Aku akan mengajarimu

1389 Kata
Keesokan harinya, kekacauan terjadi di tempat syuting. Body mengamuk dan menghajar Zee, karena membenci adegan yang harus dia lakukan. Adegan tersebut adalah ciuman, adegan yang bisa dilakukan dengan elegan oleh White namun menjadi malapetaka ketika berpindah ke Body. Zee babak belur dan hampir masuk rumah sakit karena dipukul Body beberapa kali. "White! kau gila? apa yang kau lakukan!?" Phi Dew panik, lalu berlari mencegah Body memukul Zee. "B*jingan menjijikkan ini, berani-beraninya kau melakukan itu padaku!" Semua orang yang berada di ruangan tersebut tercengang. Mereka tak mempercayai penglihatan dan pendengaran mereka. Bagaimana mungkin White yang lembut itu bisa memukul orang? terlebih orang itu adalah Zee. Lawan mainnya sendiri. "White, sadarlah!" Phi Dew mengguncang bahu Body, Body akhirnya diam lalu membuang muka ketika Zee menatap kearahnya. "Zee kau baik-baik saja?" tanya Phi Dew. Zee terhuyung lalu meringis memegangi wajahnya, "Aku baik-baik saja, Phi. White, kau kenapa? semua baik-baik saja, kan?" "Jangan bicara padaku. S*alan!" White menedang kursi lalu pergi meninggalkan lokasi syuting. Phi Dew tak bisa melakukan apa-apa lagi. Syuting akhirnya dihentikan. *** "White sudah gila. Bisa-bisanya dia melakukan itu, otaknya sudah tak waras?" beberapa staff yang sedang berkumpul di lorong membicarakan kejadian beberapa jam yang lalu. Dimana Body menghajar Zee. "Sudah pasti dia tak waras. Bayangkan bagaimana reaksi penggemar. Kenapa dia memukul Phi Zee segala?" "Apa? Body ... maksudku White melakukan apa?" White terbelalak. Dia taj sengaja mendengar percakapan para staff tersebut ketika melewati mereka. "White memukul Phi Zee. Kau tak tahu? sekarang itu sedang heboh di internet," jawab salah satu staff bagian pencahayaan. "Ya ampun. Bagaimana bisa!?" White terlihat panik. "Kau kaget kan? apalagi kami. Kami melihatnya langsung," "Aish, orang itu benar-benar," White segera berlari dengan kecepatan penuh, untuk mencari Body. "Ngomong-ngomong ... dia Body, kan? teknisi kita. Sejak kapan dia peduli dengan hal seperti ini?" Buk! White yang tergesa-gesa tiba-tiba menabrak seseorang, "Phi Zee, Phi Zee kau baik-baik saja?" tanya White panik setelah melihat siapa yang dia tabrak,"Ya ampun. Bagaimana dia bisa membuat wajah Phi jadi begini?" "Mmm ... aku baik-baik saja, tapi ... kau siapa?" tanya Zee keherananan. *Ini aku ..." White terdiam sejenak, "Ini aku Phi, White," White menghela nafas, "Aku Body. A-Aku penggemarmu. Phi baik-baik saja? apa perlu ke rumah sakit?" "Tidak perlu. Aku hanya akan mengompresnya." "T-Tapi ..." "Aku harus pergi. Permisi," Zee segera berlalu. White menatap punggung Zee hingga menghilang. Setelah beberapa menit, White kembali menghela nafas lemah, "Phi Body kenapa selalu saja membuat masalah," "Body? kenapa kau ada disini?" Phi Dew yang baru saja keluar dari ruang syuting melihat White yang tampak gelisah tersebut. "Phi Dew! White dimana? kudengar dia membuat masalah," "White ... dia sudah pergi dari tadi. Tapi kenapa kau tiba-tiba mencari White?" "I-Itu ..." "Ah, kalian berteman sejak kecelakaan?" "I-Iya, tapi ... kemana dia pergi?" "Entahlah. White sangat aneh belakangan ini. Dia membuat syuting batal dua kali berturut-turur." "Maafkan aku, Phi. Kau pasti kesulitan." "Kenapa kau yang harus minta maaf? White yang membuat onar." "Phi Dew. Aku akan membujuknya dan mengajarinya akting dengan baik. Phi bisa beri waktu seminggu? Phi bisa merekan adegan lain tanpa Whitu dulu, sementara aku membujuknya." "Kau ... mengajarinya akting? bagaimana bis?" "M-Maksudku ... aku akan mengawasinya, membantunya menghapal dialog, dan membuat suasana hatinya membaik." "Kau bisa melakukannya? baru kali ini kulihat kau peduli dengan seseorang." "Akan kucoba. Phi berikan saja waktu seminggu. Aku mohon," "Body, kali ini kau yang terlihat aneh," Phi Dew menatap White keheranan, "Tapi baiklah, kau yakin dalam seminggu bisa memperbaiki prilaku White yang menyimpang itu?" White mengangguk dengan cepat, "Aku akan mengusahakannya. Serahkan saja padaku." "Walau ini tak masuk akal, aku akan mempercayaimu." "Terimakasih Phi, aku pasti akan mengusahakan yang terbaik." *** White mendatangi rumahnya untuk mencari Body. Tak ada tempat lain yang bisa dituju White. Dia tak tahu apapun mengenai Body, selain laki-laki itu memiliki temprament yang buruk. White memutuskan untuk menunggu Body di rumah. Karena Body pasti akan kembali ke rumahnya. Begitu White masuk, White tiba-tiba terdiam dan sedikit panik. Bu Lada ternyata ada di rumah, dan memergoki White masuk ke rumah dengan sendirinya tanpa harus dibukakan pintu. "I-Ibu? maksudku tante, tante sudah pulang dari luar kota?" "Kau ini ... temannya White yang di rumah sakit, kan?" Bu Lada mengingat Body dengan jiwa White di depannya. "Iya B ... ah tante, aku Body." "Sepertinya kau lebih nyaman memanggilku ibu. Panggil saja begitu, aku tidak masalah." "Benarkah?" "Hmm, kulihat kau tahu kode rumah ini." "M-Maaf Bu, mengenai itu ..." "White pasti memberitahumu, kan?" White terdiam sejenak, lalu segera mengangguk, "Maafkan aku," "Tak perlu meminta maaf, aku yakin jika White melakukan itu, berarti dia percaya padamu," "Apa White ... ada di rumah?" "Iya, dia tidur dari tadi dan tak keluar kamar sama sekali." "Boleh aku ..." "Ya masuklah. Bangunkan dia. Aku khawatir karena belakangan ini dia lebih suka tidur, daripada melakukan hal lain." "Terimakasih, Bu," ucap White lalu segera beegegas memasuki kamar tempat Body berada. "Anak itu sopan sekali," gumam Bu Lada sambil tersenyum. "Phi Body!" seru White begitu masuk ke kamar. Body sangat mengenal suara itu, suaranya dengan aksen dan gaya bicara yang aneh. Body mengabaikan White dengan cara menutup telinganya. "Phi, apa yang kau lakukan di lokasi syuting? kenapa kau memukul Phi Zee!?" tanya White. Namun, Body malah menarik selimut dan menutupi semua tubuhnya. "Phi Body. Bangun dan bicaralah padaku!" White menarik selimut Body, Body tak membiarkannya. Dia menahan selimut tersebut hingga White kewalahan. "Phi Body ..." White menarik selimut tersebut sekuat tenaga. Body balas menarik. Karena perbedaan kekuatan yang besar, White ikut tertarik bersama selimut tersebut, dan akhirnya jatuh menimpa Body. "S*al! kau ini benar-benar ...." Body menatap White. Mereka saling menatap terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, Body mendorong White agar turun dari tubuhnya, "Kau senang? jatuh di tubuhku seperti itu?" "Phi! apa maksudmu? aku tidak ..." "Aku melihat dengan jelas. Kau bahkan terpana menatapku." "Tentu saja aku terpana. Ingat, Phi itu berada di dalan tubuhku. Siapapun orangnya pasti akan terpana melihat wajahku sedekat itu, baik pria maupun wanita." "Hah, seolah kau wajahmu bagus saja." "Wajahku memang bagus!" "Kau operasi plastik," "Tidak! harus berapa kali aku katakan, itu wajah asliku!" "Kau pikir aku percaya?" "Phi!" "Untuk apa kau kesini? kau selalu saja menggangguku, bisakah kau tak menggangguku sehari saja?" "Aku takkan melakukan ini, jika Phi tak buat masalah. Kenapa Phi memukul Phi Zee! orang-orang sedang membicarakan itu sekarang." "Apa peduliku? kau gila atau apa? mana mungkin aku melakukan adegan menjijikkan di depan banyak orang? tak masalah jika itu wanita, tapi dia laki-laki!" "Itu bagian dari naskah, Phi ..." "Naskah bodohmu itu. Aku tak mau melakukannya." "Kau sudah janji!" "Aku sudah menepati janjiku. Aku pergi ke tempat syuting lalu mau apalagi!" "Bukan hanya pergi, Phi harus juga haru syuting dengan benar." "Aku tidak bisa akting! dan aku tak mau melakukan adegan menjijikkan itu, kau mengerti tidak!?" "Phi harus melakukannya. Phi aku mohon, aku akan mengajarimu berakting," "Tidak mau!" "Phi Body!" Tok, tok, tok. Terdengar pintu kamar diketuk, Bu Lada membuka pintu tersebut, lalu masuk membawa buah-buahan, satu gelas jus, dan satu gelas s**u. "Kalian membicarakan apa? sepertinya seru sekali," tanya Bu Lada sembari menaruh bawaannya ke meja. "Tidak penting sama sekali, Bu." Ucap Body. White memperhatikan Body, laki-laki itu tampak melunak saat berbicara dengan ibunya. "Baiklah, Ibu takkan menganggu. Ini makanan dan minuman kalian," "Ibu membuatkan s**u lagi? aku tak ingin minum s**u," "Hmm, sudah Ibu bilang kau harus meminumnya agar tetap sehat," "Tapi aku ..." "Bu, hari ini boleh aku yang meminum susunya? aku suka s**u," ucap White sambil menatap Bu Lada dengan tatapannya yang tampak teduh. "Kau suka s**u? hmm, White mendadak tidak menyukai s**u. Baiklah, White kau minum jusnya. Ibu akan berikan susujya kepada Body." "Hmm, terserahlah!" pla! White memukul kaki bahu Body, karena bicara seenaknya kepada Bu Lada, "Akh! m-maksudku, baik bu. Terimakasih makanan dan minumannya." Bu Lada hanya tersenyum, "Ibu keluar dulu." Bu Lada pergi keluar kamar meninggalkan White dan Body dengan pambahasan pekerjaan yang tiada habisnya. "Phi Body, bantu aku, jika kau membuat kekacauan lagi, ibuku akan sedih," White menunduk, "Aku tak mau ibu sedih karenaku," "Kau ini ... kenapa bawa-bawa ibumu dalam masalah ini?" "Tentu saja. Dia ibuku! kau pikir Ibu takkan sedih jika anaknya membuat masalah? ibu sangat menyayangiku, dia pasti akan terpengaruh dengan berita buruk media di luaran sana." "S*alan. Kau membuatku seperti orang jahat." "Maka dari itu. Kau harus membantuku, berakting itu mudah, aku akan mengajarimu, aku akan membantumu mempelajari dialog dan melakukan adegan yang natural. Bagaimana?" TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN