Oleh-Oleh

1589 Kata
Carissa mematut diri di cermin memastikan penampilan sudah sempurna. Long dress motif bunga yang dia pakai dengan warna dasar putih dan biru.Topi pantai atau floppy hat warna cokelat s**u di kepalanya dan sandal karet model Rubber di kakinya. Rencananya siang itu akan pergi bersama Ghava berkeliling Kuta untuk berbelanja oleh-oleh yang nanti akan mereka bawa untuk keluarga dan beberapa temannya. Pandangan beralih ke arah Ghava yang tengah menerima telepon seraya berdiri di pintu yang menuju balkon kamar. Dia mengamati pakaian yang di pakai suaminya itu, baju kemeja abu-abu dan celana bahan warna hitam. Sebenarnya Carissa masih tidak percaya jika Ghava itu ternyata cucu dari pemilik hotel tempatnya menginap untuk berbulan madu. Semalam dia bahkan menanyakannya pada Mamanya lewat pesan sebab ingin memastikannya. Ternyata memang dia yang awalnya tidak terlalu ingin tahu status Ghava sampai tidak mengetahui latar belakang laki-laki itu. Akan tetapi laki-laki yang notabennya suaminya itu, seolah menutupi keluarganya yang ternyata konglomerat. Dia juga masih penasaran karena Ghava lebih memilih bekerja di perusahaan biasa di bidang transportasi. Berbeda dengan Kakeknya bisnis perhotelan, sedangkan kedua orang tuanya perusahaan jam tangan ternama atau branded yang cukup besar dengan memiliki cabang di beberapa kota besar di indonesia. Kembali pandangan menatap suaminya yang masih betah mengobrol di telepon. "Dia itu mau liburan atau kerja sih? Masa enggak punya baju santai gitu?! " gumamnya pada dirinya sendiri. Karena memang selama berada di sana laki-laki yang itu selalu memakai baju kemeja dengan kancing yang terpasang sampai atas, dan juga memakai kaos polos berlengan panjang oversized dengan celana training. Walaupun sebenarnya dia tidak masalah mau bagaimana pun penampilan suami yang memang culun. Tapi sekali ini saja dia akan coba mengubahnya sedikit lebih berbeda. Kemudian dirinya berjalan menuju lemari kayu. di dapati beberapa baju yang tergantung di dalam lemari milik Ghava. Carissa menghela napasnya, harusnya dia tahu memang Ghava itu si Cupu, selera dan gaya serta cara berpakaiannya hanya begitu saja, tidak dapat menempatkan dan sesuai keadaan. Tangannya beralih pada lemari sebelahnya, pakaian miliknya dengan berbagai model yang tentu cocok untuk di pakai selama liburan di sana. Kaos polos warna biru langit berlengan pendek dengan bagian leher bulat. Carissa mengambilnya dari hanger dan celana Cargo putih, kemudian menyimpan di atas ranjang. Beruntung ketika kemarin dirinya yang jalan-jalan sempat membeli baju dan celana itu yang memang akan memberikannya pada Ghava. "Hari ini jalan-jalan sekitar Kuta ya, kemarin belum sempat beli oleh-oleh juga. " ujar Carissa ketika Ghava yang telah selesai menerima telepon itu berjalan kearahnya. Ghava hanya mengangguk mengiyakan permintaannya. "Mm.. apa benar Kita akan pulang besok? " tanya Ghava canggung. Bukannya menjawab pertanyaannya, ternyata Carissa malah penasaran siapa yang menelepon suaminya itu. "Tadi telepon dari siapa? " tanya Carissa menatap Ghava yang melirik sekilas kearahnya. "Mm.. itu, dari kantor. " jawab Ghava. Carissa hanya mengangguk kepalanya. " Enggak tahu kita pulang kapan. Nanti aku pikirkan!. " imbuh Carissa memberikan jawaban dari pertanyaan yang di lontarkan Ghava tadi. "Oh, ya. Coba baju dan celananya dong!?" ujar Carissa tersenyum seraya menunjuk baju dan celana yang di siapkan nya tadi. "Saya pakai baju ini!? " tunjuk Ghava pada baju yang ada di atas ranjang. "Iya. Coba ya, sengaja aku kemarin beli, supaya kamu enggak pakai baju kemeja atau kaos gombrang !? " celetuk Carissa nyengir takutnya dia menyinggung cara berpakaian suaminya itu. "Oh.. Iya. Saya pakai dulu. " Tanpa membantah Ghava meraih baju dan celananya seraya melirik kearah Carissa yang tersenyum, kemudian memakainya di kamar mandi. Sembari menunggu suaminya itu berganti pakaian, terlebih dulu membalas pesan dari ke tiga temannya dengan duduk di sisi ranjang. ceklek Tidak berapa lama pintu kamar mandi terbuka dengan Ghava yang keluar telah memakai baju dan celana pemberian darinya. Senyum mengembang dari bibir Carissa ketika mendapati penampilan Ghava. Padahal sederhana saja tapi memang jadi lebih berbeda dari biasa. tidak ada lagi kerah baju yang di kancing sampai leher. Sekarang kaos polos pendek dengan bagian leher yang bulat. Carissa bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Ghava yang sepertinya merasa aneh dengan baju yang di pakainya. Sebab semenjak keluar kamar mandi tadi tangannya memegangi tengkuknya canggung. Kembali Carissa meneliti, menatap kearah sepatu tali warna hitam yang pakainya. Beralih ke rambutnya. Kemudian tangannya terulur untuk merapikan bagian depannya. Lagi-lagi Ghava hanya diam membisu dengan sedikit menundukkan kepalanya supaya istrinya itu dapat menggapai rambutnya. Karena Ghava memang lebih tinggi beberapa senti Carissa. Carissa sempat melihat wajah itu dari dekat, menatap lekat mata yang terhalangi kacamata minusnya. Ghava yang mulai merasa tidak nyaman karena dari tadi dia sudah berusaha menahan napasnya pun berdehem membuat Carissa sedikit menggeser tubuhnya. "Oke. Kita siap jalan-jalan. Ayo!? " ujar Carissa antara puas dengan penampilan Ghava dan antusias akan pergi berbelanja. Kemudian menarik tangan Ghava untuk mengikutinya keluar kamar hotel. Keduanya diantar dengan mobil yang disediakan dari pihak hotel. Terlebih lagi mereka adalah tamu spesial yaitu cucu dan cucu menantu pemilik hotel, semuanya benar-benar di perlakukan istimewa. Sebenarnya Carissa senang liburannya kali ini bisa menginap di hotel mewah dengan fasilitas istimewa. Walaupun dia menganggapnya memang lebih mirip liburan biasa yang sering dia lakukan daripada bulan madu. Makanya kemarin dirinya bicara pada Ghava untuk pulang besok. Lebih baik kembali bekerja daripada jalan-jalan terlalu lama yang membuatnya jenuh. Beberapa kali Ghava melirik ke arah Carissa yang duduk di sebelahnya ketika berada di dalam mobil yang tengah melaju untuk mengantar keduanya ke pusat yang menyediakan oleh-oleh dan cenderamata khas Bali. Hanya butuh sepuluh menit saja mereka tiba di salah satu pusat perbelanjaan cenderamata yang terkenal di Kuta. Dua jam lamanya mereka berkeliling ke tempat yang lain juga. Selain belanja keduanya juga menjelajahi kuliner sekitar. "Mm.. jadi.. apa Kita pulang besok? " tanya Ghava ketika keduanya berada kafe yang masih berada di area hotel milik kakeknya. Carissa yang tengah menikmati suasana sore itu, menatap laut samudera yang mulai terlihat berwarna jingga. Mendengar pertanyaannya, Kini menoleh pada Ghava yang menunggu jawabannya. "Nanti aja pulangnya. Hm.. mungkin dua hari lagi kita pulang, bagaimana?! " ujar Carissa malah meminta pendapat. "Oh..iya, terserah saja. " "Lagian kita belum beli tiket pesawat untuk pulang. Orang tuamu memang akan memberikannya tiket pulang nanti ketika sudah sebulan di sini. Tapi kelamaan, aku banyak kerjaan. Tidak apa-apa, kan, hanya sepuluh hari saja?! " cerocos Carissa menatap Ghava kembali meminta pendapat. "Mm.. tentu saja. Itu.. sebenarnya kita tidak harus sebulan di sini. Mama hanya asal bicara saja " jelas Ghava tersenyum canggung. "Iya tuh. Mentang-mentang kita nginepnya di hotel kakekmu. " celetuk Carissa terkekeh. Kembali Ghava hanya tersenyum kemudian pandangan beralih ke laut dengan matahari mulai terbenam di upuk barat. Carissa berdiri kemudian berjalan ke pembatas pagar kafe yang menghadap langsung samudera Hindia. "Bagus banget. " lirih Carissa mengagumi suasana matahari terbenam. "Walaupun di sini indah banget dan menyenangkan, tapi gak kebayang jika sebulan di sini. " celetuk Carissa dengan nada seperti gumaman. Ghava yang ternyata juga tengah berdiri tidak dari keberadaannya itu menoleh, seolah tatapan penasaran akan perkataannya yang belum tentu di dengarnya jelas. Keduanya baru kembali ke kamar hotel ketika sudah jam sepuluh malam. Dan melanjutkan jalan-jalan keesokannya sebelum lusa nanti akan kembali ke Jakarta. Setelah sepuluh hari kemudian. Carissa menatap kamar hotel yang di tempati selama sepuluh hari kemarin bersama suaminya. karena hari itu keduanya akan kembali ke Jakarta dengan memilih jadwal penerbangan siang. Carissa menoleh pada Ghava yang berada di ambang pintu , tengah menunggunya untuk keluar kamar itu. Bulan madu dengan sensasi Liburannya sudah berakhir sekarang. Tinggal pulang dan melaksanakan pekerjaan lagi. "Apa kamu masih ingin di sini? " tiba-tiba Ghava bertanya ketika baru saja Carissa keluar kamar hotel. Karena sepertinya Carissa berubah pikiran untuk tetap tinggal beberapa hari atau mungkin sekalian mengikuti saran Mama Ghava dengan satu bulan di sana. "Mm.. Nanti kita ke sini lagi aja. " sahut Carissa yang memang berharap akan bisa datang lagi kelak. Ghava hanya tersenyum menanggapi. Kemudian keduanya pergi. Hanya kurang dari satu jam saja, mereka telah sampai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Kemudian keduanya langsung pulang ke rumah mereka dengan taksi. Di dalam rumah, Carissa memilih berbaring di sofa ruang TV. Sedangkan Ghava membawa koper keduanya ke kamar atas. Tiba-tiba ada yang datang ternyata kedua orang tuanya, Lebih tepatnya Mama Carissa dan Mama Ghava langsung datang ketika mengetahui jika anak-anaknya telah pulang dari Bali. Ghava yang baru saja keluar kamar dan bermaksud ingin mengajak istrinya itu untuk mencari makanan, terkejut karena kedatangan mamanya dan mama mertuanya. "Kok pulang sih sayang? Ini baru sepuluh hari? " tanya Mama mertuanya pada Carissa yang duduk di sebelahnya ketika berada di ruang televisi. Carissa tersenyum seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia bingung harus menjawab apa. Ketika hendak menjawab ternyata Ghava malah berbicara lebih dulu. "Ghava ada pekerjaan di kantor, ma. " sahut Ghava. Carissa merasa lega sebab tidak harus mengatakan alasan mereka pulang lebih awal. Karena menurutnya juga waktu satu bulan untuk bulan madu terlalu lama dan buang-buang waktu. "Ish, kamu. Mikirannya kerjaan mulu. Kalian ini pengantin baru, entar dulu ngurusin pekerjaan. padahal Mama mau minta oleh-oleh. " Cerocos Mama Ghava dengan nada gemas. "Mm.. Ma, kita bawa oleh-oleh kok. Itu ada banyak pie s**u khas Bali, kacang Disco, kopi kintamani bali. Juga kain pantai, baju. " cerocos Carissa bangkit dari duduknya dan menyeret kantong plastik putih besar yang ada dekat sofa kemudian membukanya. "Hm.. tapi bukan itu Oleh-olehnya. " keluhnya. "Oh.. enggak ada dalam daftar sebutan ku tadi ya, ma? " tanya Carissa merasa tidak enak hati. Dia menyesal tidak menghubungi dan bertanya kepada mertuanya tentang oleh-oleh yang di inginkan nya. "Oleh-olehnya cucu!?" Tukas mama Ghava mengedipkan sebelah matanya pada Carissa. Carissa melongo di buatnya, sementara Ghava juga malah menunduk malu. keduanya kini malah jadi bahan tertawaan kedua wanita paruh baya itu melihat anak-anaknya yang salah tingkah.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN