Blood and Tears

1572 Kata
“Tidak masalah, terima kasih atas hadiahnya. Saya menantikan pertemuan kerjasama ini,” ucap Mikail pada seseorang dalam telpon. “Tentu saja, Duchess adalah istri saya, dia bisa mewakili.” Katarina dengan kepintarannya memikat beberapa bangsawan untuk bekerjasama dengannya. Selain dalam bidang Kesehatan, juga Pendidikan yang sebelumnya tidak duga akan Mikail jangkau. Pagi ini, Mikail masih merasakan tidak enak badan efek alergi jamur. Rasa lapar membuatnya bangun lebih awal, tapi Alaya masih terlelap di atas ranjang. Mikail membuka jendela depan ingin memastikan Katarina tidak membuat kekacauan di rumah depan, tapi dia malah melihat hal yang membuat pikirannya kacau. Disana terlihat jelas siluet tubuh Katarina, tanpa busana sedang berdansa sendirian dengan garis tawa yang begitu jelas. Matahari yang belum bersinar memperjelas siluet tubuh indah itu bergerak kesana sini, membuat Mikail menggeram kesal dan mengumpat. Berhasil membuat Alaya bangun ketika suara pintu kamar mandi tertutup dengan kuat. “Yang Mulia? Apa anda mandi di pagi ini? Yang Mulia, anda bisa hipotermia lagi. Keluarlah, aku akan melakukan sesuatu jika anda merasa gerah.” Sementara itu disis lain, Polina tengah pusing melihat tingkah sang majikan yang hendak mandi tapi malah berdansa karena kotak musik yang dinyalakan. “Yang Mulia! Tolong pakai baju!” “Tidakkah kau melihat aku pakai baju?” “Itu hanya dalaman saja, Yang Mulia. Tolong hentikan tarian anda.” Katarina baru berhenti saat mendapatkan panggilan telpon dari Ibunya, segera mengambil ponsel itu dan melangkah ke kamar mandi. Duduk di dalam bathub kosong. “Hallo, Ma?” “Katarina Sayangku… Bagaimana kabarmu? Mama dengar kau sedang di Dom Komandria.” “Iya, Mama terlalu sibuk sampai lupa menelponku.” “Mama menelpon Polina, Sayang. Mama tahu apa yang kau lakukan, Manisku.” “Dan sekarang… kenapa Mama menelpon langsung?” “Ada… hmm… kekurangan biaya disini, bukan barang. Mama segan memintanya pada keluarga Zhukov, bisakah kau yang bicara dengan suamimu itu, Katarina? Tolong bantu Mama.” Inilah alasan yang menahan Katarina untuk memberontak lebih jauh, orangtuanya membutuhkan harta Zhukov untuk mempertahankan gelar bangsawannya. “Aku akan mencobanya, Mama.” Sebagai anak Tunggal, Katarina harus siap memikul beban. Untungnya satu beban terangkat, Polina mengatakan dirinya akan pulang atas perintah Natalia. Dan Alaya akan ikut. “Yang Mulia, tenang saja… Nyonya Elina dan Nyonya Natalia sudah menyukai anda karena memberikan keuntungan, mereka hanya takut Duke keluar dari keluarga Zhukov hingga status bangsawan mereka terancam. Satu langkah lagi anda mendapatkan Duke Mikail.” Katarina hanya tersenyum, tidak mau melakukan selebrasi duluan, terlebih ketika kembali ke rumah seharusnya, Katarina mendengar sesuatu saat hendak membuka pintu. “Aku takut, Yang Mulia… aku takut anda berpaling….. dia… Yang Mulia Katarina itu memang jahat… dia mendorongku, dan aku yakin dia akan mencelakaiku, tapi aku lebih takut kalau saat dia memberikanmu minuman perangsang… aku takut anda berpaling, Yang Mulia.” “Alaya… kau tahu betul bagaimana liciknya wanita itu. Tentu saja aku tidak akan berpaling padanya. Dia hanya mencintai hartaku.” “Aku pikir juga begitu, Yang Mulia…. Dia tidak benar-benar mencintai anda, dia membutuhkan anda… dia memanfaatkan anda.” “Aku tahu, hanya kau yang mencintaiku dengan tulus.” “Bisa beri aku ciuman, Yang Mulia?” Yang membuat Katarina tersenyum miris mendengar suara ciuman dari dalam. *** “Layanilah keluarga Zhukov dengan baik, aku yang akan melayani suamiku disini.” “Aku tidak takut, Yang Mulia. Anda hanyalah wanita haus belaian yang sampai memasukan bubuk perangsang.” Katarina masih ingat bagaimana liciknya jalang kecil itu menjawab, tapi pada akhirnya teralihkan pada suara batuk Mikail yang masih terbaring di atas ranjang. “Kau seharusnya tidak mandi dini hari, apa yang kau pikirkan? Kenapa kau sangat suka mandi akhir-akhir ini?” “Pulanglah besok malam, kerjakan hal yang berurusan dengan bangsawan.” “Kenapa tidak satu minggu penuh? Kau takut tergoda olehku ya?” “Tidak tahu malu.” Katarina tertawa dan malah membuka jubbahnya saat makanan siap dan akan menyuapi Mikail. “Aku bisa sendiri.” “Eitss… aku yang akan menyuapimu, jadi diamlah, okey?” sebelum protes, Katarina lebih dulu menyuapi hingga Mikail tidak bisa protes, pria itu menghela napas dan sesekali terlihat menatap belahan daada Katarina. “Kau mau? Aku bisa memberikannya untukmu, jika kau memberikan sejumlah uang untuk keluargaku.” Berhasil membuat Mikail tertawa meremehkan. “Kau benar-benar menjual dirimu?” “Aku meminta apa yang menjadi manfaat dari pernikahan ini, Mikail. Kupikir ini setara bukan?” “Dan aku belum mendapatkan manfaatnya, keluargamu mendapatkan lebih banyak uang daripada kerjasama yang kau jalin.” “Aku akan segera melakukannya jika pulang dari sini. Untuk sekarang, aku ingin melayani suamiku dulu.” Kali ini Katarina mempercepat suapan supaya Mikail tidak lagi berkomentar jahat padanya. Jujur, sakitnya lebih dalam jika kata kasar berasal dari orang yang dicintai. TING TONG! “Oh, siapa itu?” “Pakai bajumu!” teriak Mikail ketika Katarina hendak melangkah menuju pintu. “Aku mengintip dulu, siapa tahu itu wanita.” “Dan kau akan memakai pakaian seperti itu? Seorang Duchess?” “Aku disini sebagai istri kolonel.” “Katarina!” “Astaga, iya,” jawabnya segera memanggil jubbah, langsung membuka pintu dan ternyata itu adalah rekan Mikail yang pernah Katarina lihat di pesta perjamuan. “Yang Mulia…. Mohon maaf mengganggu, saya dengan Duke sedang tidak enak badan. Benarkah demikian?” “Masuklah,” instruksi Mikail. “Ya, silahkan masuk.” Katarina mempersilahkan, melihat dua orang berbeda umur yang tampak akrab. Mengejutkan, pria itu memberikan Mikail botol alkohol. “Untukmu, Yang Mulia. Alkohol mengobati segalanya bukan? Juga untuk menambah gairah di atas ranjang.” Beralih pada Katarina dan bercanda juga. “Dia selalu meminum alkohol jika sakit di medan perang, Yang Mulia. Saya membawakan anggur terbaik, semoga itu membantu.” “Terima kasih banyak.” Begitu rekannya keluar, Mikail pun bangkit meraih gelas. “Kau tidak akan meminumnya kan?” “Ini bisa membuatku lebih baik.” “Itu bahaya, Mikail. Hentikan, biarkan aku buatkan teh herbal atau apapun itu.” Tapi Mikail menghindar, mengangkat tinggi botol anggur hingga Katarina menempel sebab harus berjinjit saat mengambilnya. Daada mereka bergesekan. “Hentikan, Katarina. Kau menggangguku.” “Tapi itu berbahaya. Astaga, kau baru saja minum obat.” “Bisakah kau menutup mulutmu? Diam, aku akan menelpon Alaya.” Seketika Katarina diam. Pria itu benar-benar menghubungi Alaya, memaksa Katarina mendengarkan suara manja si pirang setelah seharian merawat Mikail yang lemah. Kepalanya terasa meledak, belum lagi meminta apa yang keluarganya inginkan. Pada akhirnya, Katarina tidak tahan lagi. “Aku akan keluar sebentar,” ucapnya yang baru disadari Mikail ketika istrinya keluar. “Yang Mulia? Apa anda ada disana? Yang Mulia? Anda belum menjawab pertanyaanku. Apa anda masih mencintaiku seperti pertama kali anda melihatku, Yang Mulia?” “Apa dia memakai pakaian terbuka keluar?” “Apa? Yang Mulia bicara apa?” *** Puncak bukit menjadi tempat Katarina untuk menenangkan pikiran, melihat kamp militer yang masih terbangun dan terlihat hangat dengan api unggun diberbagai sisi. Dom Komandria sangat sepi. Lagipula meskipun ada penghuni lain, Katarina tidak bisa menceritakan dapur rumah tangganya pada orang lain. Di mata orang lain, seorang Duchess adalah kehidupan sempurna. Katarina juga berfikir demikian, sampai kenyataan tentang Alaya menamparnya. “Kalau patah hati, biasanya aku mengobati diri dengan musik.” Katarina langsung berdiri dan menoleh ke belakang dengan waspada, pria berseragam kolonel itu mengangkat tangannya. “Aku bukan musuh, maaf mengejutkanmu.” “Tidak apa, lain kali jangan begitu.” Katarina bergegas pergi. “Jika Mikail melihat Alaya tidak sepolos itu dengan kepalanya sendiri, dia baru mempercayainya.” Katarina berbalik seketika. “Siapa kau ini?” “Aku Vadim, anak dari Galina Zhukov. Pernah mendengarnya?” Pria itu duduk di batang pohon tempat Katarina sebelumnya. “Iya, anak haram dari 4 Zhukov bersaudara. Aku tidak berniat buruk, hanya ingin mengembalikan antingmu dan juga memberimu sedikit musik untuk menikmati malam ini.” Vadim menggunakan walkie talkie-nya dan memberi kode, “Mulai sekarang, aku butuh hiburan.” Tidak lama kemudian, terdengar suara musik dari kamp militer. Sekumpulan tentara yang berada disekitar api unggun itu mulai memainkan alat musik yang menenangkan. “Ingin duduk dan bicara? Aku bukan musuh, Yang Mulia.” “Kau kolonel juga? Tinggal di Dom Komandria?” “Aku kolonel, tapi tidak tinggal disini. Aku masih menyatu di barak karena belum berumah tangga. Jadi jangan takut kau akan dijambak oleh seseorang.” Katarina terkekeh. “Sepertinya tidak buruk untuk duduk disini dulu.” Akhirnya mengisi dahan pohon yang masih bisa diduduki. Sementara itu, Mikail sudah menyelesaikan telpon sejak tadi, dia menunggu Katarina kembali sambil meminum anggurnya. Namun lama-lama, Mikail merasa dia harus mencari Katarina. Dia keluar dari rumah tersebut dan mengedarkan pandangan, memikirkan tempat yang mungkin didatangi perempuan itu. “Shhh… Ahhh.. Vadim… pelan-pelan… tolong jangan terlalu cepat… Vadim…” Katarina tengah menahan sakit saat pria itu membalut luka di kaki. Namun posisi dari belakang membuat salah paham, sebab Katarina membelakangi, dengan kaki terlihat terbuka dan Vadim berjongkok diantaranya. “Apa yang kalian lakukan?!” Vadim seketika berdiri. “Mikail, kaki Katarina sak--” BUGH! BUGH! BUGH! “Mikail!” “Menjauh dari milikku,” ucapnya penuh penekanan kemudian menarik lengan Katarina dengan cepat, membawanya pergi mengabaikan rengekan Katarina sebab tarikan yang terlalu kuat. Begitu sampai di rumah, Mikail langsung menghempaskan Katarina ke atas ranjang. “Ini yang kau inginkan bukan?” “Tunggu, Mikail. Kakiku sakit, dia menolongku.” “Hah, kau menggodanya, aku tahu itu.” Dalam ketakutannya, Katarina menyempatkan diri bertanya-tanya. kenapa Mikail menyetubuhi nya jika kesal? Bukannya marah saja? Belum lagi semalaman itu Mikail terus memaksanya. Dan membuat Katarina pegal-pegal.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN