PROLOG
“Yang Mulia, anda harus segera masuk dan menunggu pengantin anda di altar.”
Sang pemilik rambut cokelat gelap bermata biru itu menoleh. “Haruskah aku hancurkan pestanya, Andrei?”
“Semuanya sudah siap, Duke,” tambah Andrei Petrovich, seorang butler yang setia dan terhormat dalam melayani Duke Mikail Alexandrovich Zhukov.
Meskipun revolusi Bolshevik mengakhiri era monarki di Rusia, dan gelar-gelar bangsawan secara resmi dihapuskan, beberapa keluarga bangsawan yang memiliki pengaruh besar dan kekayaan luar biasa tetap mempertahankan gelar mereka atas izin dan penghormatan dari pemerintah Rusia saat ini. Salah satu dari keluarga ini adalah keluarga Zhukov, yang telah memegang gelar Duke of Tver selama berabad-abad.
Mikail Alexandrovich Zhukov adalah pewaris terbaru dari gelar tersebut. Sebagai Duke of Tver, pria berusia 28 tahun adalah sosok yang karismatik, berwibawa, dan cerdas. Selain gelarnya sebagai Duke, Mikail juga memegang jabatan militer bergengsi sebagai Polkovnik (Kolonel). Sebagai Polkovnik, Mikail bertanggung jawab atas satuan militer strategis dan berada hanya satu langkah lagi untuk naik menjadi General (Jenderal).
Oleh sebab itu, banyak bangsawan yang ingin menjadi bagian dari keluarga Zhukov. Namun, orang yang beruntung bisa menjadi Duchess of Tver adalah Katarina Belova, seorang anak dari Count Alexei Petrovich Belova dan Countess Maria Sergeyevna Belova yang berusia 20 tahun.
Mikail, membutuhkan seorang pendamping yang sempurna, melihat pernikahan ini sebagai cara untuk memperkuat posisinya dalam masyarakat, sementara Katarina melakukan pernikahan ini untuk menyelamatkan keluarga Belova berada di ambang kehilangan gelar mereka sebagai akibat dari penurunan kontribusi ekonomi mereka terhadap negara.
Demikianlah, dua jiwa yang berasal dari dunia yang sama, namun dengan tujuan yang berbeda, dipersatukan dalam sebuah perjodohan yang akan menguji batas dari tradisi, cinta, dan kekuasaan.
Dan Katarina melewati batas itu, diam-diam perempuan berambut hitam itu jatuh cinta begitu lama pada sosok Mikail.
***
Zamok Belogorie, yang berarti Istana Bukit Putih, adalah kediaman utama keluarga bangsawan Zhukov yang terletak di atas bukit yang menghadap kota Tver. Istana ini, yang telah berdiri selama berabad-abad, memancarkan kemegahan klasik Rusia dengan arsitektur yang menggabungkan elemen-elemen Renaissance dan Baroque, diselingi sentuhan keagungan Eropa Timur.
Ditempat inilah Katarina ditinggalkan, kedua orangtuanya kembali ke Kostroma yang berjarak 250 mil dari Tver.
“Terima kasih, Sayang, kau menyelamatkan keluarga Belova. Jalankan peranmu dengan baik ya.”
“Tentu saja, Papa. Kalian jangan khawatir.”
“Jangan khawatirkan Katarina, kami akan menjaganya dengan baik disini,” ucap sebuah suara dari arah tangga. Natalia, sang mertua mendekat. “Jika kalian ingin, mungkin bisa menginap beberapa hari.”
“Kami sangat menginginkannya, Yang Mulia. Tapi pekerjaan di Kostroma sangat banyak,” jawab Alexei. “Bantuan anda begitu melimpah, kami harus segera mengurusnya. Terima kasih telah menyelematkan keluarga kami.”
Natalia tersenyum, duduk di samping Katarina dan menggenggam tangannya. “Sepadan dengan keberadaan Katarina disini. Siapa yang tidak senang memiliki menantu mahasiswa kedokteran, dan memiliki reputasi bagus.”
Katarina tersenyum memalu.
“Dan maafkan Mikail yang sibuk, setelah resepsi dia langsung pergi menemui Jendral,” lanjut Natalia.
“Tidak apa, kami Duke sangat sibuk,” ucap Maria tanpa beban.
Kepergian kedua orangtuanya malam itu membuat Katarina sedih dan senang. Sedih karena berpisah, tapi senang saat menyadari kini dia mendapatkan gelar Duchess, bahkan kedua orangtuanya pun menunduk hormat saat pergi. Belum lagi Natalia yang begitu baik padanya, memberinya pengertian akan kesibukan Mikail.
“Ah, pelayan yang kau bawa itu sudah Ibu suruh membereskan kamarmu,” ucap Natalia ketika mereka berjalan di koridor menuju kamar. “Besok, kau akan belajar bersama Ibu tentang tradisi Zhukov. Jadi segeralah istirahat.”
Langkah Natalia terhenti di depan kamar dimana didalamnya ada Polina, pelayan pribadi Katarina yang dibawa dari Kostroma. Seketika, senyuman Katarina memudar. “Ibu?”
“Iya, kau tidur terpisah dengan Mikail.”
“Tapi, Ibu… Bukankah kebiasaan kuno itu sudah lama ditinggalkan?”
“Mikail yang menginginkannya, Katarina.”
“A-apa?”
“Kita bicarakan ini besok ya, istirahatlah sekarang, Nak.” Natalia mengusap pipi Katarina sebelum meninggalkannya dengan kekecewaan disana.
“Yang Mulia?” panggil Polina. “Kamar Duke ada di depan kamar anda.”
“Apa?” katarina menoleh pada pintu berlapis emas. “Lalu kenapa kami harus terpisah?”
“Mungkin Duke punya banyak pekerjaan di dalam, dan dia akan kesini untuk bersamamu, Yang Mulia.” Polina yang sudah lama bersama Katarina itu mencoba menenangkan. “Mau saya buatkan s**u cokelat dan kue untuk membuat mood anda naik?”
“Baiklah, buatkan aku itu,” ucapnya berharap bisa memperbaiki keadaan. Polina bahkan memberikan pijatan, aroma theraphy juga memutarkan music klasik. Namun sayang sampai malam larut, Katarina tidak bisa memejamkan mata.
Sang pelayan pribadi sudah pergi ke tempat istirahatnya, Katarina masih butuh untuk memijat kepalanya yang sakit. Dia keluar dari kamar, memanggil pelayan mana saja yang masih bangun di jam 2 dini hari ini.
“Polina? Dimana tempat tidurmu ini huh? Polina?”
Tatapan Katarina terhenti pada pintu sang Duke yang sedikit terbuka, Apa dia tidak masuk ke kamarku karena tidak ingin membangunkanku? Tidak, jangan tersenyum seperti orang bodoh, tenanglah, ucap Katarina dalam hati.
“Ahhh…. Shhhh… Yang Mulia…. Anghhh! Kau lu-lupa, menutup pintu… shhhh! Pelan-pelan!”
Senyumannya hilang seketika, suara perempuan terdengar jelas dari kamar sang Duke. Dengan tangan gementar, Katarina mendorong pintu sedikit supaya memastikan lebih jauh. Mikail yang dia kagumi itu tengah menghimpit seorang perempuan berambut pirang di dinding sambil menciuminya.
Tangan Mikail masih dengan lembut membelai bahu wanita itu, seolah-olah dia adalah harta yang tak ternilai.
“AAAAA!” Mata perempuan itu membulat saat menyadari kehadiran Katarina. Dengan panik, dia segera bersembunyi di balik selimut yang tergeletak di sofa, menyembunyikan tubuh setengah telanjangnya. "Yang Mulia..." bisiknya lirih, ketakutan.
Mikail menoleh pelan, memandang Katarina dengan tatapan dingin dan melangkah ke arah pintu. “Katarina, tidak sopan masuk ke kamar orang lain seperti itu. Kembalilah ke kamarmu.”
Katarina berusaha meraih kontrol. “Ke…. kenapa ada wanita lain di sini, di malam pernikahan kita,Yang Mulia?”
Mikail terkekeh tanpa emosi. “Katarina,” ucapnya pelan, “Pernikahan kita ini bukan tentang cinta, tapi tentang keuntungan. Kau tahu itu sejak awal.” Dalam keheningan yang menyakitkan, Mikail melanjutkan dengan nada yang hampir penuh ejekan.
“A… apa?”
“Kau berharap aku menghabiskan malam bersamamu? Tidak, Katarina. Aku memiliki kekasih,” lanjutnya menutup pintu, meninggalkan Katarina di depan pintu kamar yang mengeluarkan suara desahan kenikmatan wanita lain.
“Shhhh… Ahhhh… Yang Mulia! Ahhh! Ahhhh!”
Suara percintaan yang begitu jelas.