Perjodohan

1426 Kata
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 siang. Tapi Carissa lebih memilih kembali tiduran setelah subuh tadi sempat terbangun karena harus ke kamar mandi untuk membuang air kecil. Carissa hampir tidak tidur semalam karena memikirkan nasibnya yang bermasalah dengan kisah percintaannya yang selalu kandas setiap menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Masih bergelung di bawah selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dari ujung kaki sampai kepalanya, karena terlalu malas untuk pergi ke toko butik miliknya. Samar Carissa dapat mendengar suara pintu kamarnya yang di buka dan di tutup kembali. Langkah kaki mendekati keberadaannya di ranjang. "Sa..kenapa belum bangun? Ini sudah jam sepuluh loh!?" ujar Mamanya yang duduk di sisi ranjang. Carissa membuka selimut yang menutupi kepalanya, kemudian perlahan bangun terduduk seraya memandang ke arah Mamanya. "Ya ampun! Mata kamu kenapa? kok bengkak gitu?" ujarnya heboh. "Jangan bilang..kamu semalaman nangis.." "Memang iya.." "Enggak apa-apa kamu nangis, itu hal yang wajar. Apalagi kamu baru putus, tapi jangan terlalu lama bersedih, lebih baik terima perjodohan dari Papa!?" cerocos mamanya sukses membuat Carissa menganga tidak percaya. "Ma..Carissa baru putus semalam loh, masa langsung di jodohin aja !?" protesnya. "Terus, Mama sama Papa harus nunggu lagi kamu nyari pacar yang ujung-ujungnya selalu putus bahkan belum di kenalkan pada Mama." cerocosnya lagi. Kali ini Carissa terdiam akan perkataan Mamanya yang benar adanya. Bahkan seolah tidak dapat berkata apapun untuk menjawabnya sehingga malah tetap diam. "Coba dulu ketemu dengan anaknya teman Papa ya, minggu depan!?" Bujuknya seraya memegang bahu Carissa. "Iya, Ma." ujar Carissa singkat seraya mengangguk samar. "Ya udah. Mama berangkat ke kantor dulu, kalau mau sarapan suruh Bi Aah buatkan." ujar Mamanya lagi bangkit dari duduknya kemudian keluar kamarnya. Sepeninggalan Mamanya, kini Carissa memilih turun dari atas ranjangnya kemudian berjalan lunglai ke kamar mandi. Jika saja dia tidak memiliki janji meeting dengan kliennya, pasti akan berdiam diri seharian di kamarnya. Mengingat hatinya yang masih kacau akibat putus cinta. Mencoba bersikap profesional dalam pekerjaannya, sebagai desainer baju yang sudah membuatnya mendapat uang juga kepopuleran namanya. Bahkan produknya menjadi salah satu brand sekarang ini. Sepuluh menit cukup untuknya membersihkan diri, kemudian memilih baju yang akan dia pakai dan sedikit merias wajahnya walaupun memang sudah cantik. Ketika tiba di bawah ,karena kamar miliknya berada di atas, seorang wanita paruh baya menghampirinya. "Non, baru aja Bibi mau ke atas. Mau nanyain mau sarapan apa?" serunya. "Bi Aah masak apa?" tanya Carissa seraya berjalan ke arah ruang makan yang menyatu dengan dapur itu. "Bi Aah, masak sup ayam ." "Oke. Itu saja, kebetulan mau yang berkuah." ujar Carissa menarik salah satu kursi untuknya duduk. "Bibi siapkan, ya." Sebagai jawaban Carissa hanya menganggukkan kepalanya, kemudian wanita paruh baya yang biasa di sapa Bi Aah itu, menyiapkan sarapan untuknya. Usai sarapan, Carissa pergi dengan mengendarai mobilnya menuju toko miliknya sebelum bertemu klien di luar, karena ada beberapa yang harus dia kerjakan. "Tumben mbak, siang ke tokonya?" sapa salah satu karyawan toko. "Iya, Rin. Aku bangun kesiangan." ujar Carissa nyengir yang baru saja masuk ke dalam toko. "Tadi ada telepon dari mbak Sashi mengenai meeting hari ini. Katanya di undur jam satu siang." jelas perempuan itu. "Oh, gitu. Makasih Rin." ujar Carissa berlalu pergi menuju ruangannya. Tidak berapa lama setelah dirinya duduk di kursi kerja di ruangannya, datanglah Rin atau Ririn yang mengantarkan secangkir kopi seperti biasanya. Carissa meminum kopinya seperempat gelas, pandangannya mengamati tumpukan kertas-kertas dan buku desain yang dia gambar sendiri. Mencoba kembali fokus pada pekerjaannya saja untuk saat ini, daripada urusan pribadinya seolah hal seperti kemarin adalah sesuatu yang sudah tidak asing lagi untuknya. Bangkitlah dari duduknya seraya membawa beberapa buku desain untuk melihat kebagian jahit. Memonitor kegiatan karyawannya di bagian pembuatan baju atau jahit yang sangat penting dalam usahanya itu. Pekerjaan yang sudah menjadi rutinitasnya setiap hari, bahkan tak jarang mengadakan fashion week untuk memperkenalkan pakaian yang dia desain dan buat sendiri. Patah hati kali ini pun seolah lenyap begitu saja, sebab dengan padatnya kegiatannya di toko juga di luar. Bertemu dengan para pelanggannya yang sangat senang akan desain darinya. Tidak terasa sudah seminggu berlalu, Carissa semakin sibuk. Sehingga tak jarang selalu pulang terlambat. Mobil yang di kendarainya berhenti di depan rumah tingkat dua yang tampak megah itu, yang tiada lain rumah orang tuanya. Ketika turun dari mobil, pandangannya mendapati mobil hitam yang terparkir di depan rumah yang tidak dia kenal. Malah mengira orang taunya mungkin membeli mobil lagi pikirnya. Namun jawaban atas pertanyaannya itu kini terjawab, karena ternyata ada tamu yang datang. Carissa tertegun sejenak ketika dua orang pasangan suami istri dan juga kedua orang tuanya memandang kearahnya yang baru saja masuk. "Oh, ini Carissa ya. Lebih cantik aslinya daripada di foto." ujar wanita yang kisaran usainya sama dengan Mamanya. Carissa tersenyum ramah kemudian menyalami wanita itu juga laki-laki yang duduk di sampingnya. "Baru pulang kerja ya!?" tanya laki-laki yang juga tidak beda jauh dengan Papanya. "Iya, Om." jawab Carissa tersenyum. "Padahal Mama sudah bilang, jangan terlambat ini pertemuan penting, Sa. Maaf ya, Fit, Lan." ujar Mama Carissa merasa tidak enak hati kepada dua sahabatnya itu. Carissa hanya nyengir, karena sebenarnya dia lupa jika hari ini ada pertemuan tentang perjodohannya dengan teman kedua orang tuanya itu. Namun dia tidak melihat seseorang yang katanya akan di jodohkan dengannya. "Sebaiknya bersihkan diri dulu sana. Nanti langsung ke ruang makan. Ayo Fit, Lan, sambil Nunggu Carissa siap-siap, kita ke ruangan makan saja!?" ajak Mama Carissa. Sementara kedua orang tuanya pergi ke ruang makan bersama temannya, Carissa memilih ke kamarnya untuk membersihkan diri dulu karena setelah seharian bekerja yang membuatnya berkeringat. Usai membersihkan diri dan memakai dress selutut berwarna pink soft itu, Carissa mendatangi semua orang yang ada di meja makan. Ketika telah duduk di samping Mamanya, malah tertegun melihat orang yang duduk di hadapannya seorang laki-laki muda. "Nah, Carissa. Ini Ghava, anaknya tante Fitri dan Om Fadlan!?" ujar papanya memperkenalkan. Laki-laki di hadapannya yang memakai kacamata itu hanya tersenyum kearahnya. Namun Carissa tetap terdiam, sehingga mamanya menyenggol lengannya menyadarkannya yang malah tertegun. "Ah, iya. Halo, aku Carissa." ujar Carissa memperkenalkan diri. "Saya Ghava." sahut laki-laki itu kembali tersenyum canggung. "Wah, Carissa sangat cantik. Harusnya Ghava tidak menolak dong, di jodohkan dengannya!?" ujar Fitri atau Mama Ghava. "Harusnya begitu." timpal Papanya Ghava seraya tersenyum pada Papa Carissa yang duduk di hadapannya. Sementara Ghava hanya tersenyum seraya sedikit menunduk tanpa berani melihat Carissa yang sebenarnya dari tadi memperhatikannya. " Sebaiknya kita makan dulu, nanti membahas perjodohannya. Ayo jangan sungkan!?" ajak Mamanya Carissa. Usai makan malam bersama, semuanya mengobrol di ruang tengah seraya menikmati kopi. Hanya kedua orang tua mereka yang mendominasi pembicaraan, sementara Carissa dan Ghava hanya sesekali menimpali atau menjawab pertanyaan kedua orang tuanya. "Hem...jadi intinya, kita sepakat ya, Mas Emil, Mbak Vina. Menjodohkan Ghava dan Carissa. Tapi aku khawatir Carissa menolak setelah melihat keadaan Ghava yang begini.." Ucapan Fitri atau mama Ghava yang terhenti karena papa Carissa mendahului. "Begini bagaimana Fit? anakmu tampan kok, iya, kan Sa!?" ujar Papanya meminta pendapat pada anaknya. Carissa hanya tersenyum sebagai jawaban. "Memangnya Carissa mau gitu Nikah sama Ghava!?" tanya Mama Ghava lagi. "Mau kok." jawab Carissa cepat. Semua orang jadi terdiam atas jawabannya dan menatapnya membuatnya jadi malu. Tapi ternyata malah tertawa senang. Sementara Ghava hanya tersenyum padanya. "Syukurlah mbak Vina, akhirnya anak-anak kita mau ya, di jodohkan!?" celetuk Fitri ketika berjalan ke rumah untuk pulang. "Iya, jadi kita besanan ya." balas Vina atau mama Carissa. "Eh, sayang. Makasih ya," ujar Fitri memeluk Carissa yang berada diambang pintu. "Em..makasih untuk apa tante?" tanya Carissa melihat teman Mamanya itu ketika telah melepaskan pelukannya. "Mau di jodohkan sama Ghava, padahal kalau di lihat dari penampilan, kalian berbanding terbalik. Kamu bak model dan Ghava si cupu.." "Hush! Sama anak sendiri kok gitu sih, Fit. Lagian Ghava tampan, buktinya Carissa langsung mau tuh jadi calon istrinya!?" ujar Mama Carissa melirik anaknya yang tersenyum malu. Kemudian beralih melihat ke arah Ghava yang sudah berjalan menuju mobil. "Ya sudah. Aku pulang ya, nanti harus sering bertemu apalagi ngurusin persiapan pernikahan mereka!?" ujar Fitri antusias seraya memegang kedua tangan Vina. "Ya harus. waktunya dua bulan lagi, kan. Besok mulai menyusun semuanya!?" ujar Vina ikut antusias. Carissa hanya tersenyum melihat keduanya yang tampak heboh, hingga kemudian satu keluarga itu pamit pulang. Vina dan Emil atau orang tua Carissa itu tidak henti-hentinya tersenyum, karena perjodohannya berhasil. "Sudah Papa bilang, kan. Carissa pasti setuju!?" ujar Emil percaya diri. Carissa yang hendak pergi dari ruang depan itu menoleh pada Papanya yang tengah mengobrol dengan Mamanya. "Iya. Anak kita ini memang penurut!?" timpal Vina tersenyum pada Carissa yang kemudian berlalu pergi. Carissa tersenyum sendiri ketika menaiki tangga loteng rumahnya menuju kamarnya. Menurutnya perjodohan tidak seburuk yang dia pikirkan. Apalagi dengan laki-laki yang pastinya akan baik padanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN