Bab 11. Terpisah

1110 Kata
Bibir Tata mengatup. Kepalanya sedikit mengangguk. Lalu dia tersenyum mengingat cerita Mama Lizett tentang Idris. Tata paham sekarang mengapa Hera sangat menyukai Idris. Mama Lizett mengatakan bahwa sikap Idris sama dewasanya seperti Hera. Hanya ada sedikit perbedaan, Idris lebih ramah daripada Hera. Idris lebih mengalah daripada Hera. Dua sikap yang menutupi kekurangan Hera yang kurang ramah dan terkadang sulit untuk mengalah. Tata usap-usap kepala Hera dengan lembut. "Kapan Daisy berbaju baru?" "Kata Idris setelah acara pesta Eyang selesai. Aunty Gemma pasti sibuk sekali. Idris memohon pengertianku." "Hm. Kalo begitu, kamu harus terbiasa tidur tanpa Daisy." Hera tertawa kecil. "Ini malam pertama tidurku tanpa Daisy, Ma." Tata peluk tubuh kecil Hera. "Ma. Apa Crystal baik-baik saja?" tanya Hera saat mamanya mengeratkan pelukannya. Hera khawatir tubuhnya sedikit menekan perut besar mamanya. "Nggak papa, Hera. Dia pasti senang berdekatan dengan kamu..." ucap Tata saat merasakan gerakan hebat di dalam perutnya. "Wow. She kicked me, Mamaaa. She kicked me. Wow." Mata Hera membulat besar saat merasakan gerakan dari perut mamanya yang menyentuh perutnya. Dia takjub sekali. Perasaan Hera hangat berada di dalam dekapan mamanya. Dia senang mamanya yang sangat mengerti perasaannya. Akhirnya malam itu Hera pun tertidur setelah mencurahkan isi hatinya. Dia sangat berharap hari-hari ke depannya dia bisa selalu berdekatan bersama Idris. *** Di saat yang sama Idris tidak bosan memandang mommynya yang masih bekerja keras membuatkan baju buat Daisy. Gemma sampai-sampai menguap lebar saat memberikan sentuhan terakhir untuk baju Daisy. "Wow. Beautiful," gumam Idris dengan mata abunya. Gemma senang sekali melihatnya. Dia usap-usap pipi Idris yang semakin menirus. Sebelumnya Idris memiliki pipi gembul karena tubuhnya yang gendut. Tapi Igor menyuruhnya diet dan sedikit berolahraga. Biar ganteng dan gagah kayak Daddy, begitu ungkap Igor saat memberi semangat ke Idris agar rajin berolah raga. Hasilnya, Idris sudah bertubuh kuat dan segar. Juga lebih tampan. "Nih. Malam ini tidur yang nyenyak ya? Bisa peluk-peluk Daisy kan? Hehe," goda Gemma. Dia sudah mengetahui kedekatan Idris dan Hera. Meski sebenarnya dia kecewa melihat rambut Hera yang keriting yang sangat mirip dengan rambut mantan kekasih suaminya, Gemma tidak mempermasalahkannya. Gemma menilai Hera sosok yang memiliki kepribadian yang kuat. Dia bisa menilai dari cara Hera berbicara. "Yes, Mommy. I will hug her tonight as if I hug Hera." Gema tertawa kecil. Dia cubit pipi Idris gemas. *** Hera terkesima melihat penampakan Idris yang gagah dengan tuxedo hasil rancangan Mami Lizett. Dia tertawa kecil melihat ekor panjang dari tuxedo yang dipakai Idris. Idris bak pangeran tampan di dongeng-dongeng yang pernah dia baca. Dia gagah sekali. Idris juga terkesima melihat Hera yang tubuh gendutnya dibalut gaun putih tutu berenda. Dia menelan ludahnya saat melihat rambut coklat Hera yang keriting menggemaskan tergerai begitu saja. Ingin sekali dia memainkannya. Gaun yang juga dirancang Mami Lizett sangat pas melekat di tubuh Hera. Kini keduanya duduk berdampingan saling berpegangan tangan menunggu saat-saat yang ditunggu-tunggu, yaitu berjalan mengiringi sang pengantin memasuki gedung acara. "Hera. You know where Bagas is?" Hera dikejutkan oleh suara lembut seorang perempuan. Perempuan itu tampak sedang memegang sebuah baket berisi kelopak bunga-bunga. "Oh. Yes. He is in the fitting room with his Mom." "Can you please bring this to him? Cause I don't know where he is. I am in hurry, the couple is about to come." Perempuan itu memohon Hera agar membantunya. Melihat wajah cemas sang perempuan, Hera dengan cepat meletakkan keranjang bunganya di atas kursi yang dia duduki, dan dengan cepat pula dia raih keranjang rotan dari tangan perempuan yang terlihat tergesa-gesa itu. Wajah Idris terlihat agak kecewa. Karena Hera pergi begitu saja tanpa persetujuannya. Dia hela napas kecewa, namun tetap berusaha menenangkan diri. *** "Tunggu dulu, Hera. Dasiku masih perlu diperbaiki nih. Bentar ya?" cegah Bagas saat Hera hendak menyerahkan keranjang rotan untuknya. Padahal dia baru saja ke luar dari ruang pas. Bagas kembali masuk ke dalam ruangan tersebut. Hera menghela napas pendek. Dia sudah merasa cemas karena Idris pasti menunggu lama. Tak lama kemudian dia pun merasa lega. Dasi kupu-kupu Bagas sudah rapi dan lurus kembali. "Terima kasih, Hera," ucap Bagas setelah meraih keranjang bunganya. Ternyata dia ditemani mamapapanya di dalam. Mamapapa Bagas ikut tersenyum melihat Hera. "Hera!" teriak Bagas yang heran melihat Hera yang dengan cepat melesat kembali ke ruang acara. "Lho? Kok lari?" Nayra tertawa kecil melihat tubuh Hera yang langsung menghilang dari pandangannya. Padahal dia juga ingin menyapa Hera. "Nggak tau, Ma," rutuk Bagas yang masih terheran-heran. "Ya sudah. Nanti jangan lupa kamu kasih ke Maureen keranjangnya. Kata Mbak Uli, mereka sudah di depan," ujar Nayra. Bagas diputuskan berpasangan dengan Maureen, tetangganya. *** Idris tersenyum lega. Hera sudah duduk di sisinya. "Maaf, Idris. I have to be hurry, aku harus cepat-cepat," ucap Hera dengan napas memburu. "It's okay, Hera," balasnya. Sebentar kemudian terdengar suara orang-orang yang mulai sibuk. Salah satu di antara mereka menyuruh anak-anak pengiring pengantin agar bersiap-siap. Hera dan Idris saling pandang. Mereka berharap ini akan menjadi momen terindah dalam kisah hidup mereka. Berpasangan mengiringi pengantin dan berharap kelak mereka dewasa akan menjadi pasangan yang nyata. Tapi sepertinya harapan mereka tidak berhasil hari ini. Ada seseorang yang tiba-tiba menghampiri Idris. Orang itu berbisik ke telinga Idris bahwa dia dipanggil mommynya. Ada hal penting yang akan disampaikan mommynya. "Hera. Wait for me. It is not gonna be long," ucap Idris seraya beranjak dari duduknya dan melangkah cepat bersama orang itu. Gantian Hera yang cemas. Wajahnya cemberut. Dia tatap keranjang bunga yang dia pegang dengan tatapan sedih. Seketika khawatir menderanya. Dia akan sendirian berjalan mengiringi pengantin tanpa pasangan. Dan kekhawatiran Hera pun terjadi. Eyang Ola dan Njid Akhyar sudah tiba di karpet merah. Hera dan anak-anak lainnya dipinta untuk berdiri. "Hera! Look at me!" Ada yang meneriaki Hera. Seorang perempuan berambut cepak yang dadanya penuh tato berdiri sambil menarik lengan seorang anak laki-laki. "Tante Gerrie?" desah Hera yang ternyata sangat mengenal perempuan itu. "Hera sama Hudson ya? H must be with H (H harus sama H)," ujar Gerrie semangat. Hera dan Hudson maksudnya. Tante Gerrie tampak memaksa anaknya yang bernama Hudson untuk berpasangan dengan Hera. Hera tak kuasa menolak karena Idris benar-benar belum kembali. Padahal Hera dan yang lainnya sudah harus berjalan mengiringi sang pengantin. Hera pasrah digandeng Hudson sekarang. Hudson pun sumringah bisa berpasangan dengan Hera. Gerrie sang Mama tersenyum senang dan bangga memandang keduanya. "I am so happy, Hera," bisik Hudson saat Hera mulai menabur kelopak bunga-bunga dari keranjang rotan kecilnya. Hera diam saja. Dia beri senyum kecutnya ke arah Hudson. Dan yang menyedihkan bagi Hera, dia tak sengaja melihat Idris berdiri di tengah-tengah para undangan. Idris terlihat menggeram kecewa. Hera hanya mampu menghela napas pasrah. Idris pasti akan memarahinya. Tapi bukankah ini kesalahannya juga? acara sudah hampir dimulai, dia malah mau saja dipanggil mommynya. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN