Bab 5

2028 Kata
Assalamu'alaikum, Part Ini ada tambahannya yaa, jangan lupa Vote dan Coment. Arsy Pov. Sudah dua hari aku tidak bertemu dengan Suamiku dan rasanya itu sangat tidak menyenangkan. Apa karena sudah terbiasa bersama jadinya ada yang kurang saat dia pergi.Lindungi suami hamba Ya Allah. Siang ini ada yang berbeda di kediaman rumah kami. Itu karena ada Mbak Tasya di sini. Yah beberapa hari ini Mbak Tasya memang sering kemari untuk belajar dengan kami. Dan juga membahas masalah pernikahan. "Mbak, beneran nggak mau pakai pesta mewah yang diusulkan Bunda dan mamanya, Mbak?" pernikahan memang belum akan dilaksanakan sampai Mbak Tasya benar-benar menerima Islam tapi persiapan sudah sangat dimatangkan. Abang seolah yakin kalau ini sudah diatur oleh Allah. "Enggak Dek, Mbak mau yang sederhana saja, Dek. Hmm, Dek, Mbak boleh bertanya?" Saat mengucapkannya aku lihat Mbak Tasya begitu gugub. Kenapa ya? "Iya, Mbak mau tanya apa?" "Mbak ada tiga buah pertanyaan, boleh?" "Boleh kok apa itu, Mbak?" "Yang pertama, bagaimana islam itu melindungi perempuan? Kedua apa kedudukan wanita saat menikah? Karena aku melihat perempuan-perempuan muslim sangatlah tertutup saat sudah menikah. Dan terakhir sepatuh apa wanita muslim patuh pada suami?" Aku terhenyak dengan pertanyaan Mbak Manda,ada apa dengannya? Tapi aku masih tersenyum mendengar pertanyaannya, sambil memilah-milah dan merangkai kata sebagai jawaban. "Bolehkah Arsy mulai, menjawab?" "Iya Dek, silahkan." “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS. An Nisa [4]: 19). Dalam ayat ini sangat gamblang dijelaskan pada kita semua. Bahwa janganlah memaksakan kehendak pada wanita, tidak menyusahkan wanita, bahkan andaikan kaum lelaki membenci salah satu sifat wanita, janganlah mereka menutup mata akan kebaikan lain yang wanita miliki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan memuliakan kaum wanita. Contohnya : “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285). Hijab inipun bentuk perlindungan Allah kepada setiap wanita. Dalam salah satu ayat Allah berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzâb [33]: 59). Allah tidak ingin setiap lekuk dari badan kita dilihat selain mahram kita. Makanya kenapa hijab itu wajib sejak kita wanita baligh. Ada yang ingin Mbak tanyakan dulu?" "Andaikan tidak berhijab, tapi perempuan itu tidak pernah berbuat nakal apakah tetap dosa?" "Kita bicara umum ya Mbak. Sholat, Puasa itu kewajiban setiap umat muslim dan muslimah sedangkan Hijab itu suatu kewajiban untuk perempuan yang sudah baligh, jadi kalau sudah kewajiban, maka meski seorang perempuan bersikap baik ataupun buruk tidak berpengaruh. Hijab itu wajib dan harus tetap digunakan. Yang namanya kewajiban kalau tidak dikerjakan akan dapat dosa. Lagian Mbak baik buruknya hati hanya diri kita dan Allah yang tahu. Banyak yang mengatakan hijabi dulu hati baru kepala. Dari pada berhijab tapi kelakuannya masih belum baik? Sama halnya sholat, apakah kita sholat setelah menunggu diri kita baik dulu? Tidak kan? Lalu kenapa membedakan antara kita puasa, sholat dan berhijab. Percayalah segala yang Allah larang itu tidak baik. kita yang berhijab juga belum tentu orang baik Mbak, tapi paling tidak kita mencoba menjauhi larangan dan menjalankan perintah." "Terima kasih Arsy, intinya Kakak sudah paham bahwa Tuhan kalian memerintahkan kalian behijab untuk kebaikan, lalu yang kedua?" "Yang kedua, bagaimana kedudukan Wanita setelah menikah ya? Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa pernah ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan berkata, “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling berhak bagi aku untuk berlaku bajik kepadanya?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Kitab al-Adab no. 5971 juga Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah no. 2548). Kalau dari luar seolah istri hanya patuh dengan suami, apa-apa suami yang diutamakan karena memang syurga perempuan yang sudah menikah adalah suami. Ridha suami adalah ridha Allah. Sama seperti saat menjadi Anak, Ridha orang tua sama dengan Ridha Allah. Tapi hadits diatas juga membuktikan bahwa bagi anak, kedudukan ibu 3 kali di banding ayah. Peran perempuan dalam keluarga sangatlah penting, bahkan saat suami kita tidak menyukai salah satu sifat buruk kita, Allah sudah menurunkan nasehatnya untuk para lelaki untuk senantiasa bersabar. Kedudukan wanita itu tinggi Mbak, makanya kenapa Allah melindungi dengan menyuruhnya tetap di rumah, saking Allah ingin memuliakan wanita. Oh ya kalau ada yang tanya, kenapa perempuan keluar rumah harus didampingi? Jawab saja. Ratu dan permaisuri mana yang keluar rumah tanpa pengawal? Lalu kalau ada yang tanya lagi kenapa tidak boleh yang bukan mahram bersalaman? Jawabannya memang ada orang sembarangan bisa bersalaman dengan Ratu? Islam itu menjadikan setiap wanita adalah Ratu, yang tidak boleh sembarang orang lihat dan sentuh. Ada pertanyaan, Mbak?" "Mungkin belum, selanjutnya?" "Arsy sebelum menikah, dibekali nasehat juga oleh keluarga. Sebagai seorang istri. Suami haruslah ditaati setiap perintahnya. Tapi perempuan juga wajib mengingatkan saat suami melalaikan tugasnya, apalagi melalaikan kewajibannya dalam ibadah." "Arsy," "Iya, Mbak?" "Mbak ingin menjadi muslimah sebelum menikah dengan Mas Nail," aku langsung tercengang dengan apa yang aku dengar barusan, sampai tidak menyadari mbak Tasya yang kebingungan. Apa aku tidak salah dengar? Mbak Tasya mau jadi mualaf? Benarkah ini?. "Dek ...?" panggilnya membuatku sadar kembali. "Iya, Mbak?" "Kamu nggak papa?" "Nggak papa, Mbak, hanya kaget." "Mbak ingin menjadi seorang muslimah, Dek, mbak ingin berhijab sebelum menikah. Mbak tidak tahu siapa orang tua mbak. Mbak juga tidak tahu apakah beliau muslim atau bukan. Tapi hati mbak ingin sekali saja sebelum Mbak menikah dan menjadikan Mas Nail sebagai syurganya Mbak. Mbak ingin menjadi pintu syurga untuk keduanya. Di manapun sekarang mereka berada, masih hidup ataukah sudah tiada." lanjut mbak Tasya dengan derai airmata, sejak mengenal Mbak Tasya jarang sekali aku melihat Mbak Tasya ini menangis. Dia selalu menuruti semua perintah mamanya tanpa membantah sama sekali. Kecuali saat mamanya memintanya pindah agama, dia masih sedikit ragu, tapi maha suci Allah yang selalu bisa membolak-balik hati setiap hambanya. Sepertinya hidayah itu datang kepada Mbak Tasya. Alhamdulillah. "Iya, Mbak, sekarang kita temui Abi dan mengatakan apa yang mbak inginkan, kita akan sama-sama bantu Mbak. Arsy yakin Bang Nail pasti senang?" Aku menjawab dengan derai air mata bahagia, kubawa Mbak Tasya dalam pelukanku. Terima kasih Ya Allah. "Arsy, terima kasih ya" balasnya dalam pelukan. "Nggak usah sungkan Mbak, Arsy juga ikut seneng kok, lagian ini kuasa Allah yang membuka hati Mbak dengan hidayahnya." "Mbak beruntung bertemu dengan kalian, tapi masalahnya sekarang adalah Papa. Mbak tidak tahu apa yang akan terjadi saat tahu Mbak menikah dengan Mas Nail" "Mbak, percaya deh, Allah akan bantu Mbak dan Mas Nail. Kita berdoa saja ya semoga papanya Mbak bisa menerima ini semua, Ada mamanya Mbak juga yang akan bantukan?" tanyaku sambil melepaskan pelukan kami. "Iya, Arsy, sekali lagi terima kasih." Belum sempat aku menjawab terdengar salam dari arah pintu. "Asalamu'alaikum." "Wa'alaikumusalam, Abang sudah pulang?" ternyata abanglah yang mengucapkan salam barusan. "Iya, Dek, Abang dapat izin pulang awal hari ini, dan mulai besok Abang sudah cuti, Tasya sudah lama, sama siapa kesini?" tanyanya saat sudah duduk di sofa single. "Sendiri Mas, diantar supir tadi, Mas, Tasya mau ngomong." "Mau ngomong apa, Sya?" Mas Nail tampak bingung karena selama ini memang Mbak Tasya jarang memulai obrolan berdua. "Tasya mau jadi muslimah, Mas, Tasya sudah pikirkan ini matang-matang, dan setelah tadi berbincang dengan Arsy, niat itu semakin kuat, Mas" "Tasya, yakin? Ini masalah bukan buat mainan, Sya." "Tasya yakin, Mas. Kalau mas saja yakin untuk menikahi Tasya kenapa Tasya harus ragu untuk menerima Islam sebagai Agama yang Allah ridhoi. Mas, mau kan membimbing Tasya?" aku hanya diam saja melihat interaksi abang dan Mbak Tasya biarlah jangan aku ikut campur namun aku berdoa semoga ini jalan yang Allah ridhoi bagi keduanya. "Sya, saat mas memilihmu untuk Mas pinang, di situ Mas mempunyai tanggung jawab untuk membimbingmu. Alhamdulillah kalau kamu percaya sama Allah dan juga pada Mas untuk membimbingmu mengenal Allah Sya." "Alhamdulillah," ucapku dan Tasya bersamaan. "Kalau begitu ayuk kita ke masjid untuk bertemu ustadz" "Iya, Mas" "Baiklah ayo ke masjid, Arsy panggil Umi dan Abi ya, Bang. Sekalian izin sama Aa Daffa dulu." "Iya, Dek" aku berlalu meninggalkan mereka. Astagfirullah mereka tidak boleh berduaan, akhirnya aku balik lagi mengajak Mbak Tasya menemui Abi dan Umi. ### "Aa, Assalamu'alaikum. Aa, Arsy mau minta izin mau ke masjid nganter Mbak Tasya, dia mau mengucapkan Syahadat A'," ucapku beruntun setelah aku mendengar telpon diangkat. "Wa'alaikumussalam, Sayang. Ya Allah Arsy sayang, pelan-pelan Sayang bicaranya" "Maaf Aa, Arsy terlalu senang, karena Mbak Tasya mau jadi muslimah." "Alhamdulillah, Aa ikut senang Dek, semoga lancar ya Sayang, Aa pingin sekali ada di sana dan melihat wajahmu secara langsung saat bahagia seperti ini." "Aa jangan bikin Arsy nyusul Aa, sekarang deh." "Hehe maaf, Sayang, kalau memang mau ikut hati-hati yaa, ingat jangan lirik-lirik di jalan." "Ihh Aa mah gitu, harusnya Arsy yang bilang gitu hehe." "Insha Allah Aa akan jaga hati dan mata di sini, Sayang." "Aamiin" "Ya sudah sana berangkat nanti di tungguin, Aa mau lanjut kerja lagi ya Sayang, nanti malam Aa telpon lagi," "Iya Aa, I love you, Assalamu'alaikum " "Wa'alaikumussalam, and I love you too." Setelah mematikan telpon aku kembali ke bawah untuk menemui yang lainnya juga. "Sudah siap?" tanyaku pada mereka semua "Sudah, yuk berangkat" ajak Bang Nail. Aku melihat binar bahagia di wajahnya. Semoga ini adalah jalan yang terbaik untukmu Abangku. "Yuk." Akhirnya kami berlima menuju masjid dekat rumah bertemu dengan pengurus masjidnya. Karena bukan hanya bersyahadat tapi ada pula beberapa berkas yang harus di urus, karena pasti ada perubahan pada data juga yang menyertakan surat keterangan dari masjid tempat dia menjadi muslim. Mbak Tasya juga meminta untuk penggantian nama, jadi seolah seperti terlahir kembali. Kita sudah berada di dalam masjid dengan Mbak Tasya berada di tengah berhadapan dengan ustadzah. Sang ustadzah menanyakan beberapa pertanyaan yang intinya menayakan apakah ada paksaan untuk masuk ke islam ataukah di bayar untuk masuk islam, atau ada niat yang lain. "Baiklah ikuti apa yang saya ucapakan yaa " "Iya ustadzah." "Asyhadu an laa ilaaha illallāh" "Asyhadu an laa ilaaha illallāh " "wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullāh " "wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullāh " "Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah " "Saya bersaksi tiada tuhan selain Allah" "Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah." "Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah.’" Alhamdulillah, Umi langsung memeluk Mbak Tasya dan memakaikannya kerudung, untung Mbak Tasya sudah pakai baju tertutup. Mbak Tasya menangis setelah selesai mengucapkan dua kalimah Syahadat dan bukan hanya Mbak Tasya, Umi dan akupun ikut menangis. Setelah selesai Mbak Tasya mengucap kalimah syahadat sekarang waktunya pemberian nama Mbak Tasya meminta Umi memberikan sebuah nama. Amanda Rafania Zharifa yang berarti kebahagiaan seorang anak perempuan yang pantas di cintai karena kebaikannya. Itu nama yang umi berikan pada kak Tasya ehh kak Manda maksudnya hehhee, semua prosesi selesai sekarang saatnya pulang, aku tadi sudah mengirimkan pesan kalau prosesinya selesai dan akan segera pulang, tapi sampai di luar Masjid melihat Es Cincau kok aku jadi pingin yaa? Minta ke abang pasti mau beliin. "Bang, mau es cincau," aku mengajak Bang Nail menjauh dari Abi, Umi dan mbak Manda. "Ya sudah sana beli," "Beliin yaa, Bang " "Dek, ini Abang kasih uang kamu beli sendiri yaa " "Nggak mau, maunya Abang yang beliin, kalau nggak mau nanti Mbak Tas ... Eh Mbak Mandanya Arsy culik lho" "Culik saja sana pasti dia balik pulang ke Abang lagi" "Pulang ke Abang? Sah aja belum main pulang ke Abang aja." "Hehhee kan insya Allah mau nikah, Dek " "Aamiin, ya sudah beliin tapinya yaa." "Ya sudah dari pada diamuk Daffa mending abang beliin dah"

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN