Acara pertemuan makan malam itu akhirnya tiba. Gwen sudah sangat cantik menggunakan gaun berbentuk A line berwarna hitam dengan aksen brokat dibagian atasnya. Gwen berjalan dengan lesu mengikuti langkah kedua orang tuanya. Mama Gwen menatap putrinya sambil geleng kepala, sungguh siapapun yang melihatnya. Gwen terlihat sangat cantik dan lebih dewasa, mata yang memandang pasti menatap Gwen kembali. Sang mama mendekati Gwen yang tertinggal jauh karena gadis itu berjalan sangat lambat. Sementara sang ayah menunggu kedua wanita itu di ujung lift yang akan membawa mereka pada jamuan makan malam.
"Kamu ini berubah jadi males jalan, hem!" Gwen memutar bola matanya lelah melihat kearah ibunya.
"Bukan males jalan Ma, Gwen males tahu kalau di jodoh jodohin begini, Gwen masih bisa cari calon suami sendiri Ma, kaya gak laku aja!" gerutu Gwen sambil mempercepat jalannya karena di tarik sang mama.
"Kamu lihat dulu orangnya, nanti baru pamerin sama temen temenmu, kalau kamu dapet calon suami tampan dan kaya!" Gwen nyengir mendengar sang ibu bicara. Gadis itu menghentikan langkahnya membuat sang mama menatap Gwen dengan dahi berkerut.
"Tampan dari mana, umurnya saja sudah 35 tahun, itu seperti paman Gwen Ma, bukan calon suami!" mama Gwen kembali menarik putrinya mendekati suaminya.
"Lihat dulu orangnya, baru di nilai cocok di jadiin paman atau imam!" Gwen menghembuskan nafasnya sambil meniup niup poninya yang tidak ada karena sudah di gulung kebelakang mendengar ucapan ibunya.
"Kalau Gwen mau jadiin dia paman gimana?" mama Gwen berhenti tepat didekat suaminya lalu menatap putrinya dengan sorot tajam.
"Nih anak kamu Mas, dengar ya Gwen, ini pernikahan bukan perkuliahan yang kalau kamu tinggalin bakal Mama dan Papa cari pengganti dan orang baru. Mama gak mau kamu main main. Ngerti!" Gwen menghela nafasnya menatap ibunya berjalan masuk kedalam lift meninggalkan dirinya. Ia menatap sang ibu yang membuang wajahnya tidak ingin melihat kearah Gwen. Ayah Gwen meraih tangan putrinya lalu membawanya masuk kedalam lift. Di dalam lift Gwen terdiam memikirkan siapa calon suaminya. Mungkinkah ia seorang sultan di negara Indonesia. Mengapa untuk menjamu tamu saja harus di restoran bintang lima di sebuah hotel ternama di indonesia. Gwen semangkin penasaran dengan wujud pria yang orang tuanya jodohkan. Mereka tiba di lantai yang menuju restoran berbintang itu. Salah satu pelayang menggiring mereka setelah ayah Gwen menyebutkan kedatangan mereka dengan mengucapkan nama seseorang. Gwen hanya menurut saja, ia harus patuh dengan orang tuanya kalau tidak, mama Gwen akan berubah menjadi singa. Mereka tiba di ruangan makan yang memeliki room tersendiri. Saat masuk kedalam ruangan tersebut, tatapan Gwen tertuju pada sosok yang sedang sibuk dengan gadgetnya. Pria berpenampilan rapi, dengan setelan jas berwarna hitam, kemeja hitam serta dasi hitam. Fix sepertinya pria ini penggila warna hitam. Tapi tunggu, benarkah pria ini yang akan di jodohkan oleh Gwen, mengapa Gwen mendadak gugup setelah mengetahui calon paman, eh kalau begini bentuknya calon imam deh. Pria bersetelan jas rapi itu, belum menyadari kedatangan Gwen dan keluarganya disana. Pria tampan, dengan hidung mancung, rahang tegas, dan terlihat dagunya di tumbuhi bulu bulu halus membuat para wanita gatal ingin memegangnya. Mengapa mama Gwen tidak mengatakan saja jika calonnya seperti model Internasional. Kalau begini Gwen semangat menjadi makmumnya, batin Gwen dalam hati. Apalagi setelan mereka sudah sangat klop, sama sama memakai warna hitam.
"Akash!" panggil wanita di sampingnya yang Gwen ketahui adalah ibu pria tersebut. Siapa tadi namanya, Akash, ahh namanya saja macho dan keren, sekeren orang nya. Akash (Tomi) mengangkat wajahnya menatap ayah Gwen dan ibunya lalu berdiri menyambut uluran tangan kedua orang tua Gwen. Lalu beralih menatap Gwen yang masih terkesima dengan pria cool dihadapannya. Akash mengulurkan tangannya di hadapan Gwen, tapi Gwen tidak menyambutnya malah diam menatap wajah Akash saja. Ibu Gwen menyenggol putrinya membuat Gwen tersadar dengan lamunannya.
"Akash!" ucap Akash untuk yang kesekian kalinya sambil mengulurkan tangannya. Gwen tersenyum canggung lalu meraih tangan Akash.
"Oh, Gwen!" Akash duduk kembali diikuti para orang tua dan Gwen tentunya. Hidangan makan malam sudah tersedia, berbagai macam makanan disana sudah terhidang rapi, mulai dari seafood, daging, serta olahan sayuran, makanan pembuka, hingga terakhir makanan penutup.
"Bagaimana usaha kamu, Dandi, Lancar?" ayah Akash bertanya pada orang tua Gwen. Ayah Gwen menyudahi makanannya. Lalu menenggak air minum di hadapannya.
"Lancar, alhamdullilah!" ayah Akash mengangguk lalu memandang putranya.
"Seperti yang kita sepakati, kita akan menjodohkan putra putri kita. Apa putrimu sudah mengetahui hal ini?" tanya ayah Akash lagi, pria itu menatap Gwen membuat Gwen mengangguk kearahnya, ayah Akash tersenyum begitu juga dengan ibunya. Gwen memperhatikan pria yang akan di jodohkan dengan dirinya. Pria yang di bilang dewasa itu terlihat masih muda, Akash hanya mendengarkan pembicaraan para orang tua sambil memainkan gelas di hadapannya. Gwen selalu melirik kearah Akash tapi pria itu tidak pernah menatap kearahnya.
"Kami sudah mengatakan pada putri kami, keputusan ada pada mereka masing masing, bagaimana kalau kita biarkan mereka bicara satu sama lain?" usul ayah Gwen membuat Gwen menatap pria itu begitu juga Akash. Para ibu hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan itu.
"Tapi sebelumnya, apa Gwen sudah selesai kuliah?" pertanyaan itu keluar dari ibu Akash, ia menatap Gwen menanti jawaban.
"Belum Tante," jawab Gwen sambil menunduk malu.
"Oh begitu, tidak apa sayang, kalian bisa saling mengenal dulu, sambil menyelesaikan kuliahmu, jika kalian cocok kita akan segera atur tanggal pertunangannya!" Gwen hampir tersedak air liurnya sendiri mendengar ucapan ibu Akash.
"Secepat itu?" tanya Gwen terkejut.
"Iya sayang!" jawab mama Gwen membuat Gwen melotot. Tampan sih tampan, tapi Gwen tidak bisa secepat itu siap untuk menikah.
"Tapi Ma, Gwen gak mau ah, ini terlalu cepat Ma!" rengek Gwen kepada ibunya sambil berbisik.
"Ada apa Ren? Apa putrimu keberatan?" tanya Wirna ibu Akash.
"Oh, tidak, ia hanya ingin bicara empat mata dengan putra mu!" Wirna mengangguk sambil tersenyum.
"What, ih Mama jangan buat Gwen malu!" bisik Gwen kepada ibunya. Wirna melirik putranya. Yang tampak acuh dan biasa saja disana.
"Akash, bawa Gwen keluar, bicaralah satu sama lain!" Gwen melirik pria tersebut yang langsung berdiri lalu berjalan keluar tanpa mengajak Gwen. Ibu Gwen langsung mendorong putrinya untuk berdiri mengikuti Akash.
"Gwen, jangan buat malu Mama!" bisik mama Gwen mendorong putrinya. Gwen mencebikkan bibirnya lalu berjalan mengikuti Akash.
Akash berdiri di sebuah balkon yang berada di restoran tersebut. Ia menikmati angin malam yang menghembus kearahnya. Dari lantai 15 ia bisa melihat pemandangan kota Jakarta. Akhtar menghela nafasnya.
"Apa kau mau berdiri disana saja!" suara bariton Akash terdengar berat mengatakan hal itu, Gwen yang memang berdiri di belakang Akash langsung mendekati pria tersebut lalu memegang pinggiran besi balkon.
"Berapa usiamu?" Akash bertanya tanpa melihat kearah Gwen. Gwen melirik Akash sekilas lalu memusatkan pandangannya lurus menatap lampu lampu kota.
"23 tahun!"
"Masih muda!" ucap Akash tanpa menatap Gwen. Mengapa Gwen merasa tak suka dengan sikap Akash. Sepertinya pujian yang Gwen ucapkan tadi membuatnya menyesal melihat sikap Akash seperti ini.
"Ya, memangnya kenapa? Kamu saja yang terlalu tua untukku!" Akash menyunggingkan ujung bibirnya mendengar ucapan Gwen. Pria itu menghela nafasnya, lalu melirik Gwen yang masih setia menatapnya.
"Kalau menurutmu, saya tua. Kamu boleh mundur dari perjodohan ini, saya tidak masalah!" Gwen terkejut dengan ucapan Akash barusan, ternyata wajah tampannya itu menutupi sikap sombongnya.
"Yang mau sama kamu siapa? Dengar ya, aku itu masih muda, dan masih banyak yang mau. Aku bisa cari calon suami sendiri, tidak harus denganmu!" ucap Gwen berapi api. Akash hanya terkekeh mendengar ucapan Gwen.
"Benarkah, apa kamu pikir tidak ada yang mau dengan saya, di luar sana sangat banyak wanita yang rela membuka bajunya demi saya, bahkan mereka lebih sexy, lebih cantik, tidak seperti kamu, kecil!" Entah mengapa tatapan Akash malah jatuh pada buah dadaa Gwen. Gwen seketika reflek menyilangkan tangannya di depan dadaa karena tatapan Akash.
"Dasar sombong, m***m. Gue nyesel pernah bilang loe tampan, gue gak bakal mau nikah sama pria m***m kaya loe!" Gwen sudah berapi api menatap Akash yang hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.
"Saya tetap menerima perjodohan ini, jika kamu tidak mau, terserah. Itu urusanmu dengan orang tua mu, sebelumnya terimakasih sudah memuji saya tampan, tidak saya pungkiri, semua wanita mengakui itu!" Akash berjalan meninggalkan Gwen yang sempurna melongo menatap Akash pergi. Gwen meniup niup poninya marah karena sikap sombong Akash.
"Dasar m***m, loe pikir loe setampan itu, hah!" teriak Gwen tidak menyurutkan Akash yang berjalan menjauhinya. Demi apapun, Gwen tidak mau menikah dengan pria ini.
__________________________
Ada yg nungguin??