CHAPTER: 5
Takdir begitu sadisnya
Terhadap kehidupanku
My Wife Is Sexy
Tania menghapus kasar air mata di pipinya saat mengingat masa-masa indah dirinya dan Damian sebelum perpisahan itu namun itu hanya kenangan yang tidak akan pernah terulang kembali.
"Dasar wanita lemah, buat apa kau mengenang sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain, dulu mungkin Damian milikmu tapi sekarang Damian milik kembaranmu, Fania."
"Tapi Fania mengambil kalung itu darimu dan menemui Damian mengatakan pada Damian bahwa dirinya adalah kekasihnya yang telah lama berpisah kepada Damian dengan kalung milikmu membuat Damian yang mengalami amnesia percaya dan memulai hubungan dengan Fania," ucap jiwa lain dalam hati Tania.
"DIAM, DAMIAN ITU MILIK FANIA DAN SELAMANYA AKAN SEPERTI ITU!" teriak Tania melempar barang-barang di sekitarnya dengan frustasi.
Tania mengambil sesuatu dalam lacinya lalu menelan tiga pil obat penenang berbahaya tanpa peduli resikonya bagi kesehatannya, lagi pula tidak akan ada yang peduli Ia hidup atau mati.
Tania kembali membuka laci dan memasukkan kembali obatnya namun matanya tanpa sengaja melihat kalung putih dengan liontin love dan hatinya tergerak untuk mengambil kalung yang sudah lama tidak pernah ia sentuh lebih tepatnya saat Damian datang ke rumahnya dan menikahinya atas isi dari diary Fania.
"Aku pemilik kalung ini namun kenapa kau begitu tega mengambil kalung ini, kau berkata hanya meminjamnya namun kau tidak mengembalikannya langsung padaku bahkan kau pun mengambil cinta dari pemberi kalung ini dariku untuk selamanya, kenapa Fania? Kau sudah bertemu Damian lebih dahulu dan kau tahu dia mengalami amnesia karena kecelakaan tunggal saat perjalanan Damian ingin menemuiku tapi kau tidak memberitahuku dan yang lebih parah kau mengaku kekasihnya dengan membawa kalungku, kenapa kau begitu jahat padaku Fania? Apa salahku padamu Fania?," tanya Tania menatap hampa liontin love yang sudah terbuka dan menampilkan foto Damian dan Dirinya yang sedang tersenyum.
Tania menatap sekeliling kamarnya dan tidak ada satu pun foto pernikahannya dengan Damian di kamar ini atau pun di kamar Damian karena pria itu tidak pernah mengizinkan siapa pun meletakkan atau memajang foto pernikahan mereka di rumah ini.
"Dulu kau bilang akan menghias rumah kita kelak dengan foto-foto kebahagian pernikahan kita dan kenangan manis kita lihat sekarang tidak ada foto atau pun kenangan manis di mansion mewah ini hanya ada kesedihan dan pertengkaran yang menghiasi pernikahan ini," ucap Tania menatap foto Damian di liontin lalu menutup liontin itu kembali dan meletakkannya di laci
"Sudah cukup Tania kau mengenang sesuatu yang tidak akan pernah kembali," ucap Tania lalu meneguk kembali botol vodkanya dengan sekali teguk lalu menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 12 malam namun Damian sampai sekarang belum pulang juga membuat Tania khawatir.
Tania berjalan sempoyongan keluar dari kamarnya namun pemandangan yang Ia lihat membuat amarah Tania meluap-luap, Damian yang sedang b********h dengan w***********g di atas meja makan.
"Damian!" teriak Tania membuat dua orang yang sedang mencari kenikmatan itu berhenti dan menoleh ke arahnya.
Damian langsung memakai celananya dan melempar cek bertuliskan nominal uang yang cukup fantastis untuk seorang jalang murahan.
"Thank You," ucap Jalang itu lalu memakai bajunya dan pergi meninggalkan mansion Damian dengan senyum merekah saat melihat nominal uang di ceknya.
"Hey jalang sialan kau mau ke mana ha? Kau takut ketahuan kan denganku? Dasar murahan," teriak Tania lalu melempar vas bunga ke arah pintu keluar namun sayangnya jalang itu sudah pergi.
"Tania jangan suka membesarkan masalah sekarang kembali ke kamarmu kau bau alkohol," ucap Damian berjalan menaiki tangga tak peduli Tania yang terduduk lemas di kursi meja makan.
"Dulu Fania mengatakan bahwa pria yang dicintai sangat tampan, baik hati, sabar, dan murah senyum," ucap Tania berhasil memancing Damian berhenti berjalan dan menoleh padanya.
Tania menoleh ke arah Damian menatap terluka Damian dan Damian tak tahu kenapa dadanya sesak saat melihat mata merah berkaca-kaca milik Tania mungkin Ia membayangkan Tania adalah Fania, tidak lebih.
"Fania bilang setiap hari bersamamu bagai berlian dalam hidupnya, kau pria romantis yang mampu membuat pipi Fania bersemu merah, kau pria yang humoris yang mampu membuat Fania tertawa setiap kau tertawa dan kalau kau tersenyum maka Fania pun akan tersenyum."
Damian mengerutkan keningnya bingung saat semua yang dikatakan Tania tidak pernah Ia lakukan pada Fania, hubungannya dengan Fania terlalu canggung, dirinya jarang tersenyum apalagi tertawa melawak saja Ia tidak bisa, memberi Fania satu tangkai bunga pun harus menunggu hari ulang tahun Fania malah kadang Ia lupa namun kenapa Tania mengucap seperti itu? Damian ingin mengelak ucapan Tania namun sesuatu dalam hatinya mengiyakan ucapan wanita itu.
"Namun kau berubah, berubah menjadi sosok lain yang sangat berbeda dengan sosok yang Fania kenal, dulu saat kalian pacaran makan di pinggir jalan pun sangat indah karena ada tawa dan kebahagiaan namun sekarang meskipun kau sudah kaya aku yakin Fania akan sedih melihatmu yang sekarang yang berubah sangat jauh dari yang Fania kenal," ucap Tania menatap tajam Damian lalu berjalan menaiki tangga menghampiri pria itu.
"Cintamu pada kekasih yang telah kau tinggalkan ternyata hanya sekecil ukuran semut, kau telah menyia-nyiakan perngorbanannya menunggumu bertahun-tahun dengan harapan dia akan menemukan kebahagiaan dalam dirimu dan dia kelak namun semua hanya ucapan manis," ucap Tania meneteskan air matanya.
Damian hanya diam meskipun dia tidak mengerti apa yang dibicarakan Tania namun Ia merasa hatinya bagai ditusuk beribu pedang seakan Ia bisa merasakan rasa sakit yang dirasakan Fania namun bukan sosok Fania melainkan kesakitan yang terpancar di mata Tania.
"Dulu Fania sangat bersyukur kepada tuhan telah memberikanmu dalam hidupnya namun sekarang dia sangat menyesal pernah bertemu denganmu dan memberikan seluruh hatinya padamu sehingga tidak ada ruang untuk pria lain," ucap Tania lieih menunjuk Damian lalu tubuhnya tumbang di pelukan Damian dan matanya tertutup perlahan saat tidak kuat lagi untuk menopang tubuh sendiri.
"Tania kau kenapa? Tania bangun jangan bercanda Tania."