"Bunda. Kenapa menangis? Apakah tidak bahagia..!!Anakmu lulus dan ingin melanjutkan sekolah ke tingkat SMA. Sekilas menatap wajah wanita yang sudah keriput di makan usia tapi masih terlihat kecantikan nya walaupun usia sudah menginjak 45 tahun.
Wanita setengah tua di panggil dengan sebutan Bunda oleh pemuda yang baru datang. Sekali lagi tidak bisa bersuara atau pun memberi saran sama halnya waktu pemuda itu lulus sekolah dasar dan ingin bersekolah ke tingkat SMP.
Anakku Muhammad Adrian Anugrah. Air mata yang menetes menyusuri wajah Bunda yang sudah keriput. Adalah air mata kebahagian melihat anak nya sudah lulus dari tingkat SMP. kamu sendiri juga tahu kedua kakaknya hanya Sekolah sampai tingkat kelas SD karna terbentur nya sebuah biaya. Mereka berdua lebih mementingkan mencari uang ketimbang bersekolah.
"Tapi saat ini Bunda bingung ketika adikmu menanyakan apakah kamu akan melanjutkan sekolah ke tingkat SMA di situlah hati Bunda sedikit terenyuh dengan pikiran kebingungan karna terbentur ekonomi.
Pemuda itu seketika tersenyum dan menyeka air mata yang jatuh dari kelopak mata bening wanita yang telah merawatnya dan membesarkan dengan limpahan kasih sayang.
"Bunda tidak usah bingung dan banyak pikiran untuk saat ini dan kedepan nya. Alhamdulillah. Untuk urusan biaya pendaftaran dan semua alat alat sekolah sudah di pikirkan oleh Adrian. Dan Bunda cukup mendoakan Anakmu agar sehat dan selalu di beri kemudahan setiap langkah yang di jalankan." Kata Adrian supaya bunda tidak usah bingung dan banyak pikiran.
"Kok bisa?" Tanya Bunda penasaran.
"Adrian kan bukan seperti pemuda lainnya. Di waktu libur hanya untuk bermain kan Bunda juga tahu tiap libur dan sebelum masuk sekolah Adrian kerja di pasar. Jadi masih ada tabungan untuk biaya ya. Pendaftaran sama alat alat sekolah." Jawab Pemuda itu.
Bunda hanya mengangguk. Pikiran nya entah kemana hanya Bunda yang tahu.
"Bunda......! Adrian mau ke rumah pak Lukman dulu." Kata Adrian seraya berdiri. Untuk berjalan pergi ke pintu keluar.
"Mau ngapain Nak kerumah Pak Lukman? Tanya Bunda seraya kening nya berkerut.
"Ada yang harus di tanyakan kepada Pak Lukman selaku kepala sekolah di SD Negeri. Tentang persyaratan masuk sekolah menengah atas." Jawab ku sedikit berbohong.
"Syukur lah Nak. Takut nya Bunda punya pemikiran yang jelek terhadap kamu. Karna Pak Lukman beberapa kali selalu bilang kepada Bunda ingin membantu anak-anak bunda untuk sekolah menuju tingkat tinggi." Bunda menjelaskan kepada Adrian.
"Siap Bunda......! Pokoknya bunda yang terbaik dan tercantik." Kataku sambil di acungi jempol oleh kedua adikku yang tadi pokus menonton televisi Dengan serial drama film India yang suka mewek dan terharu.
Pemuda itu pun melangkahkan kaki nya keluar dan berjalan menuju arah Masjid untuk menunaikan shalat duhur di masjid yang tidak jauh dari rumahnya serta menuju rumah Pak Lukman kepala sekolah SD di kampung sebelah.
*
*
*
Di lain tempat tapi masih waktu yang sama tepat nya di salah satu rumah yang mewah dengan halaman yang cukup luas tepat nya di kampung sebelah yang tidak jauh dari rumah Nenek pemuda berusia 15 tahun itu.
Pasangan suami istri berusia 40 tahun sedang mengobrol di ruangan keluarga dengan topik yang serius.
dalam obrolan suami istri itu di iringi canda dan tawa serta senyuman yang jahat di antara kedua nya.
"Suami ku.....! Jadi kapan akan segera menyita sawah Nenek peyot bernama Romlah? Tanya istri yang duduk di samping suaminya.
"Sebulan lagi sayang. Pas enam bulan dia tidak membayar bunga dan pokoknya. Jadi kalau di hitung hitung hutang nya menjadi 110 juta sedangkan sawah yang ia milik harga nya hanya sekitaran 250 juta tinggal kita bayar 5 juta dan dengan di bantu dengan ancaman orang orang kita maka sawah itu menjadi milik kita." Jawab Engkos suami dari istri yang bernama Titin itu seraya tertawa riang penuh kemenangan.
Mereka berdua tertawa terbahak bahak karna sawah yang mereka berdua idam idamkan. Akan segera di dapatkan dengan mudah.
Kosasih nama aslinya biasa mereka menyebut nya Engkos lelaki dengan usia 40 tahun itu adalah orang terkaya di kampung sebelah pemuda tampan itu. Tepat nya di kampung Nenek Romlah.
Pekerjaan sehari hari nya mencari ayam kampung asli untuk di masukan ke Restoran Restoran mewah di kawasan Jawa Barat.
Akan tetapi kekayaan yang ia dapatkan tersiar kabar hasil dari pesugihan yang tidak memakai tumbal tapi ada syarat yang mungkin nanti saya akan bahas di bab bab selanjutnya.
Sedangkan istrinya Engkos yang bernama Titin kharisma sehari harinya dia menjalankan roda perekonomian nya menjadi lintah darat dengan janji manis di awal tapi pahit di belakang.
Sama hal yang di rasakan oleh Bu Romlah saat ini sudah hampir setahun dia meminjam uang dengan jaminan sertifikat sawah dengan bunga yang mencekik dalam batas perjanjian pinjaman hutang kepada rentenir itu bila dalam tempo tujuh bulan tidak bisa membayar dengan bunga dan pokok nya maka jaminan itu menjadi milik peminjam.
#Plasback#
Satu tahun kebelakang di saat tragedi itu datang di malam hari tepatnya setelah seminggu kematian ayah Bu Romlah. Yang bernama mama haji Jalaludin.
"Romlah......! Keluar kau saat ini juga.! Teriak satu suara dari luar halaman teras rumah nya.
"Wanita paruh baya itu pun keluar menghampiri teriakan seorang wanita yang terpaut usia nya beda beberapa tahun.
"Ada apa kau Markonah? apakah tidak sebaiknya kau masuk dan bertanya baik baik? Pantaskah seorang yang mempunyai gelar haji malam malam berteriak di rumah saudaranya? Kata Romlah dengan nada sedikit menahan emosi nya.
"Woy....! Jangan menceramahi." Cuih....! Mana sertifikat sawah milik ayah. Cepat kau berikan kepada saya sebelum ku bakar rumahmu ini." Kata Markonah dengan emosi yang meledak ledak.
"Kenapa kau menanyakan sertifikat sawah milik ayah. Apakah pikiran mu telah dirasuki oleh iblis. Kita ini masih suasana berduka belum genap 40 hari ayah meninggal tapi kau sudah meminta sertifikat sawah milik ayah." Tanya Romlah yang mulai sedikit termakan emosinya.
"Hai.....! Romlah jangan banyak bacot loe....! Kalau kau masih tidak mau ngasih sertifikat itu. Dengan terpaksa aku akan mengambil paksa menerobos masuk kedalam rumah butut mu. " Kata Markonah yang sudah mulai melangkah kan kaki nya menuju pintu masuk rumah Bu Romlah.
"BERHENTI.
"Teriak Bu Romlah. Seraya berkata lagi.
"Tunggu lah di sini.!! Tak Sudi rumahku di masuki oleh Anak durhaka seperti dirimu.
"b******n kau Romlah." Geram Markonah dengan gigi berdetak menahan amarah nya.
Tidak lama kemudian Bu Romlah pun kembali dengan membawa sertifikat sawah milik ayah nya dan menyerahkan kepada wanita yang bernama Markonah. Yaitu adik kandung nya sendiri yang sudah bergelar Haji Markonah.
"Hahahaha......" Hahahaha.....!! Tawa lantang dari Markonah karna harta milik ayahnya bisa dia makan hari ini juga.
"Romlah Sertifikat sawah ini akan saya jadikan jaminan kepada Ibu Titin untuk meminjam uang 50 juta dan kau tiap bulan yang akan membayar Bungan nya dan hutang saya kau yang bayar.'' Kata Hajah Markonah.
"Apakah otakmu tidak waras hah....." Kau yang meminjam dan yang memakai uang nya. Kenapa harus aku yang membayar nya." Sergah Romlah.
"Hahahaha" Bila aku tidak membayar selama tujuh bulan bunga nya tertuang dalam perjanjian antara aku dan pihak pemberi pinjaman maka sawah milik ayah akan di ambil oleh Bu Titin selaku pemberi pinjaman.
Bersambung.
Bersambung.