash mengusap wajahnya kasar. __________________________________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN