Airin mengembungkan pipinya sembari melangkah ke koridor bersama Zayn di sebelahnya. Keduanya baru saja dari ruang guru. "Kalau aku terus-terusan remed pasti bakalan susah lulus ujian nanti kan ya, padahal aku sudah bersusah payah belajar tapi ya gitu ... kapasitas otak aku cuma segitu," ujar Airin dengan menatap Zayn sendu, pemuda di sampingnya tersenyum saja dengan menganggukan kepalanya paham. "Ya masalahnya kenapa aku harus dibandingin sama kamu, nilai kamu di atas rata-rata ... bahkan yang paling tertinggi diantara anak kelas. Guru tuh sengaja manggil kamu biar aku malu aja di hadapan kamu sama guru-guru yang lain." Cerocos Airin masih menggerutu dengan sesekali menghela kasar, "berarti harus belajar lebih giat lagi." Airin menghentikan langkahnya, berdiri menghadap Zayn seutuhnya.